Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Penerapan Matematika dalam Industri Perdagangan Keripik Bothe Restu Desa Bendoagung Kecamatan Kampak (PMT-49)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia ini semuanya tidak akan terlepas dari yang disebut perhitungan. Bahkan Allah SWT telah menjelaskan kepada semua makhlukNya akan adanya Hari Perhitungan. Sungguh besar istilah perhitungan dalam kehidupan umat manusia.
Segala yang ada di alam ini ternyata dapat dihitung. Mulai dari jumlah tata surya sampai peredarannya semua dapat dihitung. Dari peredaran bumi yang mengakibatkan musim, kemudian dari musim-musim tersebut akan mempengaruhi mata pencaharian manusia, semua itu dapat diketahui melalui perhitungan.
Bahkan semua kegiatan dan pekerjaan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga melalui perhitungan. Seorang yang bekerja sebagai petani dan nelayan akan menggunakan perhitungan musim dan peredaran bumi. Seorang yang bekerja sebagai tukang bangunan, tekstil atau perancang busana, tukang pembuat perkakas rumah tangga, semuanya menggunakan perhitungan. Lebih dari itu dalam pemasaran produk-produk tersebut juga masih menggunakan perhitungan. Sungguh besar sekali peranan ilmu perhitungan dalam kehidupan umat manusia.
Kesemua perhitungan tersebut dibahas dalam ilmu matematika. Dengan demikian peranan ilmu matematika dalam kehidupan sangatlah dominan sekali. Hal ini disebabkan karena matematika memiliki beberapa unsur didalamnya. Menurut De Lange unsur-unsur dalam matematika antara lain[1] :
1.         Berpikir dan bernalar, karena dalam matematika memerlukan pemahaman, dan pembuktian.
2.         Berargumentasi, setelah paham dan membuktikan matematika juga perlu penerapan yang membutuhkan argumentasi sebagai media dan faktor penguatnya.
3.         Berkomunikasi, penerapan matematika memerlukan hubungan timbal balik dengan orang lain, dengan demikian dalam matematika diperlukan komunikasi.
4.         Pemodelan, karena banyaknya jenis model matematika maka dalam mengaplikasikan perlu memilah dan memilih model matematika yang sesuai dengan konstek kenyataan yang ada.
5.         Penyusun dan pemecah masalah, karena matematika diciptakan untuk mempermudah dalam mengatasi masalah terutama yang berkaitan dengan angka atau simbol.
6.         Simbol, karena operasi matematika mayoritas menggunakan simbol.
7.         Alat dan teknologi, dalam penerapan matematika tidak menutup kemungkinan memerlukan alat bantu perhitungan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII D dalam Menyelesaikan Soal Lingkaran Menurut Taksonomi Bloom di SMPN 1 Boyolangu (PMT-51)



Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh fenomena bahwa siswa memiliki kemampuan yang heterogen. Oleh sebab itu kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi lingkaran terdapat pada tahap yang berbeda-beda. Dalam hal ini peneliti menghubungkan kesalahan siswa menurut teori Taksonomi Bloom yang terdiri dari 6 tahapan yakni ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi dengan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesalahan siswa di SMPN 1 Boyolangu Tahun Ajaran 2009/2010.
            Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) Pada tahap apa kesalahan umum siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom ditinjau dari ranah kognitif? (2) Faktor internal dan eksternal apakah yang mempengaruhi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom? Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam hal ini adalah: (1) Mendeskripsikan pada tahap apa kesalahan umum siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom ditinjau dari ranah kognitif. (2) Mendeskripsikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kesalahan siswa  dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Problematika Pembelajaran Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (PMT-53)



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan pendidikan adalah penyempurnaan kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Indikator keberhasilan pembaharuan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pada pola kegiatan belajar mengajar, memilih media pembelajaran, menentukan pola penilaian dan pengelolaan kurikulum yang menentukan hasil pendidikan. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan pengelolaan kurikulum yang merubah praktek-praktek pembelajaran (KBM) dikelas.
Di Indonesia telah berulang kali mengalami kurikulum pendidikan dasar dan menengah, yang antara lain adalah Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, dan yang terbaru adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan KTSP. Berbagai alasan dan pendekatan dipakai dalam penyempurnaan kurikulum, bahkan tahun ajaran 2006-2007 Departemen Agama (Depag) memberlakukan kurikulum
baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai penyempurna dari Kurikulum sebelumnya (KBK).
KTSP yang akan diberlakukan Departemen Pendidikan Agama melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebenarnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK karena KBK masih dirasakan belum bisa memajukan mutu pendidikan di Indonesia yang sekarang ini menuntut adanya kemampuan yang lebih pada setiap peserta didiknya[1]. Dengan diberlakukannya KTSP seperti sekarang ini diharapkan dapat memajukan mutu pendidikan setiap peserta didik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pemberian Motivasi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII MTsN (PMT-54)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam sistem pendidikan Nasional di jelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.[1]
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh. [2]
 
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah: “ Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.”
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki  Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Metode Hukuman terhadap Motivasi dan Kedisiplinan Belajar Al- Qur’an Hadis Siswa- Siswi Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek (PAI-41)

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa metode pemberian hukuman dalam proses pendidikan dapat mempengaruhi motivasi dan kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadis siswa. Dalam hal ini peneliti menghubungkan masalah metode hukuman yang diterapkan dengan motivasi dan kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadis siswa- siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek.
Permasalahan: (1). Adakah Pengaruh Metode Hukuman Terhadap Motivasi Belajar Al-Qur’an Hadis Siswa- Siswi Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek? (2) Adakah Pengaruh Metode Hukuman Terhadap Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadis Siswa- Siswi Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek?
Hipotesis Penelitian: (1). Ada korelasi yang positif dan signifikan antara metode hukuman terhadap motivasi belajar Al-Qur’an Hadis siswa- siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek. (2). Ada korelasi yang positif dan signifikan antara  metode hukuman tehadap kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadis siswa-siswi kelas X (MAN) Trenggalek. (3). Ada korelasi yang positif dan signifikan antara intensitas pemberian metode hukuman terhadap kmotivasi belajar Al-Qur’an Hadis siswa- siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek. (4). Ada korelasi yang positif dan signifikan antara intensitas pemberian metode hukuman terhadap kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadis siswa- siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek.
Metode Penelitian: (1). Pola penelitian: Kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik. (2). Populasi: Seluruh  siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek. Sampling: Purposive Sampling. Sampel: seluruh siswa kelas XA dan XB Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek. (3). Variabel: variabel X yaitu Metode Hukuman, , variabel Y1 yaitu: Motivasi Belajar, dan Variabel Y2 yaitu: Kedisiplinan Belajar. Data: Primer dan Sekunder. (4). Metode dan Instrumen: metode observasi instrumennya: rating scale, metode angket instrumennya: daftar pernyataan, dan metode dokumentasi instrumennya: resume card. (5). Teknik analisis data: data penelitian dianalisis dengan statistik menggunakan rumus “Product Moment”.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Implementasi Pendidikan Agama Islam di SDN II Pucangan Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung (PAI-40)



BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan latar belakang permasalahan yang mendasari pentingnya penelitian ini dilakukan; bagaimana permasalahan itu diangkat dan dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan banyak manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah kehidupan. Hasbullah mengatakan “Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan”.[1] Ini mengisyaratkan bahwa sebuah pendidikan merupakan suatu upaya dalam membentuk suatu kepribadian seseorang ke arah yang yang lebih baik, sehingga dengan pendidikan yang dimiliki itu bisa membina ukhuwah ketika kita hidup bermasyarakat.
Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai alat pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan  pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan dan kesatuan bangsa, memberi kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk  mewujudkan pendidikan yang bermutu, dan berdaya saing dalam kehidupan sosial.
Bab I pasal 1 ayat 1 dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa; “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.[2]  Sedangkan Bab II pasal 3 menyebutkan bahwa; “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[3] Undang-Undang RI ini mengamanatkan bahwa pendidikan  diselenggarakan untuk membantu individu atau peserta didik dalam rangka  mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, agar kelak menjadi orang dan anggota masyarakat serta warga Negara yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional,
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan seperti yang dicita-citakan dalam Undang-Undang tersebut, maka setiap sekolah harus menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang telah diprogramkan. Program pendidikan  dapat terselenggara dengan baik dan akan berhasil dengan sukses apabila program tersebut diimplementasikan sesuai dengan perencanaan strategis yang telah ditetapkan, seperti perencanaan pembiayaan, SDM, waktu, sarana dan prasarana, kurikulum dan sebagainya. Tanpa adanya perencanaan strategi yang baik dalam penyelenggaraan program pendidikan, maka kegiatan pendidikan tidak akan dapat berhasil dan sukses mencapai mutu dengan baik serta mencapai tujuan atau kualifikasi yang dicita-citakan atau sesuai visi dan misi sekolah tersebut maupun cita-cita masyarakat secara luas.
Peran sekolah sebagai salah satu organisasi atau institusi publik yang berkenaan dengan masalah pendidikan, harus mampu memberdayakan masyarakat secara luas. Dengan sistem pendidikannya, pembelajaran harus dikonseptualisasikan sebagai suatu usaha dan proses untuk pemberdayan masyarakat, khususnya peserta didik. Dan ini harus disadari dan diusahakan secara kolektif, yang perlu dilakukan oleh individu sendiri yang sedang belajar, keluarga dan masyarakat serta pemerintah dalam rangka melakukan investasi masa depan individu dan bangsa. Pendidikan nasional dengan demikian harus mampu menanamkan nilai-nilai kepada masyarakat umumnya dan peserta didik khususnya, agar memiliki sikap hidup yang toleran, saling mempercayai, sehingga pada akhirnya masyarakat kita memiliki kecakapan untuk hidup dalam berbagai bentuk pluralitas kehidupan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penggunaan Metode Hadiah dan Hukuman dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di MAN Kota Blitar (PAI-39)


Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh prestasi belajar yang anjlok dan belum adanya perubahan yang mendukung dalam proses pembelajaran di kelas sehingga diharapkan adanya peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran. Salah satunya adalah perubahan strategi  pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga tumbuh motivasi belajar siswa dan menyukai proses pembelajaran dengan menggunakan metode hadiah dan hukuman.
Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini,  1) Bagaimana perencanaan guru dalam menggunakan metode hadiah dan hukuman untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik di MAN Kota Blitar? 2) Bagaimana hambatan dan peluang penggunaan metode hadiah dan hukuman meningkatkan motivasi belajar peserta didik di MAN Kota Blitar? 3) Bagaimana hasil penggunakan metode hadiah dan hukuman dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di MAN Kota Blitar?
Penelitian ini berdasarkan lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan, dan ditinjau dari segi sifat-sifat data termasuk dalam penelitian kualitatif, berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisa data dilakukan mulai dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan perpanjangan kehadiran, triangulasi, pembahasan teman sejawat dan klarifikasi dengan informan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol (PAI-38)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses belajar apapun itu, satu hal yang penting harus kita miliki salah satunya adanya minat dari diri kita. Diperlukan semacam dorongan dari jiwa yang dapat mengarahkan kita kepada kegemaran tersebut. Dorongan itu merupakan penggerak manusia untuk beraktifitas yang tanpa dorongan tersebut manusia tidak akan beraktifitas sama sekali ataupun bila ia beraktifitas tentu tidak disertai dengan kesadaran. “Dorongan jiwa pada tingkat yang tinggi lazim disebut “minat” yang dapat mengarahkan sekaligus menggairahkan seseorang kepada suatu kegemaran.”[1]
Untuk mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasan juga minat, sebab tanpa adanya minat segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efesien.
Karena itu minat adalah kata kunci dalam pengajaran. Kaidah ini lebih perlu diperhatikan dibanding dengan kaidah lainnya. Kaidah ini terutama amat berpengaruh pada pengajaran tingkat rendah. Bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar itu akan berjalan dengan baik dan hasil belajar akan optimal.[2]

Tidak ada sang juara tanpa belajar dengan sungguh-sungguh. Bukan seperti dalam cerita, seorang murid yang waktu pelajaran tidak pernah hadir, dan ia hanya tidur-tiduran kemudian mengharap mendapat ilmu laduni, tiba-tiba bisa menguasai ilmu yang diajarkan gurunya.
Seorang pelajar yang mungkin sebenarnya memiliki bakat terpendam dalam bidang seni, tapi karena tidak ada usaha untuk mengembangkan sehingga bakat tadi tidak berbuah apa-apa tapi justru makin terpendam lagi. Dan itu banyak sekali penyebabnya. Diantaranya lingkungan yang tidak kondusif, manajemen sekolah yang kurang baik, kesibukannya yang sangat padat di luar sekolah (meskipun terkadang hal ini justru menjadi pemicu kedisiplinan), teman-teman sepergaulan yang kurang sejalan dengan arah bakatnya, dan juga faktor guru. Faktor guru yang dimaksud misalnya kurang baik kedisiplinan maupun kepribadiannya, kurang menguasai materi, dan lain-lain. Bahkan ada yang berpendapat bahwa siswa-siswi itu menjadi berminat atau tidaknya terhadap mata pelajaran lebih karena faktor guru. “Al thariqah ahammu min al maddah walakinna al mudarris ahammu min al thariqah (metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada metode).”[3]
Guru merupakan figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Sebab dalam kegiatan belajar mengajar peran guru sangat menentukan arah pendidikan tersebut sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan proses belajar mengajar.
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua peserta didik dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan mereka memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya.
Dari sekian banyak faktor penyebab meningkatnya minat peserta didik, kepribadian guru adalah salah satunya. Kepribadian merupakan faktor penting bagi seorang guru karena kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan mejadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Sunan Gunung Jati (PAI-37)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang guru yang memiliki perilaku dan kemampuan untuk mengembangkan siswa secara utuh, maka hendaknya guru menguasai berbagai hal sebagai kompetensi dasar keguruan. Jabatan guru merupakan pekerjaan profesi, oleh karena itu kompetensi guru sangatlah dibutuhkan dalam Kualitas Pembelajaran, hal ini sejalan dengan penjelasan Arifin yang mengartikan profesi adalah :
Seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan keahlian khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiyah disamping mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya, mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu.[1]
 Agar profesi guru dapat memenuhi persyaratan yang sesuai dengan maksud diatas, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memahami kompetensi guru terutama yang menyangkut Kualitas Pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pendidikan, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi (kemampuan) ini diperoleh melalui proses pendidikan atau latihan. Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru. Seorang guru perlu memiliki kompetensi (kemampuan) untuk mengorganisasi ide-ide yang dikembangkan menjadi guru merupakan suatu profesi yang sangat mulia, suatu profesi yang seharusnya didasari oleh panggilan jiwa, bukan semata-mata karena kepintaran dan keterpaksaan karena tidak ada lagi profesi yang lain. Menjadi guru mengemban tugas sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Setiap orang akan bisa dan mampu menjadi pengajar dengan latar belakang pendidikan apapun, akan tetapi tidak semua orang bisa untuk menjadi pendidik, sekalipun lulusan institusi pendidikan yang sudah memiliki akta IV, itu bukanlah jaminan untuk dapat menjadi guru yang profesional.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pendidikan Seks Remaja dalam Keluarga Menurut Perspektif Islam, (PAI-36)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
             Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan lepas dari kegiatan pendidikan, baik pendidikan dalam bentuk fisik maupun psikis.[1]Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya”.[2] ”Pendidikan, seperti halnya kesehatan, adalah termasuk kebutuhan pokok (hajat asasiyah) yang harus terpenuhi dalam diri setiap manusia dalam hidupnya”,[3] berupa  menjauhkan diri dari sikap dan sifat bodoh, menambah wawasan hidup, memenuhi kemajuan gaya dan pola hidup, dan meraih prestasi untuk mengeksiskan diri dalam kehidupan.[4] Untuk mewujudkannya dapat direalisasikan di antaranya dengan menampilkan konsepsi pendidikan seks. 
             Pendidikan seks sangat diperlukan karena dilatarbelakangi adanya problem yang akhir-akhir ini mendominasi kehidupan masyarakat.[5] Problem itu sangat terkait dengan akhir-akhir ini pergaulan remaja (laki-laki dan wanita) sudah sangat mengkhawatirkan, sudah sangat keblabasan dan kelewat batas. Sering menyaksikan adegan di jalan-jalan, maal-maal maupun angkutan-angkutan umum, sepasang muda-mudi/remaja sedang asyik berciuman, berpelukan, berangkulan dan lain sebagainya.[6] Bahkan di media, anak kita sering disuguhkan hidangan bacaan dan tontonan adegan seks sepasang pemuda-pemudi sedang ber-indihoy atau dengan istilah keren ’kumpul kebo’. Na’uzu billahi min zalik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Didik Di SMP Islam Durenan Trenggalek (PAI-34)



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan system dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dengan segala aspek kehidupan manusia.  Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.[1] Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk membentuk anak manusia demi menunjang perannya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan merupakan proses budaya yang mengangkat harkat dan martabat manusia sepanjang hayat. Dengan demikian pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan manusia.
Berdasarkan dengan hal tersebut tampak bahwa output pendidikan adalah terbentuknya kecerdasan dan keterampilan seseorang yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga, jelaslah pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, Negara dan maupun pemerintah. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa, mutu pendidikan ini masih jauh yang diharapkan. Sejalan dengan tuntunan nasional dan global pendidikan harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tidak mungkin dapat diraih tanpa adanya pengendalian mutu yang dilaksanakan melalui penerapan dalam pendidikan secara konsisten.
Oleh karena itu perlu disadari bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu rangkaian proses pembelajaran anak manusia memuji kedewasaan diri baik secara intelektual, moral sosial, dan emosional.  Upaya tersebut dilakukan agar sianak didik dapat menggali, menemukan dan kemudian menempa potensi dirinya dalam rangka mempersiapkan masa depan hidupnya. Dengan hal tersebut, pendidikan dianggap menjadi salah satu wahana yang diharapkan mampu membangun manusia yang beradaban dan mampu memberdayakan segenap potensi diri. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.[2]
Berbagai upaya atau usaha yang dilakukan oleh pemerintah didalam mensejahterakan kehidupan bangsa. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah yang mengacu kearah kemajuan adalah melaksanakan dan mengembangkan, terutama dalam mengembangkan kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hasil dari pendidikan itu dapat segera atau berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlak Siswa di MI Assyafi’iyah Pikatan (PAI-33)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam Psikologi dikenal teori tabularasa yang menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia yang lahir ke dunia itu bagaikan kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisannya, akan menjadi apakah manusia itu kemudian, tergantung kepada apa yang akan dituliskan diatasnya. Dan lingkungan atau pengalamanlah yang akan menulis, terutama pendidikan yang merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu.[1]
Penilaian terhadap baik dan buruknya pribadi manusia itu sangat ditentukan oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik itu teman, orang tua, guru maupun masyarakat dan juga pendidikan yang ditanamkan sejak kecil dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam pembiasaan-pembiasaan anak terhadap tingkah laku atau perbuatan baik harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan perbuatan yang baik tersebut. Dia dibiasakan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya akan terdorong untuk melakukannya, tanpa perintah dan luar, tapi dorongan dan dalam. Seperti prinsip agama Islam bahwa tidak ada paksaan, tapi ada keharusan pendidikan yang dibebankan kepada orang tua dan guru atau orang yang mengerti agama (ulama’)[2].
Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dari berbangsa serta bernegara. Akhlak merupakan proses esensi ajaran Islam disamping aqidah dan syariah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu juga dapat dilihat corak dan hakekat manusia yang sebenarnya.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

STRATEGI GURU AGAMA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA MI MA’DINUL ULUM (PAI-31)

BAB I
PENDAHAULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.[1]
Seorang guru sangat berperan sekali dalam dunia pendidikan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di Sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik selaras dengan tujuan sekolah itu. Sesungguhnya guru sangat besar jasanya dalam menghantarkan harkat dan martabat manusia, oleh karena itu guru perlu mendapatkan penghargaan yang sesuai dari semua pihak. Penghargaan terhadap guru bukan sekedar tuntutan para guru, namun merupakan kewajiban kita untuk melakukannya.[2]

Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, Karena itulah perlu adanya peran serta dari sumber daya yang handal dan tangguh, yaitu manusia yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk mengisi dan memanfaatkan segala kemajuan yang ada. Sehingga untuk mengisi dan memanfaat segala kemajuan yanh ada diperlukan usaha dan strategi-strategi tertentu yang bertujuan mencetak dan membentuk sumber daya manusia yang handal dan tangguh. Keterkaitan dengan sistem pendidikan nasional, jelas disebutkan dalam rumusan tujuan pendidikan kita. Dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[3]


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

REKONSTRUKSI KURIKULUM PESANTREN KHALAF: Integrasi Materi dan Transformasi Metode Pembelajaran (PAI-30)



Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh harapan yang besar dari masyarakat kita, bahwa pesantren salaf mampu merespon seluruh tantangan modernitas yang terjadi dewasa ini, sehingga membuatnya tetap layak disandingkan dengan institusi lain dalam percaturan pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya pesantren belum mampu secara total merespon fenomena ini, respon yang selama ini dilakukan sangat minim, hanya sekedar untuk menjamin keberlangsungan pesantren salaf. Dari situlah peneliti tertarik memotret kondisi obyektif pesantren beserta faktor yang mempengaruhi proses pembaharuannya, hal ini perlu mengingat pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia, yang mencerminkan orisinilitas pendidikan Indonesia.
Rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan skripsi  ini adalah : (1). Bagaimana proses integrasi materi pembelajaran di pesantren khalaf? (2). Bagaimana proses transformasi metode pembelajaran di pesantren khalaf?
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : (1). Untuk mengetahui proses integrasi materi pembelajaran yang telah dilakukan pesantren khalaf, (2). Untuk mengetahui proses transformasi metode pembelajaran yang telah dilakukan pesantren khalaf.
Kegunaan penelitian : secara teoritis, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan Islam khususnya mengenai proses integrasi materi dan transformasi metode pembelajaran pesantren khalaf. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam proses integrasi materi dan transformasi metode pembelajaran pesantren khalaf lain di masa yang akan datang.. secara praktis, penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa fihak diantaranya, Kiai, untuk dijadikan masukan dalam penyempurnaan proses integrasi materi dan transformasi metode pembelajaran yang sedang berlangsung di pesantren khalaf yang dikelola, melalui kebijakan yang membuat materi agama dan umum benar-benar menyatu bukan sekedar bersanding, serta kebijakan penerapan metode pembelajaran yang lebih kritis dan dinamis, sehingga pesantren khalaf bisa menjadi institusi pendidikan yang kontekstual.Ustadz, untuk dijadikan masukan dalam rangka pembentukan sikap integratif pendidik ketika menghadapi dua jenis materi (agama dan umum) dengan karakter berbeda, serta memberikan pengetahuan mengenai metode-metode alternatif yang mungkin belum pernah dia terapkan, atau belum dikuasai sehingga dapat memenuhi kualifikasi profesionalitas pendidik.Santri, sebagai wawasan mengenai bagaimana sikap ideal santri dalam menyikapi perbedaan ilmu agama dengan umum sehingga tidak akan menjadi santri dengan pribadi yang pincang (split personality), serta memberikan wawasan mengenai metode pembelajaran yang perkembangan telah diterapkan, sehingga memungkinkan santri untuk mempelajari bahkan menerapkan metode terbaru. Pemerintah, dalam hal ini Depag, sebagai masukan dalam upaya pengembangan institusi pendidikan pesantren khalaf menjadi institusi modern tanpa harus kehilangan identitas.Peneliti selanjutnya, sebagai petunjuk, arahan dan acuan bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan hasil penelitian ini.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Kantor Urusan Agama dalam Membina Kerukunan Umat Beragama di Kauman Tulungagung (PAI-29)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keragaman agama merupakan suatu ciri penting sositas modern. Dan komunikasi mengenai serta antara berbagai budaya dan agama, merupakan suatu prasarat penting untuk saling memahami dalam suatu dunia yang global. Secara persis karena ada beberapa konflik dan problema yang agaknya disebabkan atau dilegitimasikan oleh berbagai faktor studi agama–agama yang seharusnya ada sumbangan atau kontribusinya terhadap pengetahuan demi pemahaman yang lebih baik tentang hakekat (sifat) serta perkembangan historis dari berbagai agama.
Di dalam proses pendirian negara Indonesia, sebuah konsep keberagaman baru diterapkan secara kultural dari konsep ketuhanan yang Maha Esa dari bangsa Indonesia sendiri yang disebut Pancasila. Konsep keberagaman ini adalah hasil dari dinamisasi sosial historis bangsa Indonesia terhadap keragaman budaya mereka. Konsep keberagaman ini terbukti dapat memperlakukan setiap individu menjadi sederajat dan manusiawi. Pancasila ini tiak hanya memasukkan para pengikut agama tertentu saja, tetapi juga mereka para penganut aliran kepercayaan yang tidak memeluk agama tertentu dan membebaskan mereka untuk menjalankan ajaran dan kepercayaannya tersebut, meskipun bisa dikatakan bukan merupakan sebuah agama. Konsep ini merupakan konsep keberagamaan yang inklusif dan transformatif.[1]
Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama–agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleransi kepada orang lain dalam hidup sehari–hari, sehingga tumbuh pula kerukunan beragama. Kerukunan hidup beragama itu dimungkinkan karena agama–agama memiliki dasar ajaran untuk hidup rukun semua agama menganjurkan untuk senantiasa hidup damai dan rukun dalam hidup dan kehidupan sehari–hari.[2] Selain itu agama mempunyai pandangan holistik terhadap umat manusia. Dengan perkataan lain, umat manusia merupakan suatu kesatuan yang integral.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF ISLAM (Konsep dan Implementasinya dalam Proses Belajar Mengajar (PAI-28)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai pendidikan memang tidak pernah ada habisnya. Berbagai persoalan pendidikan pun muncul seiring dengan perkembangan zaman. Begitu juga solusinya yang kian hari kian banyak opini, pendapat, jurnal, artikel bahkan penelitian khusus tentang pendidikan, baik kajian teoritik mauupun empirik.
Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Fatah Yasin mengutip perkataan John Dewey yang juga dikutip dalam bukunya Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin”.[1]
Pernyataan Dewey tersebut mengisyaratkan bahwa sejatinya suatu komunitas kehidupan manusia di dalamnya telah terjadi dan selalu memerlukan pendidikan, mulai dari model kehidupan masyarakat primitif sampai pada model kehidupan masyarakat modern. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan secara alami merupakan kebutuhan manusia, upaya melestarikan kehidupan manusia, dan telah berlangsung sepanjang peradaban manusia itu ada. Dan hal ini sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki peran rangkap dalam hidupnya, yaitu sebagai makhluk individu yang perlu berkembang dan sebagai anggota masyarakat dimana mereka hidup. Untuk itu pendidikan mempunyai tugas ganda, yakni disamping mengembangkan kepribadian manusia secara individual, juga mempersiapkan manusia sebagai anggota penuh dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan lingkungan dunianya.[2]
Manusia dilahirkan ke dunia ini bagaikan kertas putih tanpa ada coretan sedikitpun. Pengalaman dan lingkunganlah yang akan memberikan coretan-coretan tersebut, sehingga akan terbentuk perilaku  terhadap manusia. Pendidikan bisa dilaksanakan di mana saja dan kapan saja waktunya. Islam mengajarkan bahwa pendidikan pertama dan utama yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik adalah orang tua.[3] Islam memerintahkan kepada orang tua untuk mendidik diri dan keluarganya, terutama anak-anaknya agar terhindar dari siksaan. Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan anaknya.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pelaksanaan Pendidikan Islam Tentang Haidl dan Istihadloh Pada santri putri Pondok Modern Darul Hikmah Tawangsari (PAI-27)

BAB I PENDAHULUAN
 A. Konteks

Penelitian Pendidikan Islam secara praktis telah ada dan dilakukan sejak Islam lahir. Usaha dan kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. dalam lingkup pendidikan dengan jalan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma budaya Islam yang dikembangkan dalam hidup dan kehidupan dengan menggunakan media yang berdasarkan wahyu Allah SWT. sehingga warga Mekkah yang tadinya bercorak diri yang jahat berwatak kasar berubah menjadi baik dan mulia dan dari yang bodoh berubah menjadi ahli dan cakap dan yang kafir dan musyrik penyembah berhala berubah menjadi penyembah Allah SWT.

Berbicara tentang pendidikan Islam tidak dapat terlepas begitu saja dari ajaran Islam yang bersumber utama pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan merujuk pada kedua pedoman tersebut diharapkan dapat diperoleh hakikat pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan dalam perspektif Islam banyak dikenal dengan menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan al-riyadah semua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda-beda dalam konteks-konteks tertentu meskipun pada konteks yang lain memiliki makna yang sama.

Di tengah kehidupan bangsa yang makin kompleks ini, dunia pendidikan dituntut harus mampu menyajikan kurikulum yang makin beragam,Sebagai akibatnya masalah fiqhiyah mendapat porsi yang kian terbatas dengan bahasan yang cenderung global, begitu pula realita yang dialami oleh pelajaran Risalatul Mahid (pendidikan tentang haidl) yang merupakan sub bahasan dari bidang fiqh. Padahal problem haid dan istihadhoh selamanya akan dihadapi oleh setiap wanita sejak dahulu sampai zaman modern sekarang ini dan akan datang.

Sejak awal kehadirannya Islam menegaskan bahwa sama sekali tidak dapat ditolelir segala bentuk tindakan asusila ataupun asosial yang dilakukan terhadap kaum wanita, sebab telah lama Islam menyuarakan dengan lantang; wanita adalah juga makhluk Allah SWT. yang harus dihargai dan dihormati. Mereka punya hak aktif dan peran strategis baik di wilayah domestik maupun wilayah publik perjuangan Islam akan hak-hak ini didasari oleh betapa komunitas wanita diperlakukan dengan tidak manusiawi hanya karena kodratnya. Mereka bukan hanya dimarginalkan, bahkan merekapun sering mendapatkan perlakuan diskriminatif. Menyikapi realita di atas Alalh SWT berfirman :

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidl/katakanlah “haidl itu adalah suatu kotoran, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita saat haidl, dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di perintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Al-Baqoroh: 222 ) Ayat di atas merupakan jawaban reaktif dari Islam terhadap segala perlakukan marginal dan diskriminasi yang telah dilakukan orang-orang Nasrani dan Yahudi terhadap istrinya dikala sedang haidl, mereka tidak hanya menjauhi saat makan dan minum, tapi mereka juga mengusirnya dari rumah. Untuk itulah Islam meletakkan dasar-dasar emansipasi yang sampai saat ini masih menjadi isu hangat dalam berbagai diskusi. Ironisnya keasyikan berdiskusi tentang hak-hak reproduksi wanita ternyata tidak diimbangi dengan pengkajian terhadap kondisi wanita, lebih-lebih dalam masalah haidl dan Istihadloh, akibatnya, banyak di antara kaum hawa yang justru mengalami sendiri, tidak mengerti apa yang mesti dilakukan. Haidl dan Istihadloh merupakan suatu masalah yang sangat rumit untuk difahami, yang pada akhir-akhir ini kurang diperhatikan oleh kaum hawa pada umumnya.

Padahal haidl dan Istihadloh dalah sesuatu yang berkaitan dengan syah dan tidaknya sholat serta ibadah-ibadah yang lain, lebih-lebih pada wanita yang telah berkeluarga, tidak jarang di antara mereka yang beranggapan, bahwa setiap kali mengeluarkan darah dianggap haidl dan bila berhenti dianggap suci, dengan tanpa mempertimbangkan batas minimal atau maksimal haidl dan tanpa melihat batas minimal suci. Siklus haidl sekalipun merupakan hal yang lumrah, namun kedatangannya tetap menimbulkan “penderitaan” bagi kaum wanita, ketika sedang haidl, umumnya mereka tidak enak badan, merasa malas dan letih di sekujur tubuh, bahkan terkadang merasakan nyeri dan sakit dibagian perut atau punggung. Haidl dan istihadloh adalah ketentuan Allah SWT dan menjadi kodrat yang mesti dialami oleh umumnya kaum hawa, kenyataan bukan masalah apabila wanita tersebut dapat membedakan dan menentukan darah yang dihukumi haidl, dan istihadloh. Namun manakala hari-hari terus berdarah, sehingga masa suci pun tetap mengeluarkan darah, maka hal ini dapat menimbulkan masalah.

Oleh sebab itu diperlukan sebuah teori “Ilmu” yang membahas tentang haidl, Istihadloh dan permasalahannya. Kesalahan terbanyak dari kaum wanita adalah anggapan bahwa setiap darah adalah haidl, tanpa memahami apa dan bagaimana sebenarnya haidl itu. Haidl dan Istihadloh menjadi penting untuk dibicarakan, karena haidl dan Istihadloh sering kali bersentuhan dengan rutinitas ibadah yang nota bene harus suci dari najis dan hadats. Sangatlah tidak tepat ungkapan yang menyatakan “Setiap darah adalah haidl, dan setiap putus darah adalah suci”, karena sebagaimana dikaji dalam berbagai kitab fiqh bahwa tidak semua darah dapat dihukum haidl, dan tidak setiap putus darah dihukumi suci yang hakiki.

Mengerti dan faham masalah haidl dan Istihadloh adalah hal yang wajib bagi semua wanita dan laki-laki yang sudah beristri juga para mu’alim para da’i dan kita semua. Sebab masalah ini sangat erat hubungannya dengan ibadah yang fardlu Ayn, seperti sholat dan puasa. Seharusnya semua wanita yang berumur 9 tahun sudah mengerti tentang hal ini atau suaminya. Sebab umur 9 tahun wanita sudah mungkin mengalami haidl dan Istihadloh. Kenyataannya anak-anak yang baru tamat MI/SD sudah banyak yang haidl atau istihadloh. Padahal masih banyak orang yang sudah dewasa (suami-istri) yang sama sekali belum mengerti masalah ini. Bahkan masih banyak yang belum mengerti cara-cara mandi yang benar, sholat dan puasa yang wajib di qodlo’i. Ada yang sudah belajar namun masih banyak yang salah. Hal ini sangat membutuhkan perhatian kita semua, lebih-lebih akhir-akhir ini banyak wanita yang haidlnya tidak teratur (tidak normal).

Berangkat dari hal di atas dapatlah kita ketahui bahwa permasalahan tentang haidl dan Istihadloh akhir-akhir ini kurang diperhatikan sehingga banyak kaum hawa yang tidak memahami dan mengerti permasalahan yang berhubungtan dengan haidl dan Istihadloh. Dengan demikian permasalahan tentang haidl dan Istihadloh harus kita perhatikan sungguh-sungguh dan wanita wajib mempelajarinya, jika suaminya tidak mengerti maka wanita tersebut wajib pergi untuk belajar kepada orang yang mengerti dan suaminya haram mencegahnya kecuali suaminya yang belajar kemudian diajarkan pada istrinya. Pondok Modern Darul Hikmah Tawangsari Tulungagung merupakan salah satu Pondok Modern di Tulungagung yang berbeda dengan Pondok yang lain, Walaupun Pondok Darul Hikmah merupakan Pondok yang Modern tetapi Pondok Darul Hikmah juga tetap mempertahankan Pendidikan Salafiyah itu terbukti dengan adanya pendidikan tentang haidl dan Istihadloh, yang dijadikan suatu pelajaran extra yang wajib diikuti oleh semua santri putri Pondok Modern Darul Hikmah, yang akan diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pendidikan Tauhid terhadap Pembentukan Kepribadian Anak di MI Al-Hidayah Ngrencak (PAI-25)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kalangan orang tua yang memiliki atensi lebih terhadap masa depan mendatang, tentu memiliki keprihatinan yang sangat tinggi terhadap kondisi moralitas anak sekarang. Dekadensi moral anak telah terjadi di negeri ini. Fenomena ini cukup menggelitik para insane pelaksana dunia pendidikan di elemen manapun, karena bila anak-anak bangsa ini tidak baik moralnya, maka yang paling bertanggung jawab adalah dunia pendidikan.[1]
Masalah serius yang dihadapi pemerintah, masyarakat dan khususnya orang tua adalah masalah pendidikan anak. Walaupun sifat permasalahan yang dihadapi berbeda-beda tergantung karakter tingkat ekonomi, sosial dan warna budayanya. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian sesuai dengan harapan. Hal ini mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan Islam itu harus dihubungkan.
Anak merupakan amanat Allah Swt bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, bila dia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan dilatih dengan kontinyu, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila dia dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia terbiasa buruk pula dan menjadikan ia celaka dan rusak. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan walaupun dalam format yang paling sederhana. Karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.
Sebagai tempat yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang baik, dikembangkan dalam lembaga formal maupun lembaga non formal. [2]
Sebagai umat Islam sudah semestinya mengenalkan pendidikan agama diperlukan suatu pengetahuan tentang Methodologi pendidikan agama dengan tujuan agar pendidikan agama dapat memperoleh pengetahuan dan kemampuan mendidik agama yang dilengkapi tentang ketrampilan dasar pengajaran.
Tauhid merupakan ajaran Tuhan itu Esa, yang harus diyakini oleh umat Islam.  Di mana memang sudah menjadi tuntutan fitrah manusia bahwa dalam dirinya ada sesuatu perasaan yang menyakini adanya Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai tempat berlindung dan mohon pertolongan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap prestasi belajar siswa Mata Pelajaran PAI di UPTD SMPN 2 Sumbergempol (PAI-22)

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan adalah merupakan cita-cita dan tujuan bangsa, yang merupakan modal dasar untuk membangun dan membawa kemajuan suatu bangsa dalam segala segi kehidupan dan penghidupan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah mengupayakan dan menyediakan beberapa lembaga pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah sebagai wahana/wadah pembinaannya dan tenaga-tenaga pendidik yang profesional.

Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global dalam kehidupan. Dengan pendidikan ini pula harkat dan martabat seseorang akan terangkat, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, martabat di lingkungannya juga rendah. Namun apabila seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, akan semakin tinggi pula martabat orang tersebut.

Hal ini juga akan berlaku pada bangsa dan negara. Harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia juga dipengaruhi oleh pendidikan penduduknya. Negara/bangsa yang pendidikan penduduknya rata-rata rendah maka di mata dunia martabat bangsa tersebut juga rendah. Akan tetapi sebaliknya apabila pendidikan penduduk suatu bangsa semakin tinggi, maka martabat bangsa tersebut juga tinggi. Bahkan bangsa-bangsa lain akan bersahabat dan memperhitungkan bangsa tersebut.

Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa-bangsa Indonesia tak henti-hentinya berupaya agar seluruh penduduknya mengenyam pendidikan. Upaya-upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan harkat/martabat bangsa dituangkan dalam Undang-UndangRepublik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam  rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]



Sebagai implementasi dari Undang-Undang tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam pendidikan. Kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 meliputi peningkatan akses rakyat terhadap pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat.

Hal tersebut dilaksanakan karena pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan bermutu, hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain,Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut  maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat).[2]

Sebagai upaya menghindari terjadinya putus sekolah dan sulitnya memperoleh akses pendidikan bagi kelompok miskin, maka pemerintah menggulirkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu agar dapat memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.[3] Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat SD/MI dan SMP/MTs untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orang tua siswa. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid. Lebih lanjut, tujuan utama di cetuskannya Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maka siswa atau orang tua siswa tidak dipusingkan lagi dengan masalah-masalah pendanaan atau biaya sekolah. Sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa akan tercapai dengan lebih baik.

UPTD SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung merupakan salah satu di antara sekian banyak sekolah negeri yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak atau peserta didik usia sekolah menengah pertama. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan, UPTD SMPN 2 Sumbergempol juga mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dengan adanya dana bantuan tersebut, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan kualitas out put dari proses pendidikan yang dilaksanakan.

Dengan sedikit uraian yang disampaikan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian lebih mendalam berkaitan dengan permasalahan tersebut yang tertuang dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengaruh Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di UPTD SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung”.




Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan