Pengaruh Subtitusi Fosfat Dengan Asap Cair Terhadap Kualitas Nugget Dada Broiler Prarigor Dan Pascarigor (PT-20)



Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam yang semakin tinggi khususnya daging broiler yang jadi pilihan. Daging broiler menjadi pilihan karena dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi yang mengonsumsinya karena memiliki cita rasa yang enak dan kandungan gizinya yang lengkap. Disamping itu broiler dapat dipanen dan dipasarkan dengan cepat.
            Masyarakat mengenal dua bentuk produk yang dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani yakni daging segar dan daging olahan. Pada umumnya pengolahan dilakukan bertujuan untuk mempertahankan daya simpan suatu produk bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan, memberikan nilai tambah dan cita rasa suatu produk, serta  meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu perlu di lakukan suatu usaha agar kandungan gizi pada daging dapat di pertahankan. Salah satu produk olahan yang menggunakan daging adalah nugget.
            Nugget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi, di mana kualitas nugget ditentukan oleh karakteristik daging yang digunakan  sebagai bahan baku. Kemampuan untuk mengikat air dan lemak untuk menstabilkan emulsi merupakan sifat yang penting untuk produk emulsi, sehingga di peroleh produk yang memiliki sifat fisik dan sensorik yang optimal. Daging segar dari fase rigor yang berbeda memiliki karakteristik  yang berbeda sebagai bahan baku.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Perbedaan Protokol Induksi Berahi Terhadap Lama Berahi Pada Sapi Perah Di Kabupaten Sinjai (PT-22)



Kabupaten Sinjai merupakan salah satu Kabupaten yang berusaha mengembangkan sapi perah. Besarnya apresiasi dari pihak birokrasi dan masyarakat serta iklim yang mendukung untuk menjadikan Kabupaten Sinjai menjadi sentrum pengembangan sapi perah. Pengembangan sektor peternakan di Kabupaten Sinjai mendapat perhatian dari pemerintah, terbukti dengan ditetapkannya Kabupaten Sinjai dalam program Gerbang Mas sektor  peternakan.  Kabupaten Sinjai memiliki iklim dan letak geografis yang menguntungkan. Disamping itu potensi lahan yang luas  untuk pengembangan sektor ini masih luas dan tersedianya pakan yang melimpah merupakan salah satu indikator dipilihnya Kabupaten Sinjai dalam pengembangan program Gerbang Mas di sektor Peternakan.  Salah satu upaya dalam pengembangan ini yaitu pengembangan sapi perah, penggemukan sapi potong, pengembangan kambing Bour. Dalam pengembangan sapi perah, dimulai pada tahun 2002, yang setiap tahunnya populasinya bertambah, awalnya hanya 73 ekor kini telah mencapai 199 ekor (Anonim, 2011a).
Faktor keberhasilan sapi perah salah satunya tergantung pada penampilan reproduksi yang berhubungan dengan efisiensi reproduksi. Penampilan reproduksi yang baik akan menunjukkan nilai efisiensi reproduksi yang tinggi, sedangkan produktifitas yang masih rendah dapat diakibatkan oleh berbagai faktor terutama yang berkaitan dengan efisiensi reproduksi. Faktor yang berpengaruh seperti kekurangan pakan sehingga menyebabkan penurunan kondisi tubuh yang berdampak pada  sulitnya berahi terdeteksi, atau berahi tapi tidak nyata (silent heat), atau ada berahi tetapi tidak terjadi ovulasi. Dalam hal ini sapi mampu bunting, tetapi kemudian kekurangan pakan, maka kemungkinan besar akan terjadi keguguran (Putro, 2009).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Karakteristik Peternak Terhadap Keputusan Pembiayaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Di Desa Tanete, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidenreng Rappang (PT-27)

Usaha peternakan ayam ras petelur merupakan suatu proses usaha yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Namun dalam memulai hal itu yang pertama harus diperhatikan adalah ketersediaan modal.
Dalam kenyataannya, usaha peternakan ayam ras petelur tidak dapat berjalan dengan mudah karena terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha yang dimiliki misalnya dalam hal permodalan. Usaha peternakan ini membutuhkan modal yang cukup besar sehingga ketersediaan modal kerja yang cukup merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk mendirikan usaha ayam ras petelur.
Olehnya itu dalam operasionalnya usaha peternakan ayam ras petelur seringkali pelaku  agribisnis mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan  modal usahanya seperti tidak terpenuhinya jumlah modal yang dibutuhkan dan terbatasnya ruang akses untuk mendapatkan sumber-sumber permodalan. Permodalan yang digunakan untuk mendukung kegiatan usaha peternakan dapat berasal dari dua sumber yaitu internal yang terdiri laba usaha dan eksternal yaitu pinjaman (bank, mitra) luar dan tambahan modal dari pemilik usaha.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Level Asap Cair Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Daging Sapi Bali Prarigor Pada Otot Longissimus Dorsi (PT-26)



Daging merupakan salah satu jenis hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bahan pangan, daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Sama halnya dengan bahan pangan hewani lainnya seperti, susu, telur dan lain-lain, daging bersifat mudah rusak akibat proses mikrobiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan baik.
Proses biokimia yang berlangsung sebelum dan setelah ternak mati sampai terbentuknya rigor mortis pada umumnya merupakan suatu kegiatan yang besar perannya terhadap kualitas daging yang akan dihasilkan pascarigor. Kesalahan penanganan pascamerta sampai terbentuknya rigor mortis dapat mengakibatkan mutu daging menjadi rendah ditandai dengan daging yang berwarna gelap (dark firm dry) atau pucat (pale soft exudative) ataupun pengkerutan karena dingin (cold shortening) atau rigor yang terbentuk setelah pelelehan daging beku (thaw rigor) (Abustam, 2009).
Perubahan otot menjadi daging meliputi perubahan sifat fisikokimia otot akibat perubahan-perubahan secara biokimia dan biofisik pada saat prarigor, rigormortis dan pascarigor.  Namun salah satu kendala pada sifat fungsional daging yaitu, adanya keterbatasan daging untuk  mengikat air  atau daging sapi fase prarigor hanya dapat bertahan sekitar 6-8 jam.  Dengan keterbatasan waktu yang mengharuskan daging tersebut haruslah segera diolah pada saat daging tesebut masih dalam fase prarigor mortis.  Salah satu cara untuk mempertahankan sifat fungsional yang dimiliki daging adalah dengan adanya penambahan bahan tambahan yang bisa mempertahankan sifat fungsional daging dan juga bisa menghasilkan kualitas yang baik pada daging tersebut.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pedagang Pengecer Ayam Buras Di Makassar (PT-30)

Peternakan merupakan salah satu sumber perekonomian khususnya bagi petani peternak. Dengan memperdagangkan ternak, petani peternak dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti menyekolahkan anak dan biaya kesehatan, bahkan pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga.
            Usaha peternakan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pembangunan sektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani peternak, selain itu membuka lapangan kerja dan kesempatan untuk berusaha, oleh karena itu pembangunan sektor peternakan perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan melalui kemampuan pengelolahaan dan penerapan teknologi yang tepat (Murtidjo,1992).
Telur dan daging ayam buras memiliki pangsa pasar tersendiri. Hal ini ditunjukkan oleh harganya yang melebihi telur dan daging ayam ras serta konsumennya banyak. Ayam buras merupakan salah satu unggas lokal yang umumnya dipelihara petani di pedesaan sebagai penghasil telur tetas, telur konsumsi, dan daging. Selain dapat diusahakan secara sambilan, mudah dipelihara dengan teknologi sederhana, dan sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan mendesak unggas ini mempunyai prospek yang menjanjikan, baik secara ekonomi maupun sosial, karena merupakan bahan pangan bergizi tinggiserta permintaannya cukup tinggi. Pangsa pasar nasional untukdaging dan telur ayam buras masing-masing mencapai 40% dan 30%.  Hal ini dapat mendorong peternak kecil dan menengah untuk mengusahakan ayam buras sebagai penghasil daging Produktivitas ayam buras yang dipelihara secara tradisional masin rendah, antara lain karena tingkat mortalitas tinggi, pertumbuhan lambat, produksi telur rendah, dan biaya pakan tinggi. Produksi telur ayam burasyang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari.Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha tani ayam buras, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari tradisional ke arah agribisnis (Suryana dan Agus, 2008).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Intensitas Penyuluhan Dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Inovasi Oleh Peternak Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo (PT-29)

Dalam pembangunan nasional, sektor peternakan lebih bersinggungan dengan software (perangkat lunak) yang salah satunya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan produk peternakan adalah sumber esensial protein hewani yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kecerdasan manusia. Subsektor peternakan dapat dikatakan sebagai subsektor yang strategis, karena permintaaan akan protein hewani oleh masyarakat terus meningkat.
   Salah satu usaha dalam subsektor peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu usaha budidaya sapi potong. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil bahwa budidaya sapi potong memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak atau menguntungkan secara finansial.  Penelitian Soebroto (2009) menunjukkan hasil, bahwa budidaya ternak sapi potong sangat menguntungkan karena dengan minimal 4 ekor sapi tiap kandang, hanya dalam waktu 1 tahun, BEP (Break Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan B/C ratio 1,126.
Menurut Rahim (2010) bahwa pengembangan sapi potong di Indonesia pada saat sekarang ini maupun dimasa yang akan datang sangat menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan atau kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi protein hewani yang bersumber dari daging. Oleh karena itu petani peternak dan pengusaha ternak sapi potong serta instansi pemerintahan sangat dituntut meningkatkan kuantitas dan kualitas sapi potong untuk memenuhi permintaan konsumen. Kuantitas dan kualitas ternak sapi potong dalam hal ini sapi Bali perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius, karena ada banyak faktor yang berpengaruh dalam pengembangannya seperti genetik dan lingkungan.            

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penggunaan Media Online Dalam Pemasaran Perahu Phinisi Di Kalangan Pengrajin Perahu Di Kabupaten Bulukumba (PM-45)



Ilmu komunikasi dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan dan semakin canggih dalam beberapa aspek. Hal ini mendorong berbagai kalangan dalam masyarakat untuk meningkatkan potensi yang dimiliki dalam berbagai aspek pula. Persaingan pun merebak kemana-mana, mulai dari persaingan sosial hingga usaha, termasuk dalam hal perdagangan. Dalam hal ini kemudahan berkomunikasi menjadi salah satu faktor yang sangat diperlukan untuk mengembangkan semua itu. Kumunikasi dapat menghubungkan apapun yang akan dilakukan manusia terhadap manusia lainnya. Menurut Harold D. Lasswell dalam Cangara (2010: 19) mengatakan tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya’. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan sarana penghubung yang sangat dibutuhkan dalam interaksi sosial masyarakat, termasuk dalam hal perdagangan.

 
Dalam perdagangan, komunikasi sangat sering dilakukan atau dibutuhkan dalam hal pemasaran. Dalam hal ini, keinginan produsen untuk mendistribusikan produk mereka memerlukan keterampilan, kemudahan, kecepatan dan keefisienan waktu untuk melaksanakannya. Artinya, alat komunikasi yang tepat dan canggih sangat diperlukan agar produk-produk dapat terpromo dan terdistribusi seluas mungkin.
Jarak yang jauh dari daerah ke daerah lain tak memungkinkan produsen mendistribusikan atau memasarkan apa yang telah mereka produksi, maka dengan itu media transportasi darat bahkan udara tidak cukup efektif lagi untuk selalu diandalkan dalam sistem pemasaran. Dalam situasi sperti ini, diperlukan media online untuk memudahkan semua itu, karena dengan media online orang dapat membuka atau mengakses kapanpun mereka mau. Jadi tiap kali ada produksi baru dapat langsung diupdate untuk disebarkan ke semua orang.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan