Sejak lahir kita tidak
dapat hidup sendiri dan mempertahankan hidup tanpa berkomunikasi dengan orang
lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan
memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para
psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi
manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang
ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang
lain.
Merujuk pada pengertian
Ruben dan Stewart (2005:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam
suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Maslow
(Dalam Mulyana,2001:5-30) menyebutkan
bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang
lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
diupayakan. Kita mungkin sudah mampu dalam
kebutuhan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin
memenuhi kebutuhan sosial,, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan
ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa
lewat rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan.
Komunikasi akan sangat
dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
Ruben dan Stewart, (2005:1-8) menyatakan bahwa Komunikasi adalah fundamental
dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang
peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi, tidak ada
aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat
beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.
Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita, baik dalam
jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan
lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan
kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan
masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi. Sehingga menjadikan
komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.
Komunikasi merupakan
sebuah kebutuhan yang terus berpacu dengan perkembangan zaman. Seiring
perkembangan tersebut komunikasi sudah dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Media merupakan sebuah alat yang sangat efektif dalam memberikan influence
terhadap kehidupan manusia, terkhusus pada zaman modernisasi yang sangat
identik dengan era globalisasi. Perkembangan yang signifikan membawa arus besar
terhadap kehadiran media di tengah-tengah masyarakat yang tetap setia menanti
pembaharuan tersebut. Manusia bagaikan robot dengan karunianya yang senantiasa
terhipnotis oleh keberadaan sebuah media. Apabila tidak dipilah maka media
dapat menjadi sebuah boomerang termukhtakir yang pernah ada. Di samping
sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata
mediator menurut Fleming (dalam Haryalesmana,2008:234) adalah penyebab atau
alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan
istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur
hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar.
Kata media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sadiman (dalam Haryalesmana,2002:6).
Salah satu media massa
yang sudah sangat lama adalah novel.
Menurut Monaco (How To Read A
Film, terj: 1981) antara sejarah bentuk seni novel selama tiga ratus tahun dan
perkembangan film selama delapan puluh tahun terdapat suatu kesejajaran yang
menarik. Kedua-duanya adalah seni populer, yang tergantung dari jumlah penikmat
yang cukup besar supaya dapat berfungsi secara ekonomis. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa sejarah seni popular yaitu novel sudah ada sejak lama dan
bertahan sampai sekarang bahkan semakin
berkembang meskipun media massa yang lain terus bermunculan.
Heinich, Molenda, Russel
(2005:8) menyatakan bahwa : Media adalah saluran komunikasi termasuk film,
televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur. Materi tercetak
seperti novel merupakan saluran komunikasi yang tidak memiliki visual tetapi
menggambarkan sebuah cerita dengan pencitraan dan penafsiran yang apik.
Pemahaman mengenai komunikasi dapat kita telusuri dengan mengarungi novel “The
Compass” yang pada setiap Chapter-nya menggambarkan dengan tegas
sistem komunikasi tersebut. Meskipun
bukan melalui media visual tetapi novel “The Compass” : Perjalanan menemukan
diri kita sesungguhnya karya Tammy
Kling, John Spencer Ellis berhasil mempengaruhi banyak orang.
Dalam novel tersebut
diceritakan Jonathan meninggalkan kehidupannya yang mapan di daerah pinggiran
kota menyusul tragedi yang mengubah rencana-rencananya bagi masa depan. Dalam
keadaan hancur karena kepedihan, dukacita, penyesalan, dan keputusasaan, ia
memutuskan untuk mengembara, mencoba menyelaraskan kompas batinnya. Di setiap
persinggahannya Jonathan bertemu seseorang yang memberinya pelajaran berharga
tentang hidup, yang mengajaknya merenungkan kembali esensi dirinya dan
prioritas-prioritasnya, yang membuatnya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
kebetulan di dunia ini, bahkan setiap orang yang melintas di jalur hidupnya pun
hadir dengan suatu maksud. Sebagai manusia, kita semua terhubungkan oleh cinta,
penderitaan, dan kadang bahkan oleh tragedi atau peristiwa yang tidak dapat
kita kontrol. Setiap orang meniti perjalanan yang unik, namun tetap
terhubungkan oleh berbagai pengalaman dan emosi. Di dalam keterhubungan itulah
terdapat kehidupan.
“The Compass” adalah metafora perjalanan hidup
kita. Melalui kisah Jonathan, buku ini mengajak kita merenungkan kembali hidup
kita, keyakinan kita, pilihan dan prioritas dalam hidup kita, serta makna dan
tujuan hidup kita. mengubah hidup kita
dan memandu perjalanan kita untuk menemukan diri kita yang sesungguhnya.
membagikan kearifan tentang autentisitas dan pemberdayaan diri, serta tentang
meyakini impian-impian kita. Membantu kita dalam menjalani dan memenuhi tujuan
hidup kita. Membawa kita dari posisi saat ini ke posisi yang kita inginkan. Kompas adalah sebuah transformasi kehidupan baru yang akan
memandu kita pada perjalanan penemuan
diri. Pada inti dari Kompas
ini adalah pelajaran khusus tentang sistem kepercayaan dan pemahaman yang benar-benar
dalam rangka untuk menjalani takdir.
Hanya
dengan membawa ransel, Jonathan
meninggalkan kariernya, teman, keluarga,
dan rumah. Perjalanan dimulai pada sebuah gurun di Nevada, dan melanjutkan ke pegunungan murni Adirondacks, dan
kemudian ke sebuah desa abad
pertengahan di Rumania, lalu melanjutkanya ke Belanda.
Di setiap perjalanan, Jonathan bertemu dengan
orang paling penting yang menawarkan
pelajaran hidup yang besar, dan dia mulai menyadari
bahwa setiap individu ditempatkan
di jalur nya karena
suatu alasan. Keterhubungan manusia yang satu dengan yang lainnya tidak
terlepas dari proses komunikasi yang sangat erat dalam penggambaran cerita dari
novel ini. Dimana komunikasi yang tercipta pada setiap moment sangat
kuat.
Ketika Jonathan terdampar
di gurun Nevada dengan ketidak berdayaanya kemudian muncul seorang wanita paruh
baya dengan kondisi yang berbanding terbalik dengan Jonathan, dimana Jonathan
terlihat sangat lemas dan tidak memiliki tenaga bahkan untuk bangkit dari
pijakannya. Wanita ini mendekati Jonathan dan memberikan sebotol air yang
kembali menyambung sisa nyawa Jonathan. Wanita tersebut mengajak Jonathan untuk
berkomunikasi wanita itu begitu tenang dan terlihat sangat tegar. Sikap wanita
tersebut membawa semangat kehidupan bagi Jonathan yang tadinya sudah berfikir
akan mati di tengah gurun yang gersang dan tandus.
Terkadang cara kita
menyikapi suatau masalah dengan sudut pandang yang lain dan cara kita
berkomunikasi dengan seseorang akan memberikan pengaruh besar kepada yang lain.
Terkhusus apabila sang komuikator memiliki persamaan secara psikologis dengan
komunikan. Dalam kasus ini Jonathan dan wanita sama-sama berada dalam situasi
yang mencekam terdampar di sebuah gurun luas nan gersang.
Percakapan antarpersonal
juga terjadi ketika Jonathan bertemu dengan seorang pria tua yang walaupun baru
berkenalan terdapat kedekatan yang lebih karena mereka berdua sama-sama seorang
pria yang sedang tidak memiliki pasangan pada saat itu. Tetapi pria tua itu
adalah sosok pria yang baik, rendah diri dan memiliki beberapa investasi
kekayaan dalam bentuk penginapan yang besar dan luas dengan jumlah yang tidak
sedikit. Dari pria tua ini Jonathan mendapat kenyataan bahwa hidup sendiri
bukan berarti harus merenungi diri tetapi masih ada banyak cara untuk menyikapi
hal itu dengan cara yang positif. Banyak yang bisa dilakukan agar ruang kosong
tersebut dapat terisi dengan maksimal.
Pada tataran ini, novel
tidak lahir dari ruang hampa, melainkan ia hadir sebagai refleksi dari latar
belakang kehidupan sosio-kultural masyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas,
maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan mendalam novel “The
Compass” sebagai penelitian dengan judul :
ANALISIS NOVEL “THE
COMPASS” KARYA TAMMY KLING & JOHN SPENCER ELLIS TERHADAP PEMAHAMAN
KOMUNIKASI (Studi Analisis Wacana)
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar