PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis-operasional dilakukan melalui pembelajaran. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan peserta didik untuk belajar secara terus menerus melalui lingkungannya baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebagai sumber belajar yang tak terbatas. Melalui proses belajar dari lingkungan, individu dapat menemukan kembali jati dirinya, dapat melakukan sesuatu yang baru, merasakan hubungan yang lebih akrab dengan alam dan sesamanya. Melalui keterampilan belajar akan ditemukan suatu bentuk keterampilan khusus yang sesuai bakat dan minatnya serta dapat digunakan sebagai basis untuk memperoleh penghasilan layak.
Keterampilan khusus tersebut adalah life skills yang diperoleh melalui keterampilan belajar. Menurut Gredler dalam Anwar (2004), individu yang sudah memiliki keterampilan belajar dapat mengarahkan dirinya pada berbagai keterampilan baru termasuk keterampilan kejuruan. Mereka juga dapat mengembangkan kapasitasnya untuk memberkati hidup mereka melalui kreativitas sepanjang masa. Jadi individu yang memiliki keterampilan belajar, akan mudah memperoleh berbagai keterampilan lain, termasuk keterampilan untuk bekerja yang merupakan bagian dari kreativitas kehidupan jangka panjang.
Individu yang memiliki keterampilan belajar lebih optimis karena memiliki banyak pilihan, sedangkan individu yang hanya memiliki keterampilan terbatas yang hanya memfokuskan pada satu keterampilan yang spesifik potensial menjadi orang yang pesimistik, karena tidak memiliki banyak pilihan dan kemampuan transfer ilmu.
Pada kenyataannya menunjukkan bahwa hasil mutu lulusan secara umum yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik, sementara untuk membuka lapangan kerja sendiri para lulusan kependidikan maupun non kependidikan juga belum memiliki kesiapan kerja yang matang. Meskipun demikian, kita perlu menyiapkan anak didik agar mampu menghadapi tantangan kerja sekaligus peluang dalam mengisi pembangunan pendidikan di masa depan dengan sistem pembelajaran baru demi keberhasilan anak didik dalam proses belajar mengajar, Sehingga pembelajaran tidak hanya mengandalkan aspek kognitif saja, tetapi pembelajaran yang berorientasi pada kecakapan hidup sangat diperlukan untuk menciptakan generasi bangsa yang siap memasuki dunia kerja dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Sesuai pendapat Mulyasa (2002) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencantumkan kecakapan hidup sebagai hasil pengalaman belajar siswa, sehingga dihasilkan siswa yang tidak hanya berprestasi tinggi dilihat dari perolehan angka dan raportnya tetapi out comenya juga bagus. Nilai Biologi yang bagus seharusnya juga menggambarkan kemampuannya memperlakukan lingkungan seperti menjaga kebersihan, merawat tanaman dengan baik.
Dengan kemampuan (skill) individu mampu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi seperti menjaga tubuh dari penyakit dan mengetahui penyebabnya serta bagaimana cara mencegahnya. Hal tersebut juga dipertegas dalam Depdiknas (2003) bahwa pengalaman belajar hendaknya memuat kecakapan hidup (life skills) yang harus dimiliki siswa. Menurut Hamalik (2001) pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. MAN 2 Semarang sudah mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) namun belum mencantumkan kecakapan hidup (life skills) sebagai hasil pengalaman belajar oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memenuhi tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang salah satunya pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup.
Dengan kemampuan (skill) individu mampu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi seperti menjaga tubuh dari penyakit dan mengetahui penyebabnya serta bagaimana cara mencegahnya. Hal tersebut juga dipertegas dalam Depdiknas (2003) bahwa pengalaman belajar hendaknya memuat kecakapan hidup (life skills) yang harus dimiliki siswa. Menurut Hamalik (2001) pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. MAN 2 Semarang sudah mengikuti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) namun belum mencantumkan kecakapan hidup (life skills) sebagai hasil pengalaman belajar oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memenuhi tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang salah satunya pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup.
Interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam pembelajaran Biologi merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep-konsep Biologi tertentu karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh siswa dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta, namun tidak mampu menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafal tersebut. Sebagai konsekuensinya pembelajaran Biologi di sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena Biologi. Jika Biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang memiliki pengetahuan awal tentang berbagai fenomena Biologi tidak dapat menggunakan pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan guru. Belajar Biologi seharusnya dapat mengakomodir kesenangan dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam usahanya membongkar dan memperbaiki berbagai konsep yang masih keliru. Pembelajaran Biologi akan lebih bermakna jika siswa menemukan sendiri pengetahuannya dengan kegiatan ilmiah seperti merumuskan masalah, menyusun kerangka berpikir, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mempublikasikan hasil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi MAN 2 Semarang kelas X pada tahun ajaran 2004/2005, Pembelajaran Biologi di MAN 2 Semarang pada materi prinsip-prinsip klasifikasi, virus dan monera menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil belajar siswa pada materi ini paling rendah dibandingkan dengan materi Biologi yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ceramah yang membuat siswa menjadi pasif. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, guru cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa hanya diam dan bersikap pasif. Penggunaan metode ceramah ini hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Menurut Hamalik (2001) Pengajaran efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, sehingga menuntut siswa untuk aktif.
2. Materi pelajaran Biologi pada pokok kajian virus dan monera merupakan hal yang abstrak, sehingga untuk memahaminya diperlukan metode yang tepat, sebagai alternatif pembelajaran melalui Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Iqro diharapkan dapat meminimalisasi tingkat kesulitan belajar. Sesuai pendapat Ridlo (2005) Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dengan model Iqro menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh peserta didik, pendekatan ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajar lebih berdaya guna bagi kehidupan sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan integritas dirinya. Dengan pembelajaran ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat dan kecakapan hidup (life skills) yang diperlukan peserta didik dalam hidup bermasyarakat dan lingkungan sosialnya dapat tercapai.
3. Berdasarkan pengalaman, bahwa siswa cepat lupa pada materi yang telah diberikan dalam satu konsep, namun melalui model Iqro dengan membaca ciptaan Tuhan yang dikaitkan dengan lingkungan sekitar diharapkan siswa dapat memahami dan mengingat materi pelajaran dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga ilmu yang diperoleh dapat digunakan dalam hidup bermasyarakat dan lingkungan sosial. Menurut Millieu dalam Hamalik (2001), Alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Pengajaran berdasarkan alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya dan pembelajaran akan lebih berdaya guna, sehingga materi pelajaran yang disampaikan tidak cepat usang.
Berdasarkan faktor-faktor yang disebutkan di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas (action research) guna menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa lebih berperan aktif dan membantu siswa menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata di sekitarnya serta mampu membaca apa yang diciptakan Tuhan (Iqro). Menurut Smith & Cormack dalam Moleong (2006) penelitian tindakan kelas adalah proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil perubahan yang diperoleh dalam penelitian itu. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan jumlah kelas yang diteliti hanya satu kelas yaitu kelas X-B. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model Iqro dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pembelajaran model Iqro mengajak siswa untuk mendengarkan suara-suara alam, mengagumi ciptaan Tuhan, mengekplorasi lingkungan, menyatukan perasaan dengan alam sehingga peserta didik tidak hanya mengerti tetapi terasah perasaan personal, sosial dan seninya (Ridlo, 2005).
Tujuan dari penerapan model Iqro ini untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa agar siswa lebih mencintai alam, hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai kepedulian terhadap alam sehingga sering terjadi kerusakan hutan, banjir dan berbagai masalah lingkungan yang disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap alam. Model Iqro ini selain mengasah kognitif siswa juga mengasah religius siswa. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dipilih karena belajar Biologi berarti belajar tentang alam di sekitar kita baik plantae, animalia, fungi, monera dan protista, sehingga dapat menambah kekaguman terhadap kebesaran Tuhan dan materi yang dipelajari akan lebih bermakna karena dikaitkan dengan kenyataan yang ada di lingkungan. Dengan demikian penerapan model Iqro melalui pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada materi prinsip-prinsip klasifikasi, virus, dan monera diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kecakapan hidup siswa.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar