PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ayam pedaging di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging ayam untuk mencukupi kebutuhan daging dari komoditas selain dari produk unggas. Perkembangan yang pesat ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang perlunya peningkatan gizi m,asyarakat semakin sadar dengan demikian konsumsi daging merupakan kebutuhan yang rutin.
Ayam pedaging merupakan salah satu komoditas peternakan unggas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga banyak diusahakan oleh masyarakat dan banyak t dikembangkan diberbagai daerah di Indonesia terutama di wilayah jawa dan khususnya Jawa Timur.
Perkembangan ayam potong di Ex Karesidenan Madiun menempati posisi yang sangat penting dan mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan ayam potong dapat diperoleh dengan jumlah yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat, sehingga memberikan kesempatan kerja dan pendapatan serta merupakan sumber gizi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Produksi ayam pedaging di Ex Karesidenan Madiun pada tahun 2001 mencapai 19.890 ton. Sedangkan kebutuhan protein hewani dibutuhkan 0,2 kg/kapita/hari. Sedangkan yang dapat dicukupi dari ayam pedaging baru sebesar 30%.
Hal ini menunjukkan bahwasanya ayam pedaging masih mempunyai peluang yang sangat tinggi untuk dikembangkan, namun demikian keuntungan terbesar yang diperoleh bukannya pada peternak, tetapi pada pedagang ayam pedaging/potong di pasar. Hal ini disebabkan karena peternak sering mengalami fluktuasi harga pasar yang tajam. Sedangkan para pedagang di pasar jarang mengalami fluktuasi harga yang tajam dikarenakan harga jual daging di pasar masih relatif stabil. Namun di pasaran harga daging ayam relatif tidak turun.
Oleh karena itu alangkah baiknya seandainya ada peternak yang mau mengusahakan prosessing ayam dari mulai pemotongan ayam, pengolahan limbah peternakan ayam potong sampai dengan karkas yang dikekola sendiri dan bisa dipasarkan sendiri, sehingga tidak mengalami fluktuasi harga yang tajam. Namun hal tersebut terbentur pada banyaknya pedagang ayam potong di pasar, sehingga harus mengupayakan cara yang paling tepat dalam manajemen pemasaran sehingga dapat bersaing dengan pedagang di pasar dan berdampak pada keuntungan bagi peternak dan keluarganya.
Pedagang ayam potong di Ex Karesidenan Madiun berjumlah 127 orang. Di dalam memasarkan ayamnya semuanya dilakukan dengan cara sederhana/tradisional dan belum diklasifikasi serta dipasarkan pada pagi hari sampai siang hari.
Masalah yang dihadapi adalah apabila ada konsumen yang membutuhkan ayam pada sore hari atau malam hari jarang atau bahkan tidak ada dengan alasan karena produk ayam pedaging mudah busuk, sehingga mereka umumnya tidak mau menjual dengan waktu yang panjang, oleh karena itu diperlukan sentuhan penanganan khusus, sehingga dapat memperpanjang proses pembusukan ayam. Sehingga diperoleh ayam/daging yang masih dalam keadaan segar walaupun di malam hari.
Di samping itu kemampuan daya beli konsumen di Ex Karesidenan Madiun masih sangat rendah. Sehingga dibutuhkan suatu sistem klasifikasi produk. Sehingga dapat dijangkau oleh semua konsumen. Karena dengan adanya klasifikasi produk, konsumen yang berdaya beli rendahpun akan bisa mengukur kemampuannya untuk membeli produk tersebut.
Proses klasifikasi pemasaran ayam pedaging melibatkan pemasok bahan baku, teknologi pemotongan, tenaga kerja, modal dan lembaga-lembaga pemasaran yang memiliki peran dan kepentingan yang berbeda dalam suatu sistem agribisnis ayam potong.
Pada umumnya kendala yang dihadapi oleh agribisnis antara lain: (1) Proses pengolahan yang menggunakan teknologi tertentu, sehingga membutuhkan tambahan tenaga kerja, modal, dan waktu., (2) Keterbatasan modal untuk penyediaan bahan baku, (3) Persaingan ketat antar pedagang di pasar. Dengan kondisi demikian itu sedikit sekali lembaga pemasaran di Ex Karesidenan Madiun yang bersedia melakukan fungsi-fungsi pemasaran, sebab usaha ini dipandang memberikan keuntungan kecil.
Pemasaran produk ayam pedaging akan memberikan nilai tambah baik bagi peternak maupun pengusaha, tetapi karena kurangnya ketrampilan yang dimiliki dan keterbatasan permodalan yang ada menyebabkan pedagang kurang menyadari adanya nilai tambah tersebut.
Keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dan sistem pemasaran suatu komoditas memerlukan biaya-biaya dan sejumlah keuntungan yang digunakan oleh lembaga-lembaga tersebut. Keseluruhan dari biaya dan keuntungan inilah yang biasa dikenal dengan margin pemasaran. Yang merupakan selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Oleh karena pemasaran produk ayam pedaging merupakan bagian dari agribisnis yang mengelompokkan produk-produk ayam pedaging sesuai kelasnya, yaitu dada, paha, sayap, kepala, jerohan, kaki dan bagian lain yang masih mempunyai nilai ekonois, maka perlu diupayakan pengembangan pemotongan dan produk ayam pedaging serta menciptakan struktur agribisnis yang memadai.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar