Kebutuhan protein hewani
nasional Indonesia dari tahun ke tahun
terus meningkat pesat. Rataan konsumsi protein hewani masyarakat
Indonesia
saat ini baru 4,19 gr/ kapita/ hari sedangkan standar kecukupan konsumsi
protein hewani masyarakat Indonesia
menurut FAO adalah 6 gr/ kapita/ hari (Mustofa, 2008).
Konsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum
dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya
perkembangan agribisnis sapi perah. Kebutuhan susu secara nasional mencapai 4,5
juta liter/hari, namun produksi susu saat ini baru memenuhi 30% (1.350.000 juta
liter/hari) dari kebutuhan manusia dan selebihnya 70% di impor dari luar negeri
(Trantono, 2009).
Usaha ternak perah merupakan
suatu kegiatan agribisnis karena mencakup penyediaan bahan baku susu. Susu hasil dari
pemerahan ternak terutama dari sapi perah merupakan salah satu sumber pangan
yang bergizi, karena didalamnya terkandung zat-zat gizi yang lengkap yaitu
protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
serta perkembangan tubuh.
Produksi susu dapat ditingkatkan dengan adanya manajemen yang baik dalam
usaha peternakan sapi perah, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan
pemberian pakan yang baik.
Pemberian pakan hijauan belum
mampu memaksimalkan produksi susu sapi perah yang diakibatkan oleh masih
kurangnya kebutuhan nutrisi dalam pakan (Tangendjaja, 2009). Salah satu usaha
yang diharapkan mampu menutupi kebutuhan tersebut yakni dengan pemberian
konsentrat, akan tetapi harga konsentrat
dinilai oleh masyarakat-peternak masih tergolong mahal. Olehnya itu dalam
penelitian ini substitusi tanaman murbei diharapkan mampu menggantikan
konsentrat dalam memaksimalkan produksi susu sapi perah.
Murbei
dikenal sebagai tanaman obat yang mempunyai berbagai
manfaat dan mudah untuk dibudidayakan (Anonim, 2011e). Tanaman
murbei mengandung zat nutrisi yang tinggi serta asam amino yang lengkap. Hasil
penelitian menginformasikan bahwa kombinasi daun murbei dengan bahan yang
berbeda sebagai komponen konsentrat memberikan respon yang berbeda terhadap
sapi potong. Kombinasi daun murbei dengan jagung-urea menghasilkan
produktivitas yang terbaik, akan tetapi kombinasi daun murbei dengan
onggok-urea juga dapat menjadi salah satu alternatif yang baik untuk
diaplikasikan, karena kombinasi tersebut menghasilkan R-C rasio yang tinggi (Kartiarso,
Wiryawan,
Satoto dan Syahrir,
2009). Ditambahkan pula oleh Syahrir, Wiryawan, Parakkasi, Winugroho dan Sari (2009)
bahwa penggunaan daun murbei dalam ransum berbahan dasar jerami padi akan
meningkatkan efektivitas fermentasi (nilai pH dalam rumen yang cenderung
semakin rendah) produksi gas yang semakin tinggi, konsentrasi amonia yang
semakin rendah pada tingkat penggunaan murbei sebesar 75% menggantikan
konsentrat.
Berdasarkan hal tersebut
diatas maka peneliti bermaksud mengkaji tanaman murbei (Morus alba) sebagai
pakan ternak, khususnya ternak perah dengan melakukan penelitian pemberian
tepung daun murbei (Morus alba) sebagai substitusi ampas
tahu dengan level berbeda terhadap produksi susu sapi perah dan produksi dangke
di Kabupaten Enrekang.
Masa laktasi merupakan masa
dimana sapi sedang berproduksi susu setelah beranak (partus). Produksi air susu secara alami akan mengalami peningkatan
di awal periode laktasi, kemudian menurun seiring dengan pertambahan waktu di
masa laktasi. Rataan produksi susu sapi perah di Kabupaten Enrekang masih
kurang dari 10 liter/ekor/hari, padahal standar normal seekor sapi perah dapat
menghasilkan susu sekitar 12 liter/ekor/hari (Anonim, 2009). Salah satu bahan
pakan yang berpotensi untuk memaksimalkan produksi susu
sapi perah yaitu dengan pemberian konsentrat, akan tetapi harga konsentrat di
nilai oleh masyarakat-peternak masih tergolong mahal. Untuk itu para peternak
tentunya akan diuntungkan jika produktivitas sapi perahnya dapat dimaksimalkan
dengan pemberian tepung daun murbei, sebab diharapkan tanaman murbei mampu mensubstitusi
konsentrat yang digunakan, sehingga nantinya dapat menekan biaya pembelian
konsentrat dan memaksimalkan produksi susu. Disamping itu juga diharapkan mampu
meningkatkan produksi dangke sebagai home
industry di Kabupaten Enrekang.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas tepung daun murbei dalam memaksimalkan produksi susu
dan produksi dangke sapi perah. Kegunaan Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan bahan informasi mengenai tepung daun murbei dalam peningkatan produktifitas
sapi perah kepada
masyarakat khususnya peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar