“Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kerajinan Tangan di UD. Bambu Klasik ...” (PRT-12)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Praktek penebangan hutan secara liar (illegal logging) yang diikuti dengan penyelundupan dan perdagangan kayu ilegal (illegal trading) ternyata tidak hanya mengakibatkan kerusakan lingkungan hutan di tanah air khususnya di Sumatera dan Kalimantan, tetapi juga menimbulkan kerugian secara ekonomis. Kerugian ekonomis tersebut tidak hanya berupa hilangnya sumber daya hutan, tetapi lebih jauh telah menimbulkan persaingan tidak sehat dalam perdagangan produk industri hasil hutan di pasar internasional yang berdampak pada hilangnya sebagian pangsa pasar produk mebel dan kerajinan Indonesia.

            Dengan memanfaatkan pasokan kayu gelondongan murah hasil kegiatan illegal logging dan illegal trading selundupan dari Indonesia, maka China dan Vietnam pun kini menjadi dua negara pendatang baru di pasar ekspor produk mebel (furniture) internasional yang mampu merebut sebagian pangsa pasar produk mebel Indonesia di pasar dunia.

            Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) M. Djalal Kamal, permintaan ekspor produk mebel dan kerajinan dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat sebagian pangsa pasar produk mebel dan kerajinan Indonesia di luar negeri direbut oleh para eksportir mebel dari China dan Vietnam yang memperoleh pasokan bahan baku asal Indonesia secara illegal. Padahal selama ini produk mebel dan kerajinan dari China dan Vietnam tidak pernah dapat bersaing dengan produk mebel maupun kerajinan dari Indonesia karena mereka memang tidak memiliki sumber bahan baku yang memadai.

Sampai kini praktek illegal logging dan illegal trading belum dapat kita atasi, bahkan kondisinya kini semakin marak. Kayu illegal kini menjadi sumber penyediaan bahan baku hasil hutan, terutama kayu bagi industri perkayuan di luar negeri yang selama ini tidak biasa beroperasi secara kompetitif karena sulit mendapatkan pasokan bahan baku. Dengan demikian salah satu jalan keluar yang harus ditempuh para pengusaha mebel maupun kerajinan yang ada di Indonesia adalah mencari bahan baku pengganti yang dapat digunakan untuk tetap menghasilkan produk-produk yang diinginkan.  Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya dari sisi bahan baku dan sumber daya manusianya, Indonesia sebenarnya memiliki semua potensi yang diperlukan seperti kayu, bambu, rotan, eceng gondok, dan pelepah pisang. Selain itu para perajinnya pun tak kalah banyak dan pandainya, baik itu dari soal ide yang tidak bakal habis dikuras karena melimpahnya motif-motif etnik dari Sabang sampai Merauke. 

            Eceng Gondok (Eichornia crassipes) termasuk dalam kelompok gulma perairan. Tanaman ini memiliki kecepatan berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi, terutama di daerah tropis dan subtropis. Selain itu, eceng gondok juga mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. Berbagai gangguan yang ditimbulkan sudah cukup mencemaskan. Namun ironisnya, hingga sekarang belum ditemukan cara yang optimal untuk memberantasnya.

Akan tetapi saat ini keberadaan eceng gondok, pelepah pisang, dan tempurung kelapa bisa juga bermanfaat secara komersial. Tak seorang pun dapat menduga sebelumnya, bahwa usaha pemerintah yang habis-habisan untuk membasmi eceng gondok yang belum mencapai hasil yang optimal justru membuahkan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dari penggunaan eceng gondok. Sama halnya dengan pelepah pisang dan tempurung kelapa yang bagi sebagian besar masyarakat dianggap sebagai sampah ternyata juga dapat menghasilkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Masyarakat Lamongan  menggunakan batang eceng gondok, pelepah pisang, tempurung kelapa dan bambu untuk dijadikan sebagai bahan baku produk kerajinan tangan yang dapat dikomersialkan. Hanya dengan berbekal ketrampilan yang mudah dipelajari, didukung dengan kemauan, kreatifitas dan seni, maka keempat bahan tersebut dapat diolah menjadi kerajinan tas, sepatu, sandal, keranjang, tempat tissue bahkan dapat dibuat mebel seperti kursi, meja dan sofa. 

Kerajinan ini merupakan kerajinan yang unik, karena selama ini eceng gondok, pelepah pisang, dan tempurung kelapa hanya dianggap sebagai sampah, ternyata dapat berubah menjadi komoditi usaha yang menjanjikan jika diolah menjadi berbagai jenis kerajinan yang menarik, berseni dan berdaya jual tinggi. Sama halnya dengan bambu yang dulunya dianggap sebagai bahan pengganti kayu oleh kalangan rendah atau miskin sebagai bahan konstruksi dan kerajinan bambu dalam bentuk meja kursi, ukiran, peralatan rumah tangga dan asesoris penghias rumah, kini mulai menarik minat masyarakat kalangan menengah ke atas karena memiliki nilai seni yang tinggi.



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan