PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pembangunan pertanian
di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan
telah mencapai hasil yang memuaskan yaitu telah dicapainya swasembada pangan (beras) pada tahun 1984. Secara bertahap perhatian
pemerintah dalam kegiatan
penyuluhan telah diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan petani serta titik berat
penyuluhan telah bergeser dari
budidaya tanaman kepada
manusia yang membudidayakan tanaman tersebut yaitu petani. Berbagai pendekatan
penyuluhan pertanian yang telah
dilaksanakan di Indonesia antara
lain : pendekatan penyuluhan pertanian secara umum, secara komoditas, latihan
dan kunjungan, partisipasi, proyek,
sistem
usahatani,
sumber dana dan secara kelembagaan pendidikan (Suhardiyono, 1990).
Peran agen
penyuluhan
pertanian
adalah membantu
petani membentuk pendapat yang sehat
dan membuat keputusan yang baik
dengan cara berkomunikasi
dan memberikan informasi yang mereka perlukan. Peran
utama penyuluh dari banyak
negara pada massa lalu dipandang sebagai
ahli teknologi dari peneliti
ke petani. Sekarang peranan
penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu mereka
untuk mengambil keputusan sendiri dengan
cara
menambah pilihan-pilihan bagi mereka dan
menolong
mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut (Van den
Ban dan Hawkins, 1999).
Perencanaan penyuluhan pertanian di daerah
di dasarkan atas kegiatan
penyuluh, bukan atas
dasar
kebutuhan
petani.
Dalam
sistem
desentralisasi,
penyelenggaraan penyuluhan pertanian seharusnya
didasarkan
atas
kebutuhan
lokal. Para petani
perlu
diberi kesempatan untuk
berperan aktif
dalam memperbaiki mutu
penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhannya.
Kemampuan petani untuk berubah sesuai dengan perubahan lingkungan masyarakat kini semakin
tinggi. Begitu pula
dengan
kemampuannya
untuk
menerapkan inovasi baru dibidang
pertanian karena adanya perubahan teknologi yang terjadi pada masyarakat sekitarnya. (Harun, 1996)
Kesediaan petani bekerjasama dengan
penyuluh pertanian akan memudahkan
penyuluh pertanian dalam
mentransfer program
penyuluhan yang telah ditetapkan. Kerjasama tersebut
misalnya dalam bentuk, kesediaan
petani untuk aktif dalam
pertemuan, pembuatan rencana
kelompok, pengadaan
saprodi, pengendalian hama dan
penyakit dengan pengendalian hama terpadu, pemeliharaan dan pengelolaan irigasi, pemasaran hasil dan kegiatan yang diadakan oleh penyuluh pertanian lainnya misalnya : diskusi, kursus,
sarasehan dan lainnya (Anonymous,
2000).
Usaha-usaha
untuk mengubah
perilaku
masyarakat melalui perubahan sosial yang direncanakan (planned social change). Merupakan salah satu tujuan program penyuluhan pertanian,
dalam
hal
ini
diarahkan
untuk
memperbaiki
sistem-sistem sosial yang terdapat pada masyarakat dan pada akhirnya penyuluhan ini memperbaiki mayarakat secara
keseluruhan.
Sistem
sosial
ini
dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kelompok dasa wisma, kelompok tani,
koperasi unit desa dan lain-lain. Setiap sistem
sosial
ini anggota-anggotanya
bekerja sama untuk memecahkan masalah secara
bersama. Tujuan
bersama ini dapat berupa upaya
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terhadap teknik budidaya tertentu, meningkatkan ketersediaan input produksi setempat dan meningkatkan
produksi dan pendapatan petani (Harpowo, 1996).
Melalui pengorganisasian petani dalam kelompok-kelompok maka
diharapkan dapat terjalin
kerjasama antar individu
dimana kelompok berfungsi sebagai kelas belajar, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sebagai unit produksi untuk mencapai skala ekonomis dan sebagai
kerja sama pengelolaan
usaha taninya mulai dari pengadaan sarana produksi
sampai pemasaran
hasil
selanjutnya, dengan semakin meningkatnya mutu kerja
sama yang dilaksanakan kelompok tani (Departemen
Pertanian, 1985).
Peran Penyuluh Pertanian
dewasa ini lebih dititikberatkan pada pendekatan kelompok, yakni
melalui pembinaan
kelompok tani. Hal ini didasarkan pada peran Penyuluh sebagai
pembimbing, sebagai teknisi,
sebagai agen penghubung serta sebagai organisator dan dinamisator yang mempengaruhi kelompok-kelompok tani. Adanya peranan
Penyuluh dalam pembinaan kelompok
tani akan sangat membantu terjadinya hubungan interpersonal antara keduanya.
Sehingga diharapkan proses transfer
informasi maupun adopsi
inovasi
akan
berjalan dengan lancar yang
pada
akhirnya
mampu meningkatkan kinerja kelompok tani serta mengubah
kesejahteraan petani menjadi lebih
baik.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar