BAB I
PENDAHULUAN
1.1 ILMU
DAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan
sebuah pemikiran dengan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalaman
berulang‑ulang tanpa pernahaman kausalitas yang hakiki dan universal.
Pengetahuan terbawa sejak manusia itu lahir dan berkembang sejalan dengan
perkembangan biologisnya. Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena punya
dua kemampuan khusus yang tidak dimiliki makhluk lain, yaitu: pertama, manusia
mampu mengkomunikasikan pengetahuan yang ia miliki kepada manusia lain dengan
bahasa yang dikuasai; kedua, dengan kemampuan menalar, manusia mampu
mengembangkan pengetahuannya sehingga semakin sempurna.
Interaksinya dengan lingkungan
alam dan sosial dalam kehidupan sehari-hari telah membuat pengetahuan itu
terakumulasi menjadi banyak dan beraneka ragam. Namun, tidak semua pengetahuan
yang dikembangkan manusia itu dikategorikan sebagai ilmu, karena jelajah
ontologi dan epistemologisnya berbeda. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
menjelaskan suatu obyek dalam hubungan kausalitas dengan menggunakan metode‑metode
tertentu yang sistematis. Pengetahuan akan menjadi ilmu apabila pengetahuan
tersebut disusun berdasarkan logika‑logika tertentu dan bisa diuji secara
empiris melalui peristiwa yang benar‑benar terjadi dalam kehidupan sehari‑hari.
Karena itulah, secara ontologis ilmu hanya menjelajah jalur pengalaman manusia,
sementara pengetahuan yang bukan ilmu seperti agama dapat menjelajah sampai di
luar batas jalur pengalaman manusia.
Oleh karena ilmu hanya menjelajah
sebatas pengalaman manusia, maka konsekuensinya adalah pertama, ilmu
menghasilkan kebenaran yang tidak mutlak; kedua, ilmu bersifat inter‑subyektif artinya ilmu dapat dicapai
oleh siapa saja yang mampu menguasai prosedur dan metodenya; ketiga, ilmu
bersifat reproduktif artinya prosedur dan metode itu dapat diulang untuk
menguji kembali kebenaran yang dicapai ‑ ilmu. Dalam menjelajah batas
pengalaman manusia ilmu menggunakan asumsi‑asumsi tertentu sebelum sampai pada
kesimpulan yang dianggap benar. Asumsi‑asumsi yang dimaksud antara lain (1)
dunia ini ada, (2) percaya akan kemampuan indra manusia dalam menangkap gejala
alam dan sosial, (3) gejala alam dan sosial itu saling berhubungan satu sama
lain.
Di samping menggunakan asumsi, ilmu memiliki struktur yang tersusun
berdasarkan komponen‑komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut
Rusidi (1985) secara anatomis ilmu tersusun atas komponen‑komponen fenomena,
konsep, proposisi, fakta dan teori. Masing‑masing komponen itu saling
berhubungan satu sama lain secara utuh dan mempunyai karakteristik yang berbeda
untuk masing‑masing disiplin ilmu. Dengan kata lain karakteristik komponen‑komponen
itulah yang membedakan misalnya antara ilmu ekonomi dengan ilmu hukum, ilmu sosial
politik, ilmu kimia dan sebagainya.
Fenomena mencerminkan suatu
kejadian atau peristiwa yang ditangkap oleh indra manusia dan dapat dijelaskan
secara ilmiah. Konsep adalah abstraksi dari fenomena yang disusun berdasarkan
generalisasi atas ide‑ide, simbol‑simbol, karakteristik suatu peristiwa atau
kejadian tertentu dengan nama yang diambil dari bahasa sehari‑hari. Konsep sama
artinya memberikan istilah dan definisi terhadap suatu peristiwa atau kejadian
berkaitan dengan gejala alam dan sosial baik menunjuk atau tanpa perlu menunjuk
secara langsung gejala itu. Istilah
dan definisi yang diberikan terhadap peristiwa atau kejadian tersebut kemudian
menjadi konsensus bersama. Dengan menggunakan konsep maka fenomena yang
kompleks bisa disederhanakan dengan hanya menyebut satu istilah. Contoh,
peristiwa berpindahnya penduduk dari desa ke kota dikenal dengan konsep
urbanisasi. Konsep urbanisasi ini disebut konstruk karena konsep
urbanisasi.tidak langsung menunjuk kepada benda yang mewakili. Konsep lain yang
langsung menunjuk pada benda yang diwakili misalnya konsep rumah, konsep badan,
konsep buku dan sebagainya.
Bentuk yang lebih konkret dari konsep adalah variabel. Varibel memiliki
variasi nilai baik kualitatif maupun kuantitatif, oleh karenanya bisa diukur
dengan skala ukur tertentu. Apabila dua variabel atau lebih membentuk hubungan
kausalitas yang berlaku umum antara satu dengan lainnya, maka terbentuklah
proposisi. Bila hubungan antar variabel dalam proposisi itu telah diketahui
secara spesifik, kemudian didukung oleh data empirik maka disebut fakta. Jalinan
faktafakta secara keseluruhan membentuk teori. Rusidi (1985) mendefinisikan
teori sebagai seperangkat konsep, definisi, dan proposisi‑proposisi yang
berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena secara sistematis, dan
bertujuan untuk menjelaskan (explanation) dan meramalkan (prediction) fenomena.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar