BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Pembangunan Pertanian di
Indonesia pada saat sekarang diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu peningkatan
ketahanan pangan serta program pengembangan agribisnis. Pertanian akan tetap
berperan sebagai penyedia pangan bagi seluruh penduduk Indonesia baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Disamping itu sektor pertanian diharapkan sebagai penopang industri
manufaktur dan ekspor serta berperan untuk mendorong pemerataan, pertumbuhan
dan dinamika perekonomian dipedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pamelo ( Citrus grandis L )
merupakan buah asli Indonesia, yang banyak digemari masyarakat.
Kabupaten Magetan merupakan sentra produksi Pamelo di Indonesia dengan luas
1.278 ha dengan jumlah 400 pohon/ha, yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu
Kecamatan Bendo, Sukomoro, Kawedanan dan Takeran dengan produksi 250.320 kw /
tahun.
Tabel 1.
Luas tanaman dan Produksi Pamelo di Kabupaten Magetan tahun 2002.
No
|
Kecamatan
|
Luas
tanaman
(
ha )
|
Tanaman
produktif
(
ha )
|
Jumlah
produksi
(ton)
|
1
|
Bendo
|
537
|
305
|
102.480
|
2
|
Takeran
|
226
|
150
|
50.400
|
3
|
Sukomoro
|
295
|
150
|
54.400
|
4
|
Kawedanan
|
220
|
140
|
43.040
|
Jumlah
|
1.278
|
745
|
250.320
|
Sumber
: Dinas Pertanian Kabupaten Magetan Tahun 2003.
Selama perkembangan buah sampai siap
panen, sekitar 20% buah Pamelo tidak dapat dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk
segar, karena beberapa sebab. Kerontokan buah jeruk karena alasan fisiologis
dan serangan hama dan penyakit, atau rusak secara mekanis. Buah Pamelo tersebut tidak
mempunyai nilai ekonomis dan bila dijual harganya sangat murah, kadang–kadang
digunakan sebagai pakan ternak atau bahkan dibiarkan membusuk dibawah pohon.
Kulit Pamelo yang tidak terjual tersebut
dapat dimanfaatkan menjadi bahan olahan berupa Manisan Kulit Pamelo yang
disebut Kurmelo. Dengan penerapan teknologi yang sederhana kulit pamelo ini
mempunyai prospek yang menjanjikan sebagai industri rumah tangga, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani di daerah sentra produksi.
Secara umum sekitar 15% bobot buah Pamelo adalah
bagian kulit yang dapat dimanfaatkan untuk manisan. Untuk 1 kilogram kulit
pamelo yang sudah dipotong–potong akan menjadi manisan ± 2,2 kilogram.
Proses agroindustri Kurmelo melibatkan pemasok bahan
baku, tenaga kerja, modal dan lembaga–lembaga yang
terkait yang mempunyai kepentingan berbeda dalam suatu sistem agroindustri.
Permasalahan yang ada dalam agroindustri Kurmelo adalah (1) Ketersediaan bahan baku; (2) Keterbatasan modal; (3) Ketrampilan petani ;
dan (4) Pemasaran produk.
Pemanfaatan kulit Pamelo sebagai bahan manisan ini
akan memberi nilai tambah baik kepada petani maupun pengusaha, tetapi karena
keterbatasan modal serta ketrampilan petani sehingga petani belum memanfaatkan
peluang tersebut. Disamping itu ketersediaan bahan baku tersebut akan berpengaruh pada kapasitas produk.
Oleh karena agroindustri pengolahan kulit Pamelo
merupakan sistem agribisnis yang memproses dan mentransformasikan bahan mentah
menjadi bahan jadi yang langsung dapat dikonsumsi, maka perlu diciptakan
struktur agribisnis dan agroindustri yang memadai.
Kondisi saat ini bahwa kurmelo baru diusahakan di
satu kecamatan saja, dan belum mencangkup seluruh sentra produksi Pamelo di
Kabupaten Magetan. Kecamatan Sukomoro dengan luas pertanaman 295 ha atau 23,09%
dari luas pertanaman Pamelo di Kabupaten Magetan yang limbah kulitnya dapat
dimanfaatkan untuk manisan kulit Pamelo Kurmelo. Disamping itu limbah di
Kecamatan Sukomoro belum semuanya dimanfaatkan untuk Kurmelo, dimana bahan baku baru dari beberapa desa di Kecamatan Sukomoro.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar