BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Al-Ghazzawi yang dikutip kembali oleh
Prof. Dr. Azhar Arsyad, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang banyak
digunakan oleh masarakat dunia, yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000
(dua ratus juta) umat manusia dan bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang
lebih 20 (dua puluh) Negara.[1] Bahasa Arab adalah salah satu
bahasa hidup, yang dipakai sehari-hari dan merupakan bahasa resmi di Saudi
Arabia, Marokko, Aljazair, Libya, Tunisia, Mesir, Sudan, Lebanon, Syria, Irak,
Kuwait, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir, Palestina, dan beberapa negara di
semenanjung Arabia.[2] Di samping itu bahasa Arab juga
merupakan bahasa kitab suci al-Qur'an dan al-Hadist. Bahasa Arab adalah bahasa
ilmu pengetahuan agama Islam. Disamping digunakan sebagai alat komunikasi
bahasa Arab juga dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sangat
menarik untuk dipelajari. Dalam ritual ibadah khususnya sholat, haji, dan doa
juga menggunakan bahasa Arab.
Dari uraian singkat di atas, dapat dipahami bagi
siapa saja yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam lebih mendalam,
sebelumnya ia perlu menguasai bahasa Arab, karena dengan menguasai bahasa Arab
pintu gerbang untuk mendalami al-Qur'an, hadist dan ilmu pendukungnya menjadi terbuka
lebar.
Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 dan 29 Tahun 1990,
yang dimaksud dengan Madrasah adalah sekolah umum yag berciri khas agama Islam.
Jadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah sekolah yang berciri khas agama Islam yang
setingkat sekolah dasar.[3] Pelajaran bahasa Arab di madrasah
sudah barang tentu diajarkan karena bahasa Arab termasuk bagian dari pelajaran
yang harus diajarkan di madrasah, mulai dari tingkat MI sampai perguruan
tinggi.
Para lulusan madrasah seyogyanya memiliki
kebanggaan tersendiri karena kemapuannya dalam membaca, menulis dan memahami
bahasa Arab, yang merupakan kunci untuk memahami al-Qur'an dan Hadis serta
kitab-kitab keagamaan klasik.[4] Sayangnya, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Arab para lulusan madrasah semakin menurun,
kalau tidak bisa dikatakan sangat lemah. Salah satu contoh untuk mendukung
pernyataan ini, bisa dilihat dari kasus para calon mahasiswa IAIN Jakarta (yang
sekarang telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri), pada tahun 1995
berikut ini:
Persyaratan untuk diterima sebagai mahasiswa baru
di UIN Jakarta pada tahun 1995 adalah bahwa calon harus mendapat nilai tes
bahasa Arab minimal 6 sampai 10. Hasilnya lebih kurang hanya lima yang mendapat
nilai tes bahasa Arab 7 – 9, 132 anak memperoleh nilai 5 – 7, dari lebih kurang
hampir 5000 (lima ribu) calon yang mayoritas adalah para lulusan madrasah dan
lainnya mendapat nilai kurang dari 5. Keadaan serupa ternyata tidak hanya terjadi
di UIN Jakarta saja, akan tetapi juga terjadi di IAIN dari daerah lain dan
PTAIS lainnya. Dengan kata lain, di IAIN dan PTAIS lainpun banyak calon
mahasiswa yang tidak atau kurang mampu menguasai bahasa Arab sesuai dengan
standar kemampuan menguasai bahasa Arab untuk lulusan Madrasah Aliyah.[5]
Penurunan prestasi belajar khususnya pelajaran
bahasa Arab pada dewasa ini menjadi perhatian dan sekaligus kekhawatiran yang
dirasakan penulis dan ini juga merupakan salah satu faktor pendorong penulis
dalam mengangkat tema ini dengan judul "Pengajaran Bahasa Arab di MI
Miftakhul Huda Temanggung (Telaah Metode)".
Mengapa pengajaran bahasa Arab yang penulis
kemukakan? Adanya gagasan untuk mengetengahkan masalah metode dalam tulisan
ini, dimaksudkan untuk memberikan manfaat pada dunia pengajaran bahasa,
khususnya bahasa Arab. Sebab, setiap orang yang bergelut di bidang ini pasti
menyadari pentingnya metode pembelajaran yang selayaknya dikuasai oleh calon
pendidik atau pengajar.[6] Penguasaan materi ilmu bukanlah merupakan
suatu jaminan kemampuan bagi seseorang untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada
siapapun juga. Di samping itu, masalah metode bukanlah sesuatu yang mudah
dicerna di dalam pengaplikasiannya (heuristik). Seperti yang ditulis oleh
Edward M. Anthony dalam artikelnya dengan judul "Approach, Method and
Technique" pada tahun 1963, dan dikutip kembali oleh Prof. Dr. Azhar
bahwasannya lapangan pengajaran bahasa diusahakan bisa mencapai taraf ilmiah
ketimbang hanya mengambang pada taraf eksperimental dan empiris dan bisa juga
memperdalam hakekat belajar dan mengajar bahasa. Dan bagaimana teknik yang
sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan merupakan pelaksanaan dari metode yang
sifatnya implementatif.[7]
Adapun alasan penulis memilih MI Miftakhul Huda
Temanggung sebagai subjek penelitian adalah karena ada indikasi MI Miftakhul
Huda Temanggung memiliki kelebihan dalam penguasaan bahasa Arab di antara MI-MI
lainnya yang berada di wilayah sekecamatan Bulu, kabupaten Temanggung. Hal ini
bisa dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh ketika ujian semester
genap pada tahun ajaran 2004-2005, yakni dengan nilai rata-rata 7,65. Sedangkan
nilai rata-rata pelajaran bahasa Arab untuk MI sekecamatan Bulu adalah 60,01.
Alasan inilah yang membuat penulis merasa perlu
melakukan suatu peneltian. Bagaimana cara pengajaran bahasa Arab pada lembaga
tersebut? Dan bagaimana peranan serta pengaruh guru –gurunya?
Penelitian ini diharapkan berhasil mendeskripsikan
proses pengajaran bahasa Arab pada lembaga tersebut disertai analisis kelebihan
dan kekurangannya, kemudian memberi sumbangan pikiran bagi pengajaran bahasa
Arab bagi lembaga-lembaga pendidikan lain setingkat Madrasah Ibtidaiyah.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar