BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Program
pengembangan hortikultura di Jawa Timur bertujuan meningkatkan produksi dan
mutu produk unggulan yang berdaya saing, mengembangkan berbagai produk untuk
mendukung diversifikasi pangan, mendorong perkembangan ekonomi daerah dan
nasional, mengembangkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
devisa serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Salah satu upaya
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan sistem dan usaha
agribisnis hortikultura melalui penerapan paket teknologi sesuai standar
prosedur operasional disetiap tingkatan kegiatan.
Melalui
pendekatan agribisnis dari tahun ketahun produksi hortikultura telah
menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan, namun baik secara
kuantitatif maupun kualitatif produksi tersebut belum seimbang dengan
pertumbuhan permintaan baik dalam negeri maupun permintaan dari luas negeri.
Permintaan di dalam negeri terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah
penduduk, peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan gizi serta
perkembangan agroindustri dan pariwisata.
Paimin
(1994) mengungkapkan, walaupun pemerintah memberikan peluang dalam hal impor
buah buahan sehingga vlume impor meningkat, namun kebutuhan buah secara
nasional belum tercukupi. Konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia
pada tahun 1995 baru mencapai 35 kg per kapita per tahun (Effendi 1997).
Sedangkan menurut ketentuan badan dunia (FAO) konsumsi ideal untuk buah buahan
sebanyak 64 kg per kapita per tahun, dan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
buah pisang menurut data Susenas tahun 2002 baru mencapai 7,80 kg per kapita
per tahun jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi pisang di Negara
maju (Amerika Serikat) yang mencapai 22,05 kg per kapita per tahun. Dengan
demikian potensi permintaan buah-buahan termasuk pisang masih cukup besar
seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan.
Indonesia
merupakan salah satu negara pemasok buah buahan trofis, namun perannya masih
sangat kecil yaitu kurang dari 1 persen (Winarno 1996). Walaupun buah buahan
trofis asal Indonesia
telah memasuki pasaran dunia, akan tetapi jumlahnya sangat kecil akibat
kemampuan suplai yang rendah dan tidak kontin, padahal permintaan buah buahan
trofis segar dunia hususnya negara negara Eropa, Amerika dan Asia
mengalami peningkatan 10,8 persen per tahun (Winarno 1996).
Jawa Timur
terkenal sebagai Propinsi penghasil buah buahan eksotik, salah satu diantaranya
yang mempunyai nilai ekonomis dan sedang berkembang dengan pesat adalah pisang,
baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan.
Kabupaten
Lumajang yang terenal dengan sebutan kota
pisang terdiri dari 21 kecamatan sebagian besar merupakan sentra pisang dengan
memiliki luas 2644 ha dengan produksi 29,546 ton per tahun. Beberapa varietas
pisang yang dikembangkan di Kabupaten Lumajang diantaranya, Agung Semeru, Mas
Kirana, Raja Lumut, Ambon, Susu, Embug dan sebagainya. Diantara varietas pisang
tersebut di atas, salah satu yang mempunyai harga stabil dan sangat
menguntungkan bagi petani adalah pisang Mas Kirana, hal ini dikarenakan sistem
pemasaran pisang mas kirana telah dilakukan melalui pola kemitraan dengan PT
Sewu Segar Nusantara Jakarta. Sedangkan untuk varietas yang lain masih
mengalami kendala pemasaran sehingga harga sangat berfluktuasi.
Dalam
rangka pengembangan produk pertanian tidak cukup hanya memperbaiki cara
berusahatani aja, melainkan harus diikuti dengan usaha penyempurnaan di bidang
pemasaran karena pasar adalah merupakan salah satu syarat pokok bagi
pengembangan usaha agribisnis. Menurut Ainurrofik (1984) pemasaran merupakan
kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha pertanian, karena pemasaran
merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
pendapatan petani. Penanaman pisang dilakukan oleh banyak petani dan lokasinya
tersebar di beberapa desa, sehingga dalam melakukan distribusi kepada konsumen
banyak melibatkan lembaga perantara mulai dari pedagang pengumpul tingkat desa,
kecamnatan dan lembaga perantara tingkat kabupaten. Keterlibatan lembaga
perantara tersebut mempunyai peranan penting dalam rangka memperlancar
penyampaian pisang dari petani ke konsumen. Akan tetapi menurut Saifuddin
(1982) terdapat perbedaan kepentingan diantara para pelaku pasar, yaitu petani
produsen yang menghendaki harga tinggi, lembaga perantara ingin mendapatkan
keuntungan yang besar dan konsumen menghendaki harga yang murah. Disebutkan
juga oleh Saifudin (1982) bahwa dalam pemasaran yang efisien akan tercipta
kepuasan bagi produsen, lembaga pemasaran dan konsumen.
Tabel 1.
Perkembangan harga pisang di tingkat petani (Rp/tandan)
Triwulan
|
Tahun
|
||||
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
|
I
|
4000
|
5000
|
6000
|
5500
|
6500
|
II
|
4500
|
5500
|
5000
|
6500
|
7500
|
III
|
7000
|
8500
|
8000
|
9000
|
9500
|
IV
|
6000
|
6250
|
6500
|
7500
|
8500
|
Sumber :
UPTD Pertanian Kecamatan Senduro
Dari tabel
diatas, nampak harga pisang cenderung berfluktuasi sehingga berpengaruh
terhadap pendapatan petani dan keuntungan lembaga pemasaran.
Menurut
Brorsen et. al. (1985) dalam penelitiannya tentang margin and price uncertainty
: The case og the U.S.
wheat market, yang pada intinya menganlisis pengaruh dari ketidakpastian harga
(price uncertainty) terhadap margin pemasaran gandum di Amerika Serikat,
kerkesimpulan bahwa meningkatnya cariabilitas harga output juga meningkatkan
marjin pemasaran, baik farm-mill margin maupun mill-refail margin.
Dilihat dari ekonomi pertanian berhasil
tidaknya produksi pertanian dan tingkat harga merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani. Bahkan harga adalah merupakan salah
satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan erat dengan perilaku
petani sebagai produsen dan juga terhadap konsumen (Mubyarto 1981). Bagi petani
produsen, stabilitas harga sangat penting karena harga merupakan salah satu
faktor strategis dan merdan menarik dalam berusaha tani. Tingkat harga yang
berlaku akan menentukan keuntungan usahatani yang diperoleh petani. Dengan
demikian, tingkat harga merupakan faktor penting sebagai pertimbangan pengambilan
keputusan dalam berusahatani. Sementara itu menurut Azzaino (1982) struktur
pasar dapat menentukan apakah mekanisme harga bekerja dengan baik sebagai
signal kepada petani produsen pedagang perantara dan konsumen.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar