Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan
yang paling unik, paling rentan, paling murni dan sukar diperkirakan. Suatu
organisasi dalam menjalankan aktifitasnya akan selalu berhadapan dengan manusia
sebagai sumber daya yang dinamis dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang,
dimana dengan berkembangnya manusia sebagai tenaga kerja tersebut akan
mempengaruhi stabilitas dan kontinuitas organisasi tersebut.
Untuk itu diperlukan pemimpin yang dapat
memacu semangat kerja agar dapat meningkatkan kinerja sehingga tujuan dari
perusahaan/organisasi bisa dicapai. Salah satu faktor untuk meningkatkan kerja
adalah motivasi. Pada dasar nya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai
mau dan mampu bekerja secara giat, tapi bagaimana memiliki motivasi yang tinggi
untuk mencapai tujuan organisasi, kemampuan, kecakapan dan ketrampilan pegawai
tidak ada artinya apabila tidak diiringi dengan motivasi yang tinggi dari
setiap pegawai guna meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia merupakan
faktor yang dominan dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian
secara khusus. Pimpinan unit kerja atau instansi memiliki kewajiban untuk
selalu memotivasi pegawai agar meningkatkan kinerjanya,dengan demikian kerja
sama dan saling memahami tugas dan fungsi dari setiap unit kerja sangat
diperlukan.
Seberapa besar motivasi atau performance
pegawai dalam melaksanakan setiap tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sangat tergantung pada keseimbangan antara produktifitas kerja dan
kesejahteraan yang diperoleh. Studi tentang motivasi merupakan usaha untuk
mendapatkan jawaban‑jawaban atas segala perilaku manusia yang begitu komplek
dalam keterkaitanya dengan kerja pegawai.
Seorang pemimpin unit kerja atau instansi
harus memiliki visi kedepan yang dapat dipergunakan sebagai gambaran yang akan
dicapai oleh instansi yang bersangkutan.Visi sangat diperlukan guna memotivasi
setiap pegawai, dengan visi yang jelas maka dalam memberikan motivasi pegawai
tinggal mengarahkan kemana kemampuan dan kemauan pegawai untuk berprestasi.
Setiap pegawai sering memiliki motivasi sesuai dengan obsesinya, ada yang dalam
melaksanakan pekerjaan berorientasi pada besar kecil nya upah yang diterima,
ada pula yang berorientasi pada kesempatan dalam memperoleh karir, sesuai
dengan kenyataan tersebut maka pengendalian pimpinan diperlukan, sehingga
apapun yang terjadi tidak akan berpengaruh terhadap tujuan instansi atau unit
kerja.
Usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
bukan pekerjaan yang mudah, karena kinerja, pegawai dipengaruhi oleh banyak
faktor yang diantaranya, skill, kemampauan, lingkungan kerja dan motivasi
pimpinan. Secara tegas kinerja pegawai yang paling dominan disebabkan oleh
kesiapan mental seseorang untuk memacu dirinya dan berprestasi guna memperoleh
segala yang diharapkan. Dengan demikian unsur‑unsur kepuasan merupakan
rangsangan untuk memacu tumbuhnya niat seseorang untuk berprestasi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan motivasi
sesorang menjadi tinggi, diantaranya adalah gaji (reward), prestasi,
afiliasi, kekuasaan atau karier, d1l. Peranan motivasi dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar dengan keterangan lain motivasi
mempunyai hubungan yang positif terhadap prestasi kerja, ini sejalan dengan
pendapat Amstrong (1998:75) yakni "hubungan antara motivasi dan prestasi
kerja adalah sesuatu yang positif, meningkatnya motivasi akan menghasilkan
lebih banyak usaha dan prestasi kerja yang lebih baik, dan sebaliknya.
Hal tersebut didasarkan pada suatu dugaan
pada suatu dugaan, bahwa seorang pegawai tidak selalu bekerja dengan latar
belakang mendapatkan gaji, dimana oleh maslow diidentifikasikan adanya lima jenjang kebutuhan manusia, yaitu seseorang
akan berusaha untuk memenuhi jenjang yang lebih tinggi apabila jenjang lebih
rendah sudah dipenuhi. Tidak di pungkiri bahwa seorang pegawai pada awal nya
tertarik pada besar nya gaji maupun bonus yang ditawarkan, namun hal ini tidak
akan terus berlangsung terus‑menerus, karena saat tertentu perhatian utamanya
bukan lagi bertumpu pada besarnya gaji, melainkan job content yang
ditanganinya, dengan demikian masalah gaji dan upah bergeser peningkatnya
menjadi kebutuhan sekunder.
Pada sisi lain, ada anggapan bahwa gaji atau
bonus hanyalah merupakan faktor hygienic yang daripadanya seseorang bersedia
untuk bekerja namun bukan atas dasar kebutuhan untuk berprestasi. Motifasi
untuk berprestasi sebenarnya merupakan fungsi dari faktor‑faktor luar gaji,
yaitu faktor pekerjaan itu sendiri kemungkinan untuk mengembangkan diri
tanggungjawab yang diembannya dan pengakuan atas perolehan dalam hal karier di
sepanjang masa kerjanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
suatu pokok pemikiran bahwa upaya‑upaya yang dapat dilakukan oleh seorang
manager dalam memotivasi pegawai harus dilakukan dengan mengetahui beberapa
komponen yang mempengaruhi mereka dalam melakukan pekerjaan.
Dengan demikian suatu pengetahuan dan
pemahaman secara komprehensif terhadap faktor‑faktor penentu yang dapat
meningkatkan motivasi pegawai haruslah diidentifikasi secara lebih dini.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis ingin
mengkaji "Pengaruh Motivasi Terhadap kinerja pegawai di KSP Tunas Artha
Propinsi Jawa Barat."
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar