Setiap
negara khususnya negara berkembang mengalami masalah yang sama, yaitu kesulitan
untuk mengendalikan peningkatan pengangguran. Keadaan di negara berkembang
dalam beberapa dasawarsa ini, menunjukkan bahwa pembangunan yang telah
dilaksanakan tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja kepada angkatan kerja
yang ada. Hal itu terjadi karena
laju pertumbuhan angkatan kerja
lebih tinggi dari pertumbuhan kesempatan kerja yang ada.
Pengangguran
juga merupakan pilihan bagi setiap individu. Di satu sisi, Ada orang-orang yang
memang menyukai dan tidak ingin bekerja karena mereka malas, di lain pihak lain
ada orang yang ingin bekerja dan sedang
mencari pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan karena tidak sesuai dengan
pilihan (pengangguran sukarela)
Dalam sudut pandang makroekonomi, pengangguran yang
tinggi merupakan suatu masalah. Salah satu gambaran dampak dari tingginya
tingkat pengangguran yaitu akan banyaknya sumber daya yang terbuang percuma dan
pendapatan masyarakat berkurang. Dalam masa-masa seperti itu, tekanan ekonomi
menjalar kemana-mana sehingga mempengaruhi emosi masyarakat maupun kehidupan
rumah tangga sehingga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat. (Samuelson dan Nordhaus, 1996)
Kondisi
ekonomi Indonesia tertekan setelah krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1997. Krisis moneter ini melanda kehidupan ekonomi, politik,
keamanan, pemerintah, hukum, kepercayaan, sosial budaya, moral dan ideologi. Di
bidang ekonomi krisis ini berimbas khususnya pada pertumbuhan ekonomi,
ketenagakerjaan di Indonesia dan kemiskinan. Banyak perusahaan yang bangkrut
atau terpaksa melakukan PHK pada sebagian tenaga kerjanya untuk bertahan.
Inflasi
yang makin meningkat di sertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan
proporsi penduduk yang belum dewasa
menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih
besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1997).
Sebaliknya, Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka produksi barang dan
jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standart hidup. Laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan
tingkat pengangguran. Perkembangan ini selanjutnya mendorong berkurangnya
permintaan terhadap tenaga kerja seperti tercermin dari pemutusan hubungan
kerja dan semakin bertambahnya jumlah pengangguran.
Kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi dengan naiknya harga barang-barang
pokok khususnya kelompok makanan sebagai akibat melambungnya harga pangan dunia
dan minyak dunia yang mengakibatkan sebagian perusahaan khususnya yang
tergantung dengan produk impor, mengurangi atau bahkan menghentikan
produksinya.
Berdasarkan
data dari BPS, Secara umum, tingkat pengangguran Sulawesi Selatan memang
mengalami penurunan tetapi Sulawesi Selatan belum berhasil mengungguli 4
provinsi lain di kawasan pulau Sulawesi. (Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Barat). Tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan berada
di posisi kedua tertinggi untuk pulau Sulawesi.
Pada
bulan Agustus tahun 2008, Tingkat pengangguran Sulawesi Selatan adalah kedua
tertinggi untuk pulau Sulawesi, dimana nilai tertinggi yaitu 10,65 untuk daerah
Sulawesi Utara berturut-turut di bawahnya adalah Sulawesi Selatan 9,04,
Sulawesi Tenggara 5,73, Gorontalo 5,65, Sulawesi Tengah 5,45 dan provinsi
dengan tingkat pengangguran terendah yaitu 4,57 untuk Provinsi Sulawesi Barat.
Pada
bulan Agustus tahun 2011, posisi tingkat pengangguran Sulawesi Selatan untuk
pulau Sulawesi tetap pada kedua tertinggi dengan nilai 6,69 sedangkan Provinsi
Sulawesi Utara masih tertinggi untuk tingkat pengangguran yaitu 9,19. Di posisi tertinggi ketiga adalah
Gorontalo 4,61, Sulawesi Tenggara 4,34, Sulawesi Tengah 4,27 dan provinsi
dengan tingkat pengangguran terendah
yaitu 2,70 untuk provinsi Sulawesi Selatan.
Berpijak pada kenyataan–kenyataan yang telah
dijelaskan diatas maka penulis tertarik
untuk mengamati masalah pengangguran dan mengkaji lebih dalam lagi kondisi
pengangguran di Sulawesi Selatan. Selengkapnya, judul
penelitian yang akan penulis angkat adalah : “Analisis tingkat pengangguran di
sulawesi Selatan ”
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar