Persaingan
di dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk dapat
beroperasi seefektif dan seefisien mungkin. Agar dapat menjalankan atau
mengoperasikan suatu organisasi yang besar dan kompleks secara efisien, maka
manajemen akan membutuhkan berbagai informasi yang diperlukan sehubungan dengan
aktivitas operasi perusahaan. Pengendalian manajemen merupakan bagian dari satu
siklus kejadian yang berkesinambungan. Pengendalian juga adalah aktivitas
terakhir setelah pencapaian tingkat yang baru.
Penelitian
mengenai penyusunan anggaran dan efektivitasnya dalam peningkatan kinerja
merupakan topik yang penting, karena anggaran menjadi alat
utama
pengendalian setiap perusahaan. Selain menjadi alat pengendalian, anggaran
dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur performance setiap manajer.
Anggaran juga dapat menjadi alat untuk memotivasi kinerja anggota organisasi, anggaran
sebagai alat yang dapat digunakan atasan untuk menyelaraskan, mengkoordinasikan
dan memotivasi bawahan, dan alat untuk mendelegasikan wewenang atasan kepada
bawahan (Hofstede dalam Supomo,
1998).
Selain
hal tersebut di atas, dalam pengertian anggaran yang lebih luas juga berfungsi
sebagai alat untuk mengatur orang-orang dalam organisasi. Dengan demikian,
penyusunan anggaran menjadi kompleks karena akan berdampak kepada fungsional
atau disfungsional suatu sikap dan perilaku anggota organisasi yang
ditimbulkannya. Untuk menghindari terjadinya disfungsional perilaku anggaran di
dalam organisasi, perlu diikutsertakan manajemen pada level yang lebih rendah
dalam proses penyusunan anggaran. Para bawahan yang ikut
dilibatkan di dalam penyusunan anggaran akan mempunyai tanggungjawab dan
konsekuensi moral serta pengetahuan mengenai usaha yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kinerja sesuai dengan yang telah ditargetkan.
Menurut
Kaplan (1988) dan Horngren dkk (2000) dalam Sultrayani (2007:1) menyatakan
bahwa sistem akuntansi manajemen menyediakan informasi kinerja karyawan sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan perusahaan, dengan demikian memungkinkan
karyawan mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Dalam
proses manajemen terdapat 4 (empat) fungsi umum dalam suatu organisasi yaitu,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Amirullah,
2004:11). Pada fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian, manajemen
menggunakan informasi dalam menetapkan rencana yang bersifat kuantitatif yang
secara formal disebut anggaran. Setiap akhir tahun perusahaan melakukan proses
pencatatan, pengukuran dan pelaporan hasil pelaksanaan apakah sesuai yang di
harapkan oleh perusahaan atau tidak. Hasil yang telah dicapai merupakan
rangkaian tindakan manusia yang berhubungan dengan pelaksanaan anggaran. Jadi
anggaran memiliki fungsi perencanaan dan pengendalian, di sisi lain juga
berhubungan dengan aspek perilaku karena dalam proses penyusunan anggaran
melibatkan para karyawan dalam proses tersebut.
Para manajer pada setiap
departemen harus memiliki input yang penting dalam menggambarkan pendapatan dan
biaya, karena mereka terlibat langsung dan sangat memahami setiap kegiatan
dalam departemen mereka. Anggaran dapat digunakan untuk memotivasi karyawan
agar memperbaiki perilaku dan sikap. Karyawan harus memberikan rekomendasi,
merevisi angka-angka dalam anggaran bila diperlukan dan menyetujui ataupun
tidak menyetujui item-item utama. Input karyawan diperlukan karena mereka
sangat memahami operasi tersebut (Siegel, 2001:3)
Supriyono (2001:95) menyatakan bahwa
anggaran disusun untuk membantu manajemen mengkomunikasikan tujuan organisasi
pada semua manajer pada unit organisasi dibawahnya. Untuk mengkoordinasikan
kegiatan dan untuk mengevaluasi prestasi para manajer, penyusunan anggaran
tidak boleh hanya dilakukan oleh manajer puncak tetapi harus didukung dengan
peran serta secara aktif para manajer tingkat menengah dan bawah sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Hal inilah yang dikenal dengan anggaran
partisipatif. Anggaran partisipatif tidak berarti bahwa setiap manajemen dapat
memilih dengan bebas apa yang akan dituju di dalam anggarannya, namun anggaran
partisipatif berarti manajer setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai
kesempatan untuk menjelaskan dan memberikan alasan mengenai anggaran yang
diusulkannya.
Keterlibatan manajer tingkat bawah
dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan moral dan menimbulkan inisiatif
yang sangat besar pada semua tingkatan manajemen. Partisipasi juga meningkatkan
rasa kebersamaan yang akan cenderung meningkatkan kerjasama dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, akan diperoleh informasi yang lebih
detail untuk menentukan target anggaran dengan menambah keakuratan data serta
informasi dalam proses penyusunan anggaran.
Menurut Siegel dan Marconi (1989:125),
menyatakan bahwa karyawan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran ikut serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan
anggaran tersebut sehingga para karyawan akan berusaha meningkatkan kinerjanya.dalam
rangka meningkatkan kinerja karyawan, maka hal lain yang perlu diperhatikan yaitu
faktor motivasi menurut Nursutan (2001:32). Dalam hal ini motivasi sangat
berperan penting dalam meningkatkan semangat kerja karyawan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
Menurut
Siagian (2001:128), pengertian motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motif
bekerja pada bawahannya sedemikian rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi terciptanya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Motivasi
pada dasarnya suatu proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi atau dorongan untuk
bekerja sangat penting artinya bagi perusahaan, adanya motivasi pada karyawan
untuk bekerjasama akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan (Nursutan,
2001:33). Dengan adanya motivasi berarti telah memberikan kesempatan bagi
karyawan untuk mengembangkan kemampuannya.
Menurut
Handoko (2001:252), motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berguna
untuk pencapaian tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua
yaitu pertama motivasi internal, menurut Nawawi (1998: 351), pendorong kerja
yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu. Berupa kesadaran
mengenai pentingnya pekerjaan yang dilaksanakan, seperti: minat, kemampuan dan
harapan. Kedua, motivasi eksternal menurut Nawawi (1998:351), yakni mendorong
kerja yang mengharuskan melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Seperti:
suasana kerja, gaji, fasilitas perusahaan dan kebijaksanaan perusahaan.
Dalam
hubungannya dengan kinerja, motivasi mempunyai peranan yang penting dalam
peningkatan produktivitas kerja karyawan, apabila seorang karyawan termotivasi,
maka senantiasa akan mempunyai gairah kerja yang tinggi yang nantinya akan
berpengaruh pada prestasi kerjanya. Dengan pemberian motivasi yang tepat dan
baik pada karyawan, hal ini dapat mengubah perilaku karyawan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan semangat kerja yang tinggi
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu
yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam mejalankan
tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik dan
sebagainya (Nitisemito,
2002:197).
Lingkungan kerja fisik dalam suatu
perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana
dan situasi kerja
karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan
oleh suatu perusahaan. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi
penyebab karyawan
mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan
menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja
tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat,
lingkungan kerja
kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada
kenyamanan kerja
karyawan. Dalam mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain
dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti
kebersihan yang selalu terjaga, penerangan cahaya yang cukup, ventilasi
udara, suara musik
dan tata ruang kantor yang nyaman. Lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang
yang ada di
dalam lingkungannya (Nitisemito, 2002:183).
Hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengindikasikan bahwa partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran
dan motivasi akan mempengaruhi kinerja karyawan, sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Budiman (2008). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel
partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran dan motivasi terhadap kinerja
karyawan. Demikian halnya, penelitian mengenai
pengaruh motivasi dan lingkungan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan yang dilakukan oleh Septianto (2010)
menunjukkan hasil
adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi dan
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk mengkaji ulang
beberapa variabel dengan cara yang agak berbeda dari penelitian sebelumnya
yaitu ada 3 variabel bebas yang digabungkan dengan satu variabel terikat
(dependen) dalam hal ini akan dikaji tentang sejauhmana pengaruh partisipasi
karyawan dalam penyusunan anggaran, motivasi dan lingkungan kerja pada PT Hadji
Kalla akan mempengaruhi kinerja karyawan, di mana dalam penelitian ini
partisipasi dalam penyusunan anggaran, motivasi dan lingkungan kerja sebagai
variabel bebas (independen) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat
(dependen).
PT Hadji Kalla merupakan salah satu
perusahaan yang telah menerapkan participate
budgeting (penganggaran partisipatif) dengan melibatkan manajer dari
manajemen tingkat bawah. Dalam menyusun anggaran, manajer dilibatkan oleh para
kepala seksi yang bertanggungjawab pada suatu unit bisnis. Untuk menyusun anggaran,
masing-masing unit bertanggungjawab mengajukan usulan anggaran kepada pimpinan
tertinggi berdasarkan pada pedoman penyusunan anggaran untuk dinilai dan
ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas
penulis bermaksud untuk mengetahui apakah variabel partisipasi karyawan dalam
penyusunan anggaran, motivasi dan lingkungan kerja pada PT Hadji Kalla dapat
meningkatkan kinerja karyawan, maka judul penelitian ini adalah:
“Pengaruh Partisispasi Dalam Penyusunan
Anggaran, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Hadji
Kalla”
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar