Tanaman murbei (Morus sp.) mempunyai peranan penting dalam usaha persuteraan alam,
sebab daun tanaman ini merupakan makanan pokok bagi ulatsutera (Bombyx mori). Produksi dan kualitas daun
murbei tidak hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulatnya, tetapi juga
berpengaruh terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus menentukan
pula hasil produksi benang suteranya (Sunanto, 1997).
Dengan
semakin populernya persuteraan alam, maka usaha–usaha ke arah peningkatan
produksi dan kualitas daun ditingkatkan, agar diperoleh jumlah kokon yang
banyak dan berkualitas baik. Tanaman murbei termasuk jenis
tanaman yang sering diganggu hama atau penyakit. Serangan hama atau penyakit
mengakibatkan produksi daun murbei mengalami penurunan (Sunanto,
1997).
Hama yang umumnya
menyerang tanaman murbei adalah jenis-jenis serangga dari ordo seperti Coleoptera, Hemiptera, Lepidoptera,
Thysanoptera. Hama-hama tersebut dapat menimbulkan kerusakan besar karena
memakan tunas, daun, batang, bahkan akar tanaman murbei (Handoro,
1997).
Hama yang banyak merusak tanaman murbei
di Sulawesi Selatan ada 4 jenis yaitu hama pucuk, kutu daun, kutu batang dan
penggerek batang. Hama pucuk G. pulverulentalis banyak merusak daun dan
daun muda (Dirjen Kehutanan, 1995). Kuantitas dan kualitas daun murbei tidak
hanya menentukan pertumbuhan dan kesehatan ulat sutera tetapi berpengaruh
terhadap kualitas kokon yang dihasilkan dan sekaligus menentukan produksi
benang sutera (Samsijah,1985).
Serangan
hama G. pulverulentalis merupakan salah satu diantara
beberapa spesies yang menjadi hama penting yang dapat menyebabkan rendahnya
produksi sutera di Indonesia (Saranga dkk., 1992). Ngengat G. pulverulentalis merupakan hama potensial karena dapat menurunkan hasil sutera secara
langsung baik kualitas maupun kuantitas (Purwaningrum, 2002).
Tanaman murbei tidak
terlepas dari serangan hama dan penyakit.
Penyebaran dan kerusakan tanaman murbei oleh hama dan penyakit sangat
dipengaruhi oleh pengelolaan kebun murbei, seperti pemangkasan, panen, dan
pemupukan. Untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit tersebut
dengan mengusahakan kondisi kebun yang baik (Ahdiat,
2007). Pengendalian
hama dan penyakit tanaman
murbei sebaiknya dilaksanakan secara preventif.
Pengendalian dan pemberantasan hama tanaman murbei dapat dilakukan secara
mekanis, secara biologis dan secara kimia. Pengendalian hama secara mekanis
dilakukan dengan cara mengambil/menangkap hama atau melalui pemangkasan
(pemotongan) bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman yang terserang hama
harus dibuang jauh atau dibakar untuk memutus siklus hama (Patandianan, 2007). Sedangkan untuk
mengendalikan serangan hama dan penyakit yang sudah
menyerang dilakukan dengan penggunaan pestisida (Ahdiat,
2007). Pemberantasan secara kimia dilakukan dengan memakai bahan kimia berupa
insektisida melalui teknik penyemprotan (Patandianan, 2007).
Beberapa peneliti telah
memperhatikan keadaan hama tersebut, tetapi penelitian mengenai preferensi pada beberapa
jenis murbei belum dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian terhadap G. pulverulentalis.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar