Tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China pada
abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan beberapa pulau di Samudera Pasifik, terbawa
oleh migrasi penduduk ke Indonesia. Di Indonesia tanaman talas dapat dijumpai hampir di seluruh kepulauan Indonesia mulai dari tepi pantai sampai pegunungan di
atas 100 m dari permukaan laut.
Talas dapat tumbuh
terus-menerus sepanjang tahun di wilayah tropis dan subtropika, biasanya pada
kondisi lembab atau tergenang. Suhu rata-rata yang sesuai untuk pertumbuhan
talas berkisar antara 21oC dan 27oC. Di Sulawesi-Selatan
tanaman talas dibudidayakan di daerah Bantaeng. Pengembangan tanaman talas di
Bantaeng bertujuan untuk menciptakan pasar ekspor dan peningkatan produksi
pertanian.
Karakteristik tanaman talas
adalah, memiliki perakaran liar, berserabut dan dangkal. Batang yang tersimpan
dalam tanah pejal, bentuknya menyilinder (membulat), umumnya berwarna cokelat
tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat diatas lampang daun tempat
munculnya umbi baru, tunas (stolon). Daun memerisai dengan tangkai panjang dan
besar.
Talas merupakan bahan pangan
yang rendah lemak, bebas gluten dan mudah dicerna sehingga berguna dalam berbagai
hidangan. Tanaman talas
juga merupakan tanaman
penghasil karbohidrat yang
memiliki peranan cukup strategis dan memiliki fungsi utama sebagai obat
yang bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya
penyakit kanker.
Talas
mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan menjadi sebuah produk karena
memiliki berbagai manfaat untuk bahan makanan dan subtitusi karbohidrat. Selain
itu, talas juga dapat dibudidayakan dengan mudah sehingga potensi talas ini
cukup besar. Tetapi pemanfaatan talas saat ini masih kurang sehingga perlu
ditingkatakan. Kebanyakan talas dikonsumsi sebagai makanan tambahan dalam
bentuk umbi rebus, goreng atau makanan kecil seperti dodol, keripik dan cheese stik talas. Talas
dapat diolah menjadi
berbagai produk olahan yang bervariasi atau lebih beragam demi
meningkatkan nilai jual dan nilai gizi yang ada. Salah satu pemanfaatan talas
adalah pengolahan talas menjadi es krim.
Es krim merupakan sejenis
makanan semi padat yang dibuat dari campuran susu, lemak hewani atau nabati,
gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain. Banyak
fakta yang menyebutkan
bahwa es krim
merupakan salah satu makanan yang bernilai gizi
tinggi. Nilai gizi es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan bakunya.
Untuk membuat es krim yang bermutu tinggi, nilai gizi bahan bakunya perlu
diketahui dengan pasti.
Sesuai dengan uraian diatas,
maka penelitian ini dilakukan
dengan memanfaatkan talas menjadi produk
olahan, salah satunya adalah pengolahan es krim sebagai bahan pengisi, sehingga
dihasilkan es krim dengan rasa umbi talas yang memiliki nilai gizi yang tinggi.
Oleh karena itu, dibutuhkan studi untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan es
krim dengan penambahan talas sebagai bahan pengisi dan mengetahui nilai gizi es
krim yang dihasilkan.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar