Uang merupakan hal yang menarik untuk
dibicarakan, karena uang merupakan salah satu sendi dalam kehidupan manusia.
Mulai dari anak-anak sampai orang tua mereka membutuhkan uang dalam kegiatan
mereka baik itu bersifat konsumtif mislanya membeli keperluan sehari-hari
maupun untuk kebutuhan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
dengan membeli surat-surat berharga atau obligasi dengan harapan harga jual
dari surat berharga dan obligasi yang dimiliki
lebih tinggi dari harga beli.
Dalam
perekonomian suatu negara atau wilayah uang sangat mempunyai peranan yang
sangat penting khususnya dalam bidang perekonomian. Bagi perekonomian uang
seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia ketika terhambat maka fungsi
organ tubuh tidak akan berjalan sebagai mana mestinya dan manusia akan menjadi
sakit karenanya. Sama halnya dengan uang, posisinya harus selalu berputar dalam
suatu roda perekonomian apabila terhambat maka perekonomian akan menjadi sakit.
Oleh karena itu untuk menjalankan fungsi uang sebagaimana mestinya diperlukan
suatu kebijakan oleh Bank Indonesia dengan otoritas moneternya.
Dalam
perputaran uang di suatu wilayah selain variabel makro, lembaga juga mempunyai
peranan yang kuat untuk masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Lembaga
yang dimaksud dalam hal ini seperti Bank Indonesia (BI) yang mempunyai otoritas
moneter untuk menentukan kebijakan dalam kondisi ekonomi suatu wilayah, ada
juga bank umum yang menjalankan perannya dalam tingkat suku bunga untuk
ditawarkan kepada masyarakat dimana masyarkat yang tergolong dalam lembaga
masyarakat nantinya yang juga akan ikut menentukan kondisi perputaran uang
dengan ekspektasi dan konsumsi yang mereka lakukan.
Salah
seorang pemikir besar yang menyumbangkan pemikirannya dalam teori moneter
adalah Keynes yang berpandangan tentang uang sebagai alat penyimpan nilai.
Pandangan ini menyebabkan perlunya analisis tentang pasar uang dengan penawaran
uang. Pasar uang, memberikan gambaran tentang perkembangan kelangkaan uang.
Perkembangan tingkat kelangkaan uang ditunjukkan dari perkembangan tingkat
harga yang terbentuk melalui mekanisme pasar, sedangkan harga dari uang adalah
tingkat bunga. Jika tingkat bunga semakin tinggi, maka uang semakin mahal,
berarti uang semakin langka, begitu juga sebaliknya.
Dari
teori ini dapat dilihat suatu hubungan antara sektor moneter dengan sektor
riil. Tingkat bunga yang terbentuk disektor moneter (pasar uang) akan
mempengaruhi perilaku disektor riil, khususnya investasi. Sebagai contoh, bila
tingkat bunga makin tinggi, permintaan investasi akan menurun, yang juga akan
menurunkan tingkat output keseimbangan. Jadi keseimbangan di pasar uang
berkaitan dengan pasar barang dan jasa.
Pada
saat output nasional bertambah banyak, maka permintaan akan uang untuk
kebutuhan transaksi juga akan meningkat. Masyarakat cenderung untuk menjaga
nilai beli dari uang yang dipegangnya, agar uang yang dipegang cukup memadai
untuk menyelesaikan transaksi-transaksi yang dilakukannya.
Jumlah
uang beredar di Sulawesi Selatan selama 2001-2010 memperlihatkan fenomena yang
terus berkembang baik itu uang beredar dalam arti sempit (M1) yang
terdiri dari uang kartal dan uang giral, maupun uang beredar dalam arti luas (M2)
yang merupakan penjumlahan M1 dengan uang kuasi. Hal ini dapat
dilihat pada Grafik 1.1.
Grafik
1.1
Perkembangan
Jumlah Uang Beredar di Sulawesi Selatan Tahun 2001-2020
(Dalam
Milyar Rupiah)
Sumber : Data diolah
Terlihat
jelas dari grafik 1.1. bahwa permintaan uang di Sulawesi Selatan terus
meningkat terutama di tahun 2006, untuk uang kuasi sendiri peningkatannya cukup
pesat sekitar 20,83% yaitu dari Rp. 16,63 trilyun menjadi Rp. 19,65 trilyun.
Kenaikan angka tersebut dapat dikatakan bahwa
tingkat likuiditas cukup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian di
wilayah Sulawesi Selatan. Berdasarkan data yang di tampilkan oleh Bank Indonesia kenaikan permintaan
uang tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah jaringan kantor bank yang
melayani kebutuhan masyarakat yaitu dari 579 kantor bank menjadi 590 kantor bank.
Di tahun
berikutnya hanya terjadi sedikit saja perbedaan, dimana permintaan uang
cenderung meningkat yang disebabkan oleh ekspektasi dari masyarakat terhadap
inflasi yang tinggi terutama untuk bahan-bahan pokok baru. Demikian pula di tahun-tahun berikutnya
yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan
teori yang ada, JUB sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dimana peningkatan
jumlah uang beredar akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya
pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi JUB sebab peningkatan pendapatan akan
mendorong peningkatan permintaan uang.
Grafik 1.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2010
Sumber : Data diolah
Pada
Grafik 1.2 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Sulawesi-Selatan pada Tahun
2001-2010 mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun hal ini disebabkan karena
tingkat konsumsi masyarakat juga tiap tahunnya mengalami peningkatan. Bukan
hanya itu penggunaan akan uang yang dimiliki masyarakat juga sudah mulai
bervariasi bukan hanya untuk bertransaksi, tapi juga untuk investasi, tabungan
dan belanja modal lainnya. Perilaku ini secara langsung berpengaruh pada tingkat
pendapatan Provinsi Selawesi Selatan. Sehingga, berdasarkan sumber data yang
didapat Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan dapat di katakan signifikan karena
pertumbuhannya saling beriringan ke atas.
Selain
tingkat pendapatan, tingkat suku bunga juga sangat berpengaruh terhadap
permintaan uang. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang paling penting
dalam perekonomian suatu wilayah karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan
perekonomian. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen untuk
membelanjakan ataupun menabungkan uangnya tetapi juga mempengaruhi dunia usaha
dalam mengambil keputusan. Oleh kerena itu tingkat suku bunga mempunyai pengaruh
yang sangat luas, baik pada sektor moneter maupun juga pada sektor riil.
Suku bunga
sangat erat kaitannya dengan tingkat laju inflasi, karena tingkat inflasi
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang
mencerminkan para pelaku pasar dan masyarakat. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap laju
inflasi dimasa yang akan datang. Ekspektasi laju infasi yang tinggi akan
mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi
aset riil seperti, tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu
juga sebaliknya ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif
terhadap masyarakat untuk menabung serta
melakukan investasi pada sektor-sektor produktif.
Berdasarkan
fakta-fakta yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa pendapatan
regional (PDRB), tingkat suku bunga, dan laju
inflasi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perilaku permintaan
uang masyarakat. Dengan demikian, penulis mencoba melihat besarnya pengaruh
keempat variabel tersebut terhadap permintaan uang, dengan mengemukakan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Uang (Deman For Money) di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010”.
Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang (Deman For Money) Di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010 (KE-66)
Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang (Deman For Money) Di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010 (KE-66)
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar