Pendidikan
merupakan sumber daya manusia yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu dilakukan
pembaharuan dalam bidang pendidikan dari waktu kewaktu. Dalam rangka mewujudkan
tujuan dari pendidikan nasional, yaitu menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu perwujudannya melalui
pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Pelajaran matematika
adalah satu matapelajaran yang memberikan konstribusi positif tercapainya
masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis.
Akan
tetapi pembelajaran matematika pada umumnya sering dipandang sebagai pelajaran
yang kurang diminati, dan tidak lain mereka juga menganggap pelajaran
matematika adalah merupakan momok bagi mereka. Hal ini juga dialami oleh
sebagian besar para siswa di kelas VIII MTsN Langkapan
Srengat Blitar. Indikator yang menunjukkan bahwa matematika memang
menjadi matapelajaran yang paling sulit bagi siswa adalah dapat terlihat
langsung dari pencapaian hasil belajar matematika siswa yang relatif rendah
dibandingkan dengan hasil belajar matapelajaran yang lain. Pembelajaran yang
diterapkan oleh guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa.
Proses
pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar memegang peran pentinng dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan pada saat
proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas
peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru
mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan, sehingga
hasil belajar matematika rendah.
Keberhasilan
pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari hasil
belajar yang meningkat. Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di MTsN
Langkapan Srengat Blitar di temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah hasil
belajar matematika masih rendah yaitu masih terdapat anak yang mendapatkan
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai 60. Hal ini di pengaruhi
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya pada siswa kelas VIII D dalam pembelajaran
matematika antara lain:1) keaktifan siswa kelas VIII D dalam mengikuti
pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan,
meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum dipahami, 3) suka
berbicara sendiri jika guru menerangkan.
Selain
dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat penting.
Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di MTsN Langkapan Srengat Blitar masih menggunakan model konvensional. Sehingga
siswa banyak diam dan hanya memperhatikan penjelasan dari guru serta mencatat
hal-hal yang dirasa penting. Menurut Sriyono model pembelajaran konvensional dapat
menyebabkan siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan keberanian
mengemukakan pendapat, tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam
memecahkan masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam[1]. Untuk mencegah semakin
buruknya hal yang dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab yang disebutkan di atas,
maka dibutuhkan pembelajaran yang mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar
siswa khususnya pada mata pembelajaran matematika. Salah satunya yang dianggap
dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa yaitu dengan model
pembelajaran Snowball Throwing.
Pembelajaran
dengan model Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang
dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju
(Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.[2]
Adapun kelebihan dalam model pembelajaran Snowball
Throwing ini antara lain:1) Melatih kesiapan siswa dalam
merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling
memberikan pengetahuan, 2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara
mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena
siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh
guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai
materi yang didiskusikan dalam kelompok, 3) Dapat
membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain
maupun guru, 4) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan
suatu masalah.[3]
Berdasarkan dari penelitian
terdahulu dilakukan oleh Diyan Tunggal Safitri dengan judul “Metode
Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika”, menunjukkan bahwa model
pembelajaran Snowball Throwing ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran Snowball
Throwing ini dalam pembelajara matematika melibatkan siswa untuk dapat
berperan aktif dengan bimbingan guru, agar meningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan
uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika, peneliti ingin
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing dan materi yang dipilih adalah Bangun Ruang
Sisi Datar. Adapun alasan mengapa memilih materi Bangun Ruang Sisi Datar. Karena
dalam materi Bangun Ruang Sisi Datar ini, dalam pembelajarannya bisa diterapkan
dengan membentuk kelompok dan ini juga sesuai dengan model yang akan diterapkan
yaitu model pembelajaran Snowball Throwing.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar