Tampilkan postingan dengan label Teknologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Upaya Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di MI Nurul Islam Mirigambar Sumbergempol (PAI-21)



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan. Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar.[1] Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang menangani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.
Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik. Seorang guru harus mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebelum memberikan bantuan, agar masalah yang dihadapi siswa itu dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Adapun faktor-faktor kesulitan belajar ada dua macam, yakni:
1.         Faktor intern siswa yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni: kognitif, afektif dan psikomotorik
2.         Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.[2]
Pada dasarnya semua faktor dapat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif. Kekuatan pengaruh setiap faktor bagi setiap faktor bagi setiap individu tidak selalu sama. Masalah kesulitan belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran. Semua upaya dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini siswa dapat berkembang lebih optimal.[3]
Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka mengalami berbagai kesulitan- kesulitan dan hambatan. Kesulitan dan hambatan ini termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas beberapa kali dan sebagainya.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV MI Roudlotul Ulum Jabalsari (PBI-18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Proses belajar dapat di katakan terjadi apabila subjek didik (siswa) tidak hanya mata melihat dan telinganya mendengar apa yang di informasikan oleh guru, tetapi pikirannya harus beraksi. Dalam kegiatan pengajaran, proses belajar dapat berlangsung tanpa partisipasi aktif guru secara langsung. Jadi dalam kegiatan belajar, siswa di tuntut secara aktif untuk berfikir dan berkonsentrasi terhadap suatu mata pelajaran. Tanpa adanya pemusatan perhatian berarti hal tersebut bukan belajar tetapi hanya sekedar penyampaian oleh guru.

            Berdasarkan fenomena yang ada khususnya dalam dunia pendidikan masih sedikit sekali guru yang menggunakan media pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran.

            Dengan demikian media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena media mempunyai arti penting dalam dunia pendidikan. Terutama dalam pendidikan formal di sekolah. Guru sebagai pengajar dan pendidik yang terjun langsung dalam dunia pendidikan formal sekolah, tidak diragukan lagi tentang keampuhan suatu media pembelajaran utamanya dalam menanamkan sikap dan mengharapkan perubahan tingkah laku seperti yang di harapkan, yaitu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

            Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat di sediakan di sekolah yang sesuai perkembangan zaman. Sebagai fasilisator, guru berpesan dalam menciptakan kondisi belajar atau sistem lingkungan belajar dengan memfasilitasi yang tersedia.[1] Fasilitas ini dapat berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), lingkungan dan suasana belajar (brainware), seperti ruang kelas dengan segala fasilitas kelengkapan dan media yang dibutuhkan.[2]

Media mengajar merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar. Bentuk perangsang di sini berupa audio visual, seperti papan tulis, bagan, gambar, mesin pengajaran, film, audio kaset, video kaset, televisi, computer, OHP, LCD dan internet.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Contoh Skripsi Teknologi Pendidikan


Contoh Skripsi Teknologi Pendidikan


Klik Download Untuk mendapatkan File Lengkap



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Metode Pembelajaran Peer Tutoring Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Trigonometri Siswa Kelas-X SMA Negeri I (PMT-25)

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia hendaknya mendapatkan perhatian yang lebih serius karena pendidikan adalah tonggak utama suatu bangsa untuk dapat bersaing di zaman yang serba maju ini. Dengan pendidikan kita bisa mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang dapat membawa negara kita di kancah dunia internasional. Pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Kemajuan pendidikan suatu bangsa hampir seluruhnya ditentukan oleh sistem pembelajaran yang digunakan oleh bangsa itu sendiri. Pendidikan harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang antara lain meliputi penyempurnaan kurikulum, perbaikan sistem pembelajaran dan mengubah strategi pendidikan guru[1].
1
 
Pembelajaran di sekolah harus mengandung empat unsur: aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya,bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan maksudnya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada pelajaran. Dengan tingginya perhatian terhadap pelajaran siswa mempunyai kesempatan untuk  meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa[2].
Dengan realita yang ada di atas maka terjadi perkembangan-perkembangan model pembelajaran dan kurikulum dari tahun ketahun. Model-model pembelajaran telah banyak ditawarkan. Kita pernah mengenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), ada pula Accelerated Learning, Experiential learning, Cooperatif Learning, Quantum Teaching dan lain-lain. Dalam sejarah kurikulum di Indonesia, kita juga mengenal kurikulum pra 1994, kurikulum 1994 dan kemudian dikembangkan dengan kurikulum 1994 suplemen 1999, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang juga dikenal sebagai kurikulum 2004 hingga yang saat ini sedang diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) atau yang biasa disebut sebagai kurikulum 2006. Seluruh pengembangan-pengembangan tersebut mempunyai satu tujuan yang sama yaitu merupakan upaya untuk mencari pola pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan Model PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira, Berbobot) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Datar Peserta Didik Kelas V MI Al Hikmah (PMT-24



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini dituntut untuk serba cepat, teknologi serba canggih dan arus informasi pun berjalan sangat cepat. Berbagai kemudahan bisa diperoleh masyarakat secara cepat melalui fasilitas tekhnologi. Kita akan dengan mudah mengetahui berbagai informasi dibelahan dunia dalam waktu sekejap. Salah satu fasilitas untuk membuka dunia itu antara lain internet, dengan internet kita bisa mengakses informasi dengan mudah dan cepat.
Kebebasan untuk mengakses segala informasi tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda saat ini dan mendatang. Kompetisi akan semakin ketat dan berat untuk bisa tetap bertahan dan sukses  menghadapi tantangan dunia global ini. Oleh karena itu generasi muda harus dibekali kemampuan untuk bisa kreatif, kompetitif dan kooperatif, oleh sebab itu dunia pendidikan memegang peranan penting untuk membekali generasi muda dengan ketiga hal tersebut.
Paradigma pendidikan juga harus berubah sesuai dengan tuntutan zaman dari yang semula hanya “mengajari” sekarang  harus berubah dan harus banyak mendorong anak didik untuk “belajar”. Oleh sebab itu guru terus dituntut untuk meningkatkan jam mengajarnya terutama pada pelajaran matematika baik dari jenjang SD, SMP, SMA maupun yang lainnya. Tetapi pada kenyataanya hampir semua peserta didik menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit, menjenuhkan dan membosankan, matematika penuh dengan angka dan hitung-hitungan yang rumit sehingga membuat kepala pusing.
Ketakutan dan kebencian peserta didik itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari peserta didik maupun pendidik. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut perlu diadakan pembenahan terhadap peserta didik maupun pendidik, apabila pendidik bisa meningkatkan minat belajar dan memotivasi peserta didik terhadap pelajaran matematika sedikit banyak masalah tersebut diatas bisa segera diatasi. Seorang peserta didik meski memiliki semangat yang tinggi dan kemauan untuk belajar yang kuat pasti tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian sehingga tunas ini harus di pelihara secara terus menerus. Perkara ini tidak mungkin dilalaikan oleh guru yang selalu memompa semangat pada diri peserta didiknya melalui:1. Penjelasan tentang keutamaan ilmu daan mencari ilmu, 2. Membuat peserta didik merasa membutuhkan ilmu[1].
Pada umumnya pembelajaran matematika disekolah hanya mentransfer ilmu dari guru ke peserta didiknya dalam wujud yang sistematis dan bahkan juga banyak yang hanya terprogram untuk menghafal rumusnya saja tanpa harus memahami makna dan fungsi soal tersebut baik dalam pelajaran dikelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Jika hanya terpaku pada menghafal rumus saja maka penalaran matematika peserta didik kurang berkembang, padahal penalaran matematika itu sangat penting untuk digunakan dalam penyelesaian matematika maupun non matematika.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pembelajaran Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika peserta didik kelas VII Pada Materi Segi Tiga Di SMP Negeri 1 (PMT-26)

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap bangsa yang sedang berkembang. Dengan asas pendidikan seumur hidup, maka seluruh usaha pendidikan dan kebudayaan berjalan terus menerus dan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang.[1]
Kualitas dari suatu bangsa di tentukan dari kualitas pendidikan warga negaranya. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Peningkatan dan pengembangan kualitas pendidikan merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian, sehingga perlu adanya perbaikan kurikulum. Perbaikan kurikulum di Indonesia dapat dilihat dari penyempurnaan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau lebih dikenal dengan KBK dan yang kemudian disempurnakan dengan sistem KTSP. Dengan adanya perbaikan kurikulum tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.[2]
Sebenarnya tidak hanya perbaikan kurikulum saja, dalam proses pendidikan,  terutama pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh pembelajaran yang dialami peserta didik. Selama ini kebanyakan peserta didik masih kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan peserta didik dalam memahami dan memecahkan masalah masih kurang dan tidak berkembang. Hal ini menyebabkan hasil belajar peserta didik terutama pada mata pelajaran matematika masih rendah.
Rendahnya hasil belajar belajar matematika peserta didik, disebabkan oleh adanya berbagai faktor. Salah satunya ialah selama ini peserta didik masih menganggap matematika sebagai monster yang menakutkan. Matematika sebagai biang kesulitan dan paling dibenci peserta didik dari proses belajar di sekolah. Padahal ketidaksenangan terhadap suatu pelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTsN (PMT-27)



Pendidikan merupakan sumber daya manusia yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan dari waktu kewaktu. Dalam rangka mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional, yaitu menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu perwujudannya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Pelajaran matematika adalah satu matapelajaran yang memberikan konstribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis.
Akan tetapi pembelajaran matematika pada umumnya sering dipandang sebagai pelajaran yang kurang diminati, dan tidak lain mereka juga menganggap pelajaran matematika adalah merupakan momok bagi mereka. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar para siswa di kelas VIII MTsN Langkapan Srengat Blitar. Indikator yang menunjukkan bahwa matematika memang menjadi matapelajaran yang paling sulit bagi siswa adalah dapat terlihat langsung dari pencapaian hasil belajar matematika siswa yang relatif rendah dibandingkan dengan hasil belajar matapelajaran yang lain. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa.
Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur  yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peran pentinng dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan pada saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan, sehingga hasil belajar matematika rendah.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan metode drill sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar anak didik kelas III matematika di MIN (PMT-28)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia selain sebagai makhluk yang belajar juga merupakan makhluk yang dapat dan harus di didik.Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapatmemanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudahdipersiapkan guna memiliki peranan di masa depan.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, “Setiap warga Negara berhak mendapapatkan pendidikan yang layak sebagaimana tarcantum dalam UUD 1945, dan diatur melalui peraturan pemerintah, sedangkan pelaksanaan progam pendidikan dilakukan dalam system pendidikan nasional.Progam pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan yang bermartabat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Berhasil atau tidak suatu pendidikan dalam suatu negara salah satunya adalah karena guru.Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya. Darisinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.Untuk dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan guru harus pandai memilih metode yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak didik. Supaya anak didik dapat mengikuti proses pembelajaran secara seksama dan memperoleh kefahaman terhadap materi yang telah disampaikan oleh gurunya.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Interactive Handout Berbasis Contextual Teaching and Learning Pada Siswa Kelas VII SMP Islam (PMT-29)

BAB 1

PENDAHULUAN
      Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting  bahkan mempunyai peranan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama halnya dengan kebutuhan papan, sandang, dan pangan. Bahkan dalam institusi yang terkecil seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak – anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak – anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak – anaknya. Begitu pula disekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen.[1] 

1
 
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung secara bersamaan.   Proses pendidikan itu sendiri sudah tentu tidak  dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.[2]
Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga mathematikos diartikan “sebagai suka belajar”. Menilik arti secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan matematika.[3]
Sedangkan menurut James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah
Ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur.[4]

Matematika sekolah atau school mathematics adalah bagian-bagian matematika yang dipilih untuk menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan bentuk pribadi serta berpandu pada perkembangan.[5]
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar tentu memiliki tujuan, antara lain untuk membekali peserta didik atau siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik atau siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.[6]
            Secara umum tujuan diberikan matematika di sekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran dasar secara logis, rasional, dan kritis. Serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[7]
Seorang guru harus memiliki gambaran yang menyeluruh mengenai bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi, serta langkah – langkah apa yang diperlukan sehingga tugas – tugas keguruan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.[8] Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif, efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi ini adalah harus menguasai tehnik – tehnik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.[9] Dengan demikian, metode mengajar adalah sebagai strategi pengajaran dalam proses belajar mengajar.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pada Garis Dan Sudut Di Kelas VII MTsN Karangrejo (PMT-33)


BAB I
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadian tersebut dibutuhkan proses yang relatif panjang dimanapun dan kapanpun juga sehingga dikatakan pendidikan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.[1]

Dalam Garis-Garis Haluan Negara (GHBN) yang pernah berlaku di Indonesia menjelaskan bahwa Visi Pendidikan Nasional adalah :
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh Manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi, memiliki mitos etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.[2]

Oleh karena itu perwujudan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, itu disebabkan pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, “Laju Pembangunan Masyarakat Indonesia masih mengalami masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan.[3]
Menyadari hal tersebut, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan oleh pemerintah dengan menitikberatkan pembangunan pendidikan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini menunjukkan pemerintah menyadari bahwa keberhasilan Pembangunan Nasional ditunjang dari majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan Limas) Siswa Kelas VIII di SMP Islam Durenan (PMT-34)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sasaran pembangunan nasional. Salah satu wadah yang biasa digunakan untuk mengembangkan keduannya adalah pendidikan.
Menurut Undang Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 (1) pendidikan adalah
“Usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”[1]

Didalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional, Bab II Pasal 4 dinyatakan :
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.[2]

Salah satu ilmu yang mendukung kemajuan dan pembangunan IPTEK adalah matematika. Matematika diajarkan disekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan perguruan tinggi. Hal ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan kepribadian siswa seiring dengan perkembangan IPTEK. [3]
Tujuan pembelajaran matematika disekolah mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Seperti yang telah jelaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang menyebutkan bahwa tujuan umum matematika dijenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut :[4]
  1. Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atasdasar pemikiran secara secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
  2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan Pendekatan Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Materi Pecahan Di Kelas IV SD Islam Al-Hidayah (PMT-35)



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Ilmu matematika pada dasarnya merupakan sebuah ilmu yang mendasari ilmu-ilmu lainnya, baik dalam pemecahan persoalan-persoalan maupun dalam pengembangan ilmunya. Hal ini dibuktikan bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu yang berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan. Selain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sebagai suatu ilmu, matematika juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.[1] Sehingga matematika merupakan pelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan.
Sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, diperlukan sebuah pembelajaran untuk mengembangkan kreatifitas dan kompetensi matematika peserta didik. Maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir peserta didik. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, tidak semua peserta didik menyukai mata pelajaran matematika.[2] Hal ini dialami pula dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan.
Berdasarkan informasi yang didapat dari guru yang mengajar, peneliti memperoleh informasi bahwa kemampuan akademik peserta didik masih heterogen, atau kemampuan prestasi belajar masing-masing peserta didik sangat beragam. Selain itu, peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar dan menerapkan rumus-rumus matematika terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi pecahan. Misalnya tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan biasa, pecahan campuran, persen dan pecahan desimal.
Faktor lain yang mempengaruhi kesulitan peserta didik dalam memahami materi materi pecahan adalah sikap acuh dan suka bermain di dalam kelas setelah pelajaran disampaikan. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan menunggu peserta didik lain dalam menyelesaikan soal-soal pecahan yang diberikan. Tidak berusaha untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Apabila ada pekerjaan rumah yang berkaitan dengan pelajaran matematika kurang direspon oleh peserta didik. Beberapa peserta didik justru lebih sering menunda menyelesaikan tugas tersebut untuk diselesaikan. Bahkan ada peserta didik yang mengerjakan pekerjaan rumah itu di sekolah, bersamaan dengan hasil jawaban peserta didik  lain yang tertuliskan di papan tulis pada waktu dikoreksi guru bersama peserta didik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pendekatan Open Ended dengan Menggunakan Pohon Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Sumbergempol (PMT-36)



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan bidang ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menopang perkembangan IPTEK tersebut. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang baik dalam pembinaan SDM. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila bidang pendidikan mendapat perhatian, penanganan dan prioritas yang baik dari pemerintah, masyarakat maupun para pengelola pendidikan. Sebagai negara berkembang, cara untuk mengejar ketinggalannya di bidang IPTEK adalah dengan melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan.
Dalam undang-undang No.2 tentang Pendidikan Nasional yang berlaku, ada perjenjangan pendidikan jalur sekolah yaitu “Pendidikan Dasar” yang meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama (SMP), “Pendidikan Menengah” yang meliputi Sekolah Umum Lanjut Pertama dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta “Pendidikan Tinggi” yang merupakan jenjang pendidikan terakhir.[1]

Dalam semua jenjang pendidikan, pelajaran matematika memiliki porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Tetapi kenyataannya yang terjadi masih saja metematika menjadi pelajaran yang paling ditakuti oleh peserta didik. Hal itu menjadikan pertanyaan seberapa besar kemampuan para peserta didik untuk menerima pelajaran matematika dalam kegiatan belajar mengajar.[2]
  Matematika yang diberikan di jenjang persekolahan itu sekarang disebut sebagai matematika sekolah (school mathematics). Sudah tentu diharapkan pelajaran matematika yang diberikan pada persekolahan itu akan mempunyai kontribusi yang berarti bagi bangsa masa depan, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertera dalam mukadimah undang-undang dasar R.I.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-37)



Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah kondisi dimana anggapan peserta didik terhadap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan hanya peserta didik tertentu yang dapat menguasainya, karena mereka dituntut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru. Metode yang digunakan guru tersebut akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, diperlukan pembelajaran yang dapat membuat peserta didik berpikir kritis dan kreatif sehingga mereka memiliki kebebasan berpikir sesuai apa yang dikuasainya. Pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran probem posing, yang mana pada pembelajaran ini siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan sehingga tidak terpacu pada apa yang dikatakan guru saja. Guru disini hanya sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif di dalam pembelajaran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) adakah pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN 2 Sumbergempol Tahun Ajaran 2010/2011? 2) Seberapa besar pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN 2 Sumbergempol Tahun Ajaran 2010/2011?
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN 2 Sumbergempol Tahun Ajaran 2010/2011. 2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN 2 Sumbergempol Tahun Ajaran 2010/2011.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Ascelerated Instruction) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sumbergempol (PMT-39)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                  Pendidikan nasional pada hakekatnya diarahkan pada pembangunan manusia seutuhnya yang menyeluruh dari berbagai aspek baik secara lahir maupun batin. Oleh karena itu agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu maka pendidikan adalah tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dipandang dari segi kebutuhan, pembangunan manusia yang berkualitas perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi terhadap terlaksananya program-program  pembangunan yang telah direncanakan.
                  Pendidikan ialah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia mencapai kedewasaan.[1] Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan,  yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positif.  Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingann pengajaran dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah.[2] Pendidikan tersebut mencakup pengembangan intelektual dan proses pembinaan kepribadian pihak terdidik secara menyeluruh. Proses pendidikan dapat terjadi melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Dewasa ini pendidikan formal semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dalam pendidikan informal tidak mampu lagi membekali anak dengan ilmu-ilmu yang semakin berkembang dengan pesat.
                  Pendidikan merupakan rangkaian peristiwa yang komplek yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan untuk menjadikan manusia tumbuh sebagai pribadi yang utuh.  Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran yang merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.[3] Kedua aspek ini akan saling berhubungan membentuk suatu kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
                  Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang berbeda, namun antara keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Mengajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang meliputi lingkungan alam dan sosial untuk mendukung terjadinya proses belajar akibat interaksi siswa dengan lingkungannya. [4]  Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. [5] Berhasil tidaknya suatu pendidikan sangat bergantung pada guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kemampuan seorang guru dalam menguasai dan menyampaikan materi yang diajarkan sangat mempengaruhi proses belajar.  Proses belajar akan dapat terlihat bila dalam mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan Metode Discovery (penemuan terbimbing) untuk meningkatkan Pemahaman Konsep teorema pythagoras siswa kelas VIII diMTSN (PMT-40)

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh kondisi pembelajaran matematika di sekolah, di mana siswa kurang memahami konsep teorema pythagoras. Dalam hal ini peneliti berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan mengubah strategi dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar didalam kelas yaitu dengan metode discovery.
Yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) Bagaimana proses pembelajaran dengan penerapan metode discovery untuk meningkatkan pemahaman pada konsep teorema pythagoras. Siswa kelas VIII di MTSN Posari tahun 2009/2010 (2) Bagaimana pemahaman matematika pada konsep teorema pythagoras dengan penerapan metode discovery siswa kelas VIII Di MTSN Pulosari  tahun 200/2010.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian: metode observasi, wawancara, tes, dan cacatan lapangan. Observasi dan cacatan lapangan digunakan untuk mengamati proses pembelajaran. Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah belajar menggunakan metode discovery dan wawancara digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan  metode discovery serta memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian dan tindakan kelas (PTK).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penerapan Metode Bermain untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 MI Miftahul Huda (PMT-41)

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
             Pendidikan pada dasarnya merupakan pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, kita ingin menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Melalui pendidikan juga, karakter peserta didik akan terbentuk. Mulai sejak bayi manusia memerlukan bantuan tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar setahap demi setahap untuk memperoleh kepandaian, ketrampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.[1]
             Karakter anak akan terbentuk dengan baik atau buruk tergantung pendidikan yang diperolehnya. Sehingga disinilah letak betapa beratnya peran seorang pendidik di dunia pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, karena itulah kewajiban seorang pendidik  sebagai upaya menyelamatkan generasi bangsa untuk mencetak kader-kader yang berkualitas. Pada salah satu aliran pendidikan mengatakan bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan, yang lebih dikenal dengan aliran Konvergensi. Disinilah peran penting pendidikan untuk  menghantarkan pertumbuhan anak secara optimal sesuai dengan pembawaan yang dimilikinya. Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi berkembangan bakat itu sendiri.[2]
             Manusia yang berkualitas dilihat dari segi pendidikan telah terkandung secara jelas dalam Tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut:
  Tujuan pendidikan nasional adalah bertujuan “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Efektifitas Metode Montessori dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik tentang Materi Pecahan pada Kelas V MI Al-Huda Joho 2 Kalidawir (PMT-44)

BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin maju. Selain itu pendidikan merupakan salah satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Oleh karena itu sektor pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama dalam hal perluasan atau pemerataan kesempatan belajar setiap warga negara disamping pendayagunaan seluruh unit sistemnya untuk mencapai kualitas hasil pendidikan yang diharapkan.

Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh kreatif, mandiri dan profesional pada bidang masing–masing.[1]

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem Pendidikan Nasional. Yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi memberikan bekal, serta tidak dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa–bangsa lain di dunia.

Perubahan ini berkaitan dengan kurikulum yang merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Berbagai pihak menganalisa dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curiculum) yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan tuntutan reformasi.[2]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Karangrejo (PMT-38)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semua dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium Development Goals adalah era pasar bebas atau era globalisasi sebagai era persaingan mutu dan kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya.[1] Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, Nasional, maupun Global, saat ini dalam perkembangannya pemerintah menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam menunjang Pendidikan yang ada di Indonesia :
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (BAB I pasal 1) disebut bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual Keagamaan, pengendalian diri, Kepribaian, Akhlak Mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat Bangsa dan Negara.[2]

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Dengan modal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh seseorang melalui proses pendidikan, ia mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.
Produk yang ingin dihasilkan melalui proses pendidikan adalah output yang memiliki kemampuan melaksanakan perannya dimasa yang akan datang. Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui (1) bimbingan yaitu pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri, (2) pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dan peserta didik, (3) pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan ketrampilan tertentu.[3]

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan