Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia
pendidikan kita dewasa ini. Berbagai analisis menunjukkan bahwa pendidikan
nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai krisis yang perlu mendapat
penanganan secepatnya, diantaranya berkaitan dengan masalah relevansi atau
kesesuaian diantara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Untuk
mewujudkan hal tersebut, peran guru sangat dibutuhkan dalam pembangunan sektor
pendidikan. Guru adalah jantungnya pendidikan, tanpa peran aktif guru,
kebijakan perubahan pendidikan secanggih apapun akan sia-sia. Oleh karena itu
agar semakin maksimal, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain
programnya, menentukan strategi, memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan model
mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Disamping pentingnya peranan guru, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memungkinkan semua pihak memperoleh informasi yang melimpah, cepat dan mudah
dari berbagai sumber dan tempat di dunia,
termasuk di dalamnya ilmu matematika. Dengan
demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola
informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan berpikir kritis, sistematis,
logis, kreatif serta kemampuan bekerja sama yang efektif dan efisien. Cara
berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena
matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat serta jelas antara
konsep satu dengan konsep yang lainya, sehingga memungkinkan kita terampil
berfikir rasional.
Belajar matematika adalah kegiatan yang abstrak, sehingga menuntut guru harus teliti
dalam menggunakan metode pembelajaran maupun pendekatan dalam pembelajaran
matematika, yang mana dalam hal ini akan menimbulkan pengaruh yang sangat
mendalam dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Karena itu, kegiatan belajar dan
mengajar matematika seyogjanya juga tidak disamakan dengan ilmu yang lain,
karena peserta didik dalam belajar matematika itu pun berbeda-beda kemampuanya
dalam hal berpikir, berimaginasi, merepresentasikan jawaban, minat belajar, mengekspresikan
pendapat. Maka kegiatan belajar dan mengajar matematika haruslah diatur
sekaligus memperhatikan objek yang belajar dan hakekat matematika itu sendiri. Berdasarkan
paparan diatas, secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide
atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya
deduktif.
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagian
siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Apalagi dengan
peserta didik yang kerja otak kanan lebih dominan dalam aktifitas kesehariannya.
Dugaan lain yang bisa menyebabkan hal seperti itu adalah proses pelaksanaan
belajar mengajar matematika di sekolah yang kebanyakan masih menggunakan
pendekatan konvensional. Banyaknya masalah
dalam pendidikan matematika disekolah seperti itu, menjadikan salah satu alasan
untuk mereformasi pendidikan matematika disekolah. Sementara, masalah umum
dalam matematika adalah rendahnya daya saing diajang international, rendahnya
rata-rata NEM Nasional, serta rendahnya minat belajar matematika lantaran
matematika terasa sulit karena banyak guru matematika yang mengarjakan
matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan
murid mencatat kemudian mengerjakan soal-soal. Dengan demikian pembelajaran
matematika menjadi tidak bermakna dan hanya sebatas doktrin kepada siswa yang
harus dihafal, dan seharusnya digunakan untuk mengerjakan soal.
Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan didunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Untuk itu diharapkan agar
pelajaran matematika yang diberikan di semua jenjang pendidikan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi bangsa dimasa depan. Namun sampai saat ini matematika dan pembelajarannya selalu
mendapat keluhan dan kritik dari berbagai pihak, baik siswa, orang tua,
masyarakat, pengamat pendidikan bahkan dari guru matematika, tentang rendahnya
kemampuan siswa dalam aplikasi matemátika khususnya penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
Hal ini serupa dengan masalah yang dihadapi siswa kelas
VIIA SMP Islam Gandusari, masalah yang muncul adalah :
1)
Siswa terkadang belum paham dan merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal, dikarenakan sebagian besar siswa tidak
memahami materi melainkan menghafal langkah-langkah penyelesaian soal. Sehingga
jika diberi soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal siswa sering merasa
kebingungan.
2)
Perhatian dan motivasi siswa ketika belajar matematika
kurang. Bahkan beberapa siswa lebih senang bermain
dibanding belajar. Hal ini dipicu karena metode pembelajaran yang
diterapkan kurang menarik.
3)
Ada kalanya dalam melaksanakan pembelajaran
matematika, guru membentuk beberapa kelompok. Namun, tidak berjalan maksimal karena kebanyakan siswa
menghabiskan waktunya untuk bermain dengan anggota kelompok.
4) Tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada materi himpunan menurut guru matematika kurang maksimal.
Inilah yang menyebabkan peneliti menjadikan materi himpunan sebagai materi
penelitian. Karena dianggap sulit serta model pembelajaran yang kurang menarik
sehingga perlu pembelajaran yang inovatif
dan menyenangkan.
Berdasarkan
masalah-masalah diatas, menyababkan matematika sering
dihubungkan dengan kebosanan, keengganan dan ketakutan. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan tenaga pendidik yang kreatif dan profesional yang mampu
mempergunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam menggunakan metode, alat
pengajaran dan dapat membawa perubahan dalam tingkah laku anak didiknya[1].
Apabila seorang pendidik bisa meningkatkan minat siswa dalam belajar
matematika, maka kesulitan-kesulitan yang ada pada diri siswa, seperti halnya
pada siswa SMP Islam Gandusari tersebut akan mudah diatasi.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru
yang bisa dirancang dan digunakan untuk pembelajaran terprogram. Disini menurut
peneliti pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan adalah model belajar
kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Karena model ini mengkombinasikan antara belajar
kelompok dengan individu. Menurut Artz dan Newman dalam Nur Asma, kooperatif
adalah “suatu pendekatan yang mencangkup kelompok kecil dari peserta didik yang
bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama“. Kemudian pembelajaran TAI adalah
pembelajaran yang mengombinasikan kooperatif dengan individu. Di dalam model
pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 siswa
(sesuai dengan ciri dari kooperatif) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas
kelompok yang sudah disiapkan oleh guru. Pada model ini setiap siswa bekerja
sesuai dengan unit-unit yang diprogramkan secara individu yang dipilih sesuai
dengan level kemampuannya. Kegiatan pembelajaran dengan model TAI tidak sama
dengan kegiatan pembelajaran pada model-model lain, TAI terikat pada
serangkaian materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksaan
tersendiri.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar