Analisi Strategi Bisnis Perusahaan Daerah Perkebunan … Di Kabupaten …(PRT-45)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
BUMD sebagai suatu lembaga usaha, meskipun tidak dilepaskan dari predikat milik Pemerintah Daerah yang berkonotasi pelayanan masyarakat (public service) maka produktivitas BUMD diukur melalui besarnya keuntungan (profit) perusahaan yang akan disumbangkan pada kas daerah, mempertahankan dan meningkatkan potensi alam dan memperluas lapangan kerja. Kondisi empiris yang sering kali tampak bahwa BUMD-BUMD justru lebih banyak yang rugi daripada yang menguntungkan. Tujuan Pendirian BUMD sebagai pendukung PAD seringkali menjadi sulit diwujudkan bahkan ada beberapa BUMD yang dalam penyelenggaraannya menjadi beban bagi anggaran belaja daerah daripada menjadi kontributor PAD.

BUMD yang juga belum sepenuhnya beroperasi sebagai perangkat bisnis, banyak campur tangan para birokrat pemerintah menyebabkan BUMD tidak bisa leluasa menerapkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada profit. BUMD juga terkenal sebagai sapi perahan para pejabat sehingga terjadi inefisien. Semua ini mengakibatkan kinerja BUMD rendah dan akibatnya sumbangan PAD juga rendah, bahkan disinyalir banyak BUMD yang sebenarnya harus tutup kerena merugi tetapi terus dipertahankan dengan alansan menyerap tenaga kerja penyediaan kebutuhan masyarakat pemanfaatan potensi  alam dan lain-lain.

BUMD juga lamban dalam melaksanakan perubahan (change) atau pengembangan organisasi (organization development), bila dapat dikatakan tidak melakukan perubahan atau pengembangan sama sekali. Sementara kondisi lingkungan eksternal terus berubah dengan amat cepat akibat perjalanan BUMD yang relatif stagnant tidak merespon perubahan-perubahan lingkungan dengan tindakan-tindakan pengembangan baik itu pengembangan organisasi maupun pengembangan bisnis membuat tertinggal dalam persaingan dengan perubahan – perubahan swasta yang terus menerus melakukan perubahan dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan keunggulan daya saing (competitivenes).


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Sistem Agribisnis Daging Di Jabotabek (Kasus Penggemukan Sapi Pt. Sinar Katel Perkasa) (PRT-44)

PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang
Kebutuhan daging dalam negeri setiap tahun kian meningkat, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi keluarga dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Untuk kasus DKI Jakarta, hal ini bisa dilihat dari perkembangan permintaan daging yang terus naik. Dibandingkan dengan rata-rata konsumsi daging nasional, yang hanya mencapai sekitar 10,3 kg/kapita/tahun, konsumsi daging di jakarta jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 17,40 kg/kapita/tahun pada tahun 2000. Perbedaan yang nyata seperti ini sudah terjadi sejak lama. Pada Tahun 1996 angka konsumsi daging di Jakarta telah mencapai 16,55 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi nasional waktu itu hanya 6,0 kg/kapita/tahun.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, terjadi penurunan konsumsi yang sangat drastis, yaitu menjadi 12,13 kg/kapita/tahun pada tahun 1988. Namun demikian pada masa-masa yang akan datang diperkirakan tingkat konsumsi daging di Jakarta akan terus meningkat. Dengan asumsi pola perkembangan tingkat konumsi selama lima tahun terakhir tidak banyak berubah, maka pada tahun 2006 konsumsi daging masyarakat Jakarta akan mencapai 28,18 kg/kapita. Sementara pada tingkat nasional, konsumsi daging diproyeksikan baru mencapai 23,06 kg/ kapita/ tahun. 

Dengan pola konsumsi tersebut, maka total permintaan daging untuk Jakarta pada tahun 2006 mencapai 300 ribu ton, dengan perkiraan jumlahn penduduk mencapai diatas 10 juta jiwa. Permintaan daging tersebut akan tetap lebih banyak pada daging ayam ras karena harganya yang relatif lebih murah serta lebih mudah didapat. Pada tahun 1999 telah dikonsumsi daging ayam ras sebanyak 34.042 ton, daging sapi sebanyak 8.807 ton, dan daging ayam kampung sebanyak 7.224 ton.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Lebah Madu Di Kecamatan …(PRT-43)

I.   PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Kecamatan Panekan terletak disebelah timur lereng gunung Lawu dengan ketinggian 500 – 700 m dpl dan luas wilayah 7.035,738 ha. Kondisi alam pegunungan dengan habitat tanaman hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura serta semak belukar. Sebagimana pada daerah beriklim tropis lainnya, semua jenis tanaman tersebut mampu menyediakan bunga  sepanjang tahun, sehingga serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah madu juga tersedia sepanjang tahun. Didukung oleh kondisi alam yang tenang dan ketersediaan sumber air bersih yang cukup sebagai minuman lebah madu maka Kecamatan Panekan sangat berpotensi untuk dikembangkan budidaya lebah madu.

Keadaan tanaman penyedia makanan lebah madu yang ada di Kecamatan Panekan tersebar di 3 Desa, yaitu Desa Jabung, Bedagung dan Ngiliran antara lain (1) Tanaman hutan rakyat 685 ha; (2) Tanaman Perkebunan 965 ha; (3) Tanaman Hortikultura 155 Ha; (4) Tanaman pangan rata–rata 500 ha tiap musim. Semua tanaman tersebut menyediakan serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah pada musim berbunga yang tersebar pada bulan Maret – Nopember (9 bulan) setiap tahunnya. Sedang untuk penyediaan minum bagi lebah, tersedia air bersih dari 13 sumber mata air.

Ada berbagai spesies lebah yang bisa dibudidayakan diantaranya  adalah Apis trigona ( lanceng ); Apis cerana indica; Apis mellifera ligustica, Apis dorsata, Apis florea; Apis roschurnikovi dan Apis laborisa. Diantara jenis lebah tersebut Apis mellifera mempunyai sifat–sifat unggul dibanding dengan jenis lebah yang lain, yakni :
a.                               Lebih jinak;
b.                               Produksi madu tinggi 30 – 60 kg madu/koloni/tahun
c.                               Daya adaptasi tinggi dan kurang suka berimigrasi

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agroindustri Kurmelo Di Kecamatan …(PRT-42)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Program Pembangunan Pertanian di Indonesia pada saat sekarang diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu peningkatan ketahanan pangan serta program pengembangan agribisnis. Pertanian akan tetap berperan sebagai penyedia pangan bagi seluruh penduduk Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Disamping itu sektor pertanian diharapkan sebagai penopang industri manufaktur dan ekspor serta berperan untuk mendorong pemerataan, pertumbuhan dan dinamika perekonomian dipedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pamelo ( Citrus grandis L ) merupakan buah asli Indonesia, yang banyak digemari masyarakat. Kabupaten Magetan merupakan sentra produksi Pamelo di Indonesia dengan luas 1.278 ha dengan jumlah 400 pohon/ha, yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Bendo, Sukomoro, Kawedanan dan Takeran dengan produksi 250.320 kw / tahun.

Tabel 1.  Luas tanaman dan Produksi Pamelo di Kabupaten Magetan tahun 2002.

No
Kecamatan
Luas tanaman
( ha )
Tanaman produktif
( ha )
Jumlah produksi
(ton)
1
Bendo
537
305
102.480
2
Takeran
226
150
50.400
3
Sukomoro
295
150
54.400
4
Kawedanan
220
140
43.040

Jumlah
1.278
745
250.320
          Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan Tahun 2003.  


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan …(PRT-41)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Perkembangan dunia yang mengarah kepada proses globalisasi dewasa ini  mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha  yang tinggi, sehingga orientasi pembangunan nasional sektor pertanian  harus diubah dari orientasi produksi kearah orientasi pendapatan petani. Untuk itu pendekatan pembangunan pertanian telah diubah dari pendekatan usahatani kearah agribisnis.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa unit agribisnis bukan merupakan suatu unit kepemilikan, akan tetapi merupakan unit satu kesatuan sistem  yang tersusun atas beberapa komponen yang merupakan jaringan terpadu  untuk meraih nilai tambah ekonomi.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, agribisnis bukan merupakan sistem yang baru tumbuh, akan tetapi sudah tumbuh sejak dulu. Pemerintah Belanda  sebagai pendatang juga memperkenalkan pola agribisnis  di Indonesia. Pola yang dikembangkan pemerintah kolonial adalah  agribisnis penghasil barang ekspor yang ditata menurut pola perkebunan  besar. Pemerintah kolonial juga memperkenalkan agribisnis yang berwatak industri pertanian  dimana aspek investasi untuk meraih nilai tambah  tampil sebagai nilai dasar  dari pengembangan usaha.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman sumber daya alamnya, termasuk sebagai salah satu negara yang kaya akan jenis ternak, namun pada kenyataannya sektor peternakan belum dikembangkan secara maksimal walaupun sebenarnya pengembangan agribisnis peternakan  mempunyai peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan permintaan baik  dalam negeri maupun luar negeri.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan