Peningkatan
kesejahteraan hidup akan membuat seseorang berpikir mengenai kesejahteraan di
masa yang akan datang. Perlunya penempatan dana yang umumnya disisihkan dari
pendapatan, dengan harapan nilainya akan meningkat di masa yang akan datang.
Kegiatan menempatkan dana (asset)
pada suatu instrument keuangan yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa
mendatang disebut sebagai kegiatan investasi .
Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya
melakukan investasi, yaitu adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini,
adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk
melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan karena adanya inflasi
(Sugiarto, 2003) . Oleh karena itu
orang berusaha untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di masa produktif dan menyimpannya untuk masa depan
yang umumnya sudah kurang produktif.
Investasi memiliki arti yang sangat luas dan umum
karena berhubungan dengan nilai dari aset, baik berupa uang maupun benda. Sekolah sejak taman
kanak-kanak hingga lulus sarjana
adalah sebuah investasi bagi diri pribadi. Jika kita saat ini bisa membaca, menulis, berpikir, mempunyai
keahlian, dan memiliki pekerjaan, ini semua merupakan hasil investasi yang kita
lakukan tersebut. Selanjutnya, pengertian investasi dalam tulisan ini akan
membahas dalam cakupan investasi keuangan (financial
investment). Investasi keuangan ini dilakukan di pasar keuangan (financial market) yang pada umumnya
dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal (Elton,
1995). Pasar uang (money market) merupakan pasar untuk
surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU) dan commercial
paper sedangkan dalam pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang dimana
instrumen yang diperjualbelikan seperti saham dan obligasi.
Pada
perekonomian modern seperti saat ini investasi keuangan jauh lebih maju
dikarenakan investasi keuangan relatif lebih mudah, praktis, serta objektif.
Pentingnya melakukan investasi keuangan mengingat juga pentingnya perencanaan
keuangan. Dimana perencanaan keuangan merupakan proses yang berkelanjutan untuk
menentukan dan mencapai tujuan investasi secara terkoordinasi dan terintegrasi
yang mencakup kebutuhan manajemen risiko, investasi, pajak, pensiun dan
pendidikan anak
Dengan
demikian dengan melekukan investasi keuangan dengan perencanaan keuangan
tersebut dapat menjadi alat agar dapat mencapai kebutuhan-kebutuhan keuangan di
masa sekarang ataupun di masa akan datang yang bebas secara financial, bebas dari hutang-hutang dan
terproteksi secara financial dari
risiko apapun yang terjadi.
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar financial
yang menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dalam
menjalankan fungsi ekonomi yaitu dengan mengalokasikan dana secara efisien dari
pihak yang memiliki dan kepada pihak yang membutuhkan dana, sedang fungsi
keuangannya dapat ditunjukan oleh kemungkinan adanya perolehan imbalan bagi
pihak yang memberi dana sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih
(Sakhowi, 2004).
Di sisi lain, bagi para pemilik dana, pasar modal
memberikan berbagai pilihan investasi. Jumlah dan bentuk pilihan ini semakin
banyak mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan-pilihan
beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan obligasi, kini
menjadi semakin beragam dengan adanya portofolio, yang merupakan cikal bakal
terbentuknya reksa dana.
Lahirnya reksa dana merupakan suatu
pemecahan baru terhadap wahana investasi dimana seorang pemodal dapat
mengimplementasikan prinsip diversifikasi, “don’t
put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai modal yang
relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk
memilih dan mengawasinya terus-menerus untuk memperhatikan kondisi dan
perkembangan pasar. Per definisi, reksa dana (mutual fund) adalah institusi jasa keuangan yang menerima uang dari
para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang
terdiversifikasi pada efek/sekuritas (Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat:27).
Tabel 1.1
Perkembangan Industri Reksa Dana
Periode 2000-2010
Tahun
|
Jumlah
Reksa Dana
|
2000
|
94
|
2001
|
108
|
2002
|
131
|
2003
|
186
|
2004
|
240
|
2005
|
253
|
2006
|
370
|
2007
|
473
|
2008
|
602
|
2009
|
610
|
2010
|
714
|
Sumber data : BAPEPAM-LK
Data pada Tabel 1.1 memperlihatkan
sejak tahun 2000 sampai tahun 2010 produk reksa dana tumbuh pesat dan terus
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 10 reksa dana baru yang akan
semakin memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal. Meski pada tahun 2005 industri reksa dana mengalami penurunan nilai
aktiva bersih karena ditandai dua peristiwa penting. Pertama terjadinya kasus
manipulasi Reksa Dana Prudence oleh Bank Global yang sedikit banyak berpengaruh
terhadap kepercayaan masyarakat terutama menyangkut fungsi perbankan sebagai channel of distribution produk reksa
dana di Indonesia, yang lainnya menyangkut pemberlakuan metode penilaian
portofolio dengan menggunakan metode marked
to market (Koran Tempo,
Senin, 4 April 2005, Hal. 1).
Peningkatan jumlah reksa dana sebagaimana yang ada
pada Table 1.1 tentu saja akan membuat pemodal mempunyai lebih banyak
alternatif pilihan dalam berinvestasi pada reksa dana, jenis reksa dana itu sendiri cukup banyak, seperti
reksa dana pendapatan tetap yang minimum 80 persen dari dananya dalam instrumen
obligasi, reksa dana pasar uang yang portofolio investasinya pada jenis
instrumen pasar uang seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, atau
obligasi, reksa dana saham yang portofolio investasinya terdiri dari saham
, reksa dana campuran yang instrumen
investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan
instrumen lainnya yang terakhir reksa dana terproteksi yang sebagian besar
dananya dalam instrumen obligasi.
Semangat investasi pada reksa dana adalah market-based
return yang berarti mekanisme pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate
of return yang akan diperoleh oleh seorang investor (Sugiarto, 2003). Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai
menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield)
investasi di reksa dana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau
produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksa dana ini
didukung oleh faktor makroekonomi seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto, kondisi
moneter, tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah dan laju inflasi. Akan tetapi,
faktor makroekonomi jugalah yang membuat kinerja reksa dana terpuruk.
Tabel 1.2
Perkembangan aset reksa dana dan variabel makro
Tahun
|
NAB
Reksa Dana Saham (Milyar)
|
Tingkat
Bunga(%)
|
Inflasi(%)
|
Nilai
Tukar(Rp)
|
PDB
Perkapita(Jt)
|
2001
|
490,9
|
17,62
|
12,55
|
10.348
|
6,8
|
2002
|
302,3
|
12,93
|
10,03
|
8.895
|
7,8
|
2003
|
876,2
|
8,31
|
4,95
|
8.423
|
8,6
|
2004
|
1.532
|
7,80
|
6,40
|
9.244
|
9,4
|
2005
|
4.928
|
12,75
|
17,11
|
9.781
|
10,6
|
2006
|
8.250
|
9,75
|
6,6
|
8.975
|
12,7
|
2007
|
34.799
|
8,00
|
6,59
|
9.372
|
15,0
|
2008
|
19.891
|
9,25
|
11,06
|
10.895
|
17,5
|
2009
|
36.507
|
6,50
|
2,78
|
9.353
|
21,7
|
2010
|
45.668
|
6,50
|
6,96
|
8.946
|
24,3
|
2011
|
61.352
|
6,00
|
3,79
|
9.023
|
27,0
|
Sumber : diolah dari beberapa sumber
Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah
sangat mempengaruhi kondisi makro yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham
dan mempengaruhi asset reksa dana saham. Data pada Tabel 1.2 menunjukkan adanya
hubungan yang kuat antara fluktuasi asset reksa dana saham terhadap variabel
makro, pada tahun 2001 sampai 2007 terjadi peningkatan aset reksa dana saham
yang sangat baik dan terus bertambah dari tahun ke tahun, diikuti oleh
membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang ditunjukkan dengan
variabel-variabel makro di atas. Namun dalam sepuluh terakhir ini terjadi
penurunan aset reksa dana saham yang tajam dari 34.799 triliun rupiah pada
tahun 2007 menurun menjadi 19.891 triliun rupiah di tahun 2008, hal ini
disebabkan karena pada tahun 2008 terjadinya krisis global, penurunan aset
reksa dana diikuti oleh meningkatnya suku bunga dari 8% pada tahun sebelumnya
menjadi 9,25% di tahun 2008, tidak hanya itu saja dampak krisis global ini
memicu inflasi yang tinggi mencapai dua digit sebesar 11,06% pada tahun 2008,
kondisi ini memperlihatkan bagaimana fluktuasi aset reksa dana saham
dipengaruhi oleh aspek perekonomian Indonesia.
Memang perlu disadari bahwa investasi pada saham
jauh lebih rumit dan ada banyak faktor yang perlu dimiliki dan dilakukan oleh
investor saham diantaranya membutuhkan dana yang relatif besar, informasi,
analisis, monitoring, serta
pengambilan keputusan. Dana yang relatif besar untuk membeli saham di bursa
saham dibutuhkan, karena investor harus terlebih dahulu menjadi nasabah salah
satu perusahaan broker saham yang
umumnya meminta investor menyetor dana minimum Rp. 25.000.000,- dari transaksi
investasi yang akan dilakukan. Di samping itu, dana yang relatif besar juga
dibutuhkan untuk melakukan diversifikasi dengan membeli beberapa jenis saham
untuk menghindari resiko kerugian total, misalnya “kalau memilih saham dalam
sebuah industri, ambillah dua saham tetapi bukan sembarang dua, ambillah yang
terbaik dan terburuk” (Slater, Robert, Soros, 1998). Adanya kendala dari
faktor-faktor tersebut, reksa dana saham muncul menjadi pilihan tepat karena
umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada
instrumen saham tersebut. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan, dalam
jangka panjang, investasi pada reksa dana saham dapat memberikan hasil yang
lebih baik (Saepudin, 2005).
Adanya sumber dana dari masyarakat investor melalui
reksa dana saham, emiten perusahaan akan lebih mudah menjual sahamnya, atau
menerbitkan saham baru (right issue)
untuk membiayai kegiatan investasinya tanpa mengandalkan pihak perbankan. Di
lain sisi, investor pun mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatan perusahaan tersebut. Di sini terlihat bahwa melalui reksa dana saham terjadi simbiose mutualisme
antara investor dengan perusahaan.
Reksa dana saham tidak hanya memberikan
manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor tetapi juga secara tidak
langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan bagi pertumbuhan
ekonomi karena turut menjadi salah satu penopang berputarnya roda perekonomian,
yakni sebagai intermediary
(perantara) yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi. Keberhasilan
penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada akhirnya akan
berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan
sumber dana dalam negeri. Hal ini akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan
nasional yang selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri.
Namun Dwiyanti (1999) menyatakan sulit atau tidak mungkin membayangkan
pasar modal berkembang pesat jika dalam suatu negara berlangsung perkembangan
makroekonomi sebagai berikut: tingkat inflasi yang double digit atau
sampai dengan hyper inflation,
pertumbuhan ekonomi yang signifikan, cadangan devisa yang amat tipis yang disertai defisit neraca transaksi
berjalan yang amat tinggi, perolehan
ekspor yang rendah dan kebutuhan impor yang tidak bisa dipenuhi lagi karena
terbatasnya devisa yang tersedia.
Dari banyaknya variable makroekonomi ,
namun yang lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel pendapatan
perkapita dan variable yang secara langsung dikendalikan melalui kebijakan
moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan meliputi tingkat suku
bunga, tingkat inflasi dan kurs valuta asing (Tandelilin,2001).
Pasar saham sangat dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian suatu negara. Perekonomian Indonesia di tandai dengan total pendapatan
perkapita pada tahun 2011 sebesar 27 juta mencapai pertumbuhan tertinggi dalam sepuluh
tahun terakhir. Hal ini juga memicu perkembangan pada pasar modal termasuk saham .
Perkembangan perekonomian yang tercermin dalam perkembangan Produk Domestik
Bruto mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada
pertumbuhan Growth Domectic Product yang ditampilkan pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 1.1
Grafik
pergerakan pertumbuhan PDB Indonesia
Sumber : BPS , 2008
Perkembangan ekonomi yang meningkat, disertai kondisi
politik dan keamanan yang semakin membaik merupakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan
pasar saham di indonesia
. Membaiknya kondisi ekonomi tersebut tercermin pula dari indikator makro
ekonomi seperti inflasi dan suku bunga yang lebih rendah serta nilai tukar yang
relatif lebih stabil . Hal ini menunjukan fundamental ekonomi di Indonesia
saat ini cukup kuat sehingga sangat baik untuk pertumbuhan pasar saham.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dan dengan memperhatikan keadaan ekonomi yang
terus berkembang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai:
“Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Permintaan Reksa Dana Saham
Di Indonesia Periode 2001-2011”
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar