Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri
dari gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 dengan luas perairan laut Indonesia
diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 95.181 km, keadaan yang demikian menyebabkan
Indonesia banyak memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan, mulai
dari prospek pasar baik dalam negeri maupun internasional.
Subsektor
perikanan merupakan salah satu subsektor pembangunan yang memiliki peranan yang
cukup strategis dalam perekonomian nasional, bahkan subsektor ini merupakan
salah satu subsektor penerimaan devisa negara yang penting. Pembangunan perikanan sebagai bagian dari
pembangunan nasional, diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan
cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Harapan untuk menjadikan
subsektor ini sebagai pendukung dalam pencapaian tujuan tersebut didasarkan
pada potensi perikanan laut yang dimiliki.
Kekayaan
Indonesia berupa sumberdaya perikanan yang sangat luas menjadi modal dasar
dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi
pembangunan kelautan dan perikanan.
Melihat potensi tersebut, usaha bisnis perikanan di Indonesia menunjukkan
masa depan yang sangat baik. Terutama
bila dilihat dari data permintaan ekspor dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Sesuai dengan visi Departemen Kelautan dan Perikanan yaitu Indonesia penghasil produk
kelautan dan perikanan terbesar 2015, dan
misi DKP yaitu,
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, serta sasaran strategi
DKP, yitu: 1) Memperkuat kelembagaan dan
SDM secara terintegrasi; 2) Mengelola
sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan; 3) Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan; 4) Memperluas akses pasar domestik dan internasional
(DKP, 2009), dan kebijakan dirjen Perikanan Budidaya adalah program
intensifikasi pembudidayaan ikan atau INBUDKAN. Salah satu program pembangunan
perikanan budidaya, yaitu menitikberatkan pada INBUD kerapu selain udang, nila
dan rumput laut. maka melalui usaha budidaya laut khususnya komoditas ikan
kerapu, diharapkan akan mempercepat upaya pemulihan ekonomi terutama untuk
meningkatkan perolehan devisa negara dari hasil eksport.
Komoditas
ikan laut jenis kerapu merupakan komoditas andalan dan permintaan dari pasar
eksport (Singapura dan Hongkong) dari tahun ketahun terus meningkat.
Salah satu jenis ikan yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan adalah
ikan kerapu. Ikan kerapu tikus (Cromileptes
altivelis) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi serta memilih peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Ikan kerapu ini sudah menjadi menu istimewa
di hotel dan restoran terkemuka, baik di Indonesia, Hongkong, Taiwan, Jepang
maupun Singapura. Permintaan pasar
internasional akan ikan kerapu yang cenderung terus meningkat, memberikan
peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil tangkapannya (Kordi,
2001).
Selain mendorong
pertumbuhan ekspor, pengembangan budidaya kerapu juga menjadi elternatif solusi
dalam permasalahan penurunan populasi di alam akibat penangkapan yang intensif
dan kerusakan terumbu karang sebagai habitat ikan kerapu (Sudirman, 2008)
Dari berbagai penelitian,
diperoleh data potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia sebesar 6,4
juta ton pertahun. Termasuk di dalamnya ikan demersal sebesar 1,36 juta ton dan
ikan karang sebesar 145 ribu ton. Penangkapan yang diperbolehkan adalah 80
persen dari potensi lestari atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. (Nikujuluw
2002).
Wilayah perairan kota
Ambon memiliki sumberdaya perikanan yang sangat
potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan
pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dan analisis
terhadap kelimpahan stok potensi lestari. Wilayah perairan laut Kota Ambon
memiliki salah satu komoditi perikanan tergolong potensial untuk dikembangkan
yaitu sumberdaya ikan demersal, komoditi perikanan penting ini tersebar
diseluruh wilayah ekologis perairan pesisir dan laut Kota Ambon.
Perairan kota Ambon
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat diandalkan. Potensi berupa
perikanan tangkap meliputi luas wilayah laut 136.116.1 Km2 dengan
panjang garis pantai 1.256.230 Km2 dari luas wilayah 147.480.6
Km2. Potensi sumber daya ikan yang dimiliki sebesar 484.532
ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehn (JBT) sebesar 387.324
ton/tahun.
Potensi tersebut baru dimanfaatkan sebesar 41.307.1 ton/tahun.
(BPMD prop. Maluku, 2007)
Perairan kota Ambon dengan
substrat lumpur berpasir dan mempunyai kawasan terumbu karang dengan luas 1.667,4 Ha (baik 1.202 Ha dan rusak 469,8 Ha) merupakan daerah penangkapan ikan demersal dan ikan
karang yang potensial seperti jenis kakap merah (Prestoporoides), lencam (Lethrinudae)
ekor kuning, pisang-pisang (Coesionidae),
baronang dan jenis-jenis kerapu seperti kerapu sunu (Plectropomus spp), napolleon wrase, kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dan kerapu
lumpur/balong/estuary grouper (Epinephelus
spp). Pada tahun 2004 produksi ikan kerapu yang dicapai sebesar 352,56 ton
dimana tingkat pemanfaatannya masih kecil sehingga peluang untuk investasi
masih sangat terbuka. (BPMD prop. Maluku, 2007)
Berkembangnya pasaran ikan
kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku
kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi
permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya. ikan kerapu (Epinephelus
spp.) telah dilakukan
dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih
menemui kendala, karena keterbatasan benih.
Dari informasi pasar
diketahui permintaan kerapu baik ukuran kecil sebagai ikan hias maupun ukuran
konsumsi terus meningkat. Kerapu tikus
ukuran kecil (4 – 5 cm) laku dijual dengan harga Rp 7000/ekor, sedangkan
ukuran konsumsi dengan berat 400 – 500 gram/ekor laku dijual di pasar lokal
dengan harga tahun 2000 sekita Rp 250.000 – Rp 300.000/Kg, bahkan untuk pasar
ekspor seperti Hongkong, Taiwan dan Cina harga kerapu ukuran konsumsi sekitar
US$ 55/Kg (Akbar dan Sudaryanto, 2002).
Perdagangan ikan kerapu
khususnya untuk tujuan ekspor sudah berjalan cukup lama, dengan mengandalkan
pasokan dari hasil tangkapan. Hal ini telah mendorong intensitas eksploitasi
penangkapan ikan kerapu dengan berbagai cara, sehingga seringkali berpotensi
merusak terumbu karang yang merupakan
habitat alami ikan kerapu. Menyadari
fenomena meningkatnya kerusakan terumbu karang yang dapat mengancam kelestarian
stok ikan di alam serta untuk menjaga kontinyuitas pasokan ikan kerapu hidup
khususnya untuk tujuan ekspor.
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengembangkan teknologi
budidaya ikan kerapu yang meliputi perbenihan (hatchrey) di bak kontrol dan pembesaran pada Keramba Jaring Apung
(KJA).
Pada
konteks inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang
berkaitan dengan “Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus spp) Pada Keramba
Jaring Apung (Studi Kasus di Teluk Ambon Kecamatan Baguala Kota Ambon)”.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar