Pada
perusahaan besar pemegang saham sangat banyak sehingga secara individu,
masing-masing mereka tidak dapat menyuarakan tujuannya. Apalagi mengendalikan
dan mempengaruhi manajemen. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen
dapat menjual saham yang mereka miliki dengan menginvestasikan uangnya di
perusahaan lain. Maka dari itu diperlukan adanya evaluasi kinerja terhadap
manajemen keuangan dengan dilakukannya pengukuran kinerja terhadap keuangan
perusahaan. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan
sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi: 1999,
hal 127).
Analisis
laporan keuangan merupakan perhitungan rasio dari data keuangan perusahaan yang
digunakan untuk mengevaluasi keadaan keuangan pada masa lalu. Analisis rasio
merupakan bentuk atau cara yang umum dipergunakan dalam analisis laporan
keuangan. Sedangkan rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arti relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor-faktor yang
lain dalam suatu laporan keuangan. Selanjutnya berdasarkan laporan keuangan
yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi akan dapat dilakukan analisis
laporan keuangan tersebut dengan menggunakan analisis rasio. Tujuan dari
analisis rasio adalah membantu manajer keuangan memahami apa yang perlu
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya
terbatas yang berasal dari financial
statement yaitu dalam hal pembuatan keputusan atau pertimbangan tentang apa
yang perlu dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi oleh
perusahaan di masa yang akan datang (Alwi: 1994, hal. 107).
Pengukuran
kinerja dilanjutkan dengan penilaian kinerja perusahaan yang dapat dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengelola operasi membantu
pengambilan keputusan, mengidentifikasi tentang kebutuhan akan sumber daya,
menentukan pengembangan dan penyediaan informasi untuk memberikan penghargaan
bagi karyawan. Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan
dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah rasio
profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak
pada rasio profitabilitas, yang menunjukkan hasil pengelolaaan manajemen
perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau rasio
keuntungan berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Harnanto: 1984, hal. 102).
Berdasarkan
sudut penilaian, rasio profitabilitas dibagi menjadi dua, yaitu dari segi
penjualan dan investasi. Sesuai dengan latar penelitian ini yang mendasar pada
hubungan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan, maka rasio
profitabilitas yang dihitung sebagai variabel penelitian adalah rasio yang
berkaitan dengan rasio profitabilitas investasi yakni Return on Asset (ROA).
ROA
adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan
setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan
dari analisis. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya
diharapkan sebagai wealth-creating institution, namun jauh lebih dari
itu diharapkan dapat melipatgandakan kekayaannya. Ukuran kinerja keuangan
perusahaan yang mendasar pada laba akuntansi (accounting profit),
seperti earning per share, return on equity, dan rasio lainnya, dianggap
tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Oleh karena itu, berkembang metode pengukuran keuangan yang lebih menekankan
pada nilai yang disebut Value Based Management (VBM) (Hartono Jogiyanto
dan Chendrawati: 1999, hal. 105).
Konsep
VBM mendorong manajemen untuk fokus pada penciptaan arus kas bagi pemegang
saham, salah satu konsep VBM adalah Economic value Added (EVA). Dengan
demikian, dalam penelitian ini penulis menggabungkan variabel fundamental rasio
profitabilitas dengan economic value added dalam pengukuran kinerja
keuangan perusahaan. Meskipun telah digunakan secara luas oleh investor sebagai
salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi karena nilainya
tercantum dalam laporan keuangan, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai
alat pengukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama, yaitu
mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau tidak. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut, dikembangkan suatu konsep baru yaitu Economic value Added (EVA) yang mencoba mengukur nilai tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu
perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang
dilakukan (A. Sawir: 2001, hal. 8).
Economic Value Added (EVA) adalah alat ukur kinerja keuangan untuk
memperhitungkan keuntungan ekonomis perusahaan sebenarnya. EVA dapat
diperhitungkan dengan laba bersih setelah pajak dikurang biaya modal yang diinvestasikan.
EVA yang bernilai positif berarti perusahaan dianggap telah mampu menciptakan
nilai bagi pemegang saham karena mampu menghasilkan laba operasi diatas biaya
modal. Secara umum EVA dan ROA dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja
suatu perusahaan. EVA digunakan untuk menilai kinerja operasional, karena
secara fair juga mempertimbangkan required rate of return yang
dituntut oleh para investor dan kreditor. Berkaitan dengan EVA sebagai alat
ukur kinerja yang juga mempertimbangkan harapan para investor terhadap
investasi yang dilakukan, maka EVA mengidentifikasikan seberapa jauh perusahaan
telah menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan. ROA merupakan rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan atas modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi
dengan total aktiva perusahaan. Sedangkan dalam perhitungannya EVA meliputi
semua elemen atau unsur-unsur yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi
perusahaan sehingga menjadi komprehensif dan EVA memberikan penilaian yang
wajar atas kondisi perusahaan. Karena itu EVA lebih banyak digunakan sebagai
penilaian kinerja meskipun perhitungannya lebih kompleks dan rumit (Amin Wijaya
Tunggal: 2001, hal. 56).
Sesuai dengan latar belakang
yang telah diuraikan, maka judul yang penulis ajukan untuk penulisan ini adalah
”Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Pengembang Bisnis Sulawesi”.
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar