BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap individu dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibarat
kertas putih yang belum pernah terkotori oleh apapun. Hal ini sesuai dengan
ajaran John Lock bahwa perkembangan pribadi seseorang ditentukan oleh
faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan.
Dalam hadits disebutkan :
مَامِنْ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ اِلًّاعَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يَهَوٍّدَانِهِ
اَوْيُنْصِّرَانِهِ اَوْيُمَجِّسَا نِهِ (رَوَاهُ مُسْلِمْ عَنْ اَبِىْ
هُرَيْرَةَ)
Artinya :
“Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang
tuanya yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” (HR. Muslim).[1]
Di sini orang tua mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap perkembangan kepribadia bagi anak.
Jadi terbentuknya kepribadian manusia itu tergantung bagaimana ia
menjalani pendidikan, dimana ia menjalani proses pendidikan, dan media apa yang
menunjang pendidikan individu tersebut.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi individu.[2]
Oleh karenannya setiap usaha pendidikan selalu akan menjadi bahan pembicaraan
masyarakat. Bagi orang yang memiliki biaya lebih selalu berfikir dan bertanya
apakah sekolah itu berkualitas? Atau bagaimanakah prestasi sekolah tersebut?
Akan tetapi lain halnya bagi orang-orang yang tidak cukup biaya, kadang kala
pertanyaannya adalah, berapakah biaya untuk menyekolahkan anaknya di sekolahan
tersebut? Masalah kualitas atau prestasi no problem karena dia berfikir bahwa
dapat sekolah saja sudah untung dari pada tidak sekolah sama sekali.
Prestasi belajar seringkali dilihat dari kecakapan anak
didik dalam mencapai angka yang lebih, dapat naik tingkat selanjutnya, lulus dengan
nilai yang bagus dan lain-lain. Kebahagiaan akan dirasakan oleh anak didik,
orang tua, guru yang mengajar dan juga masyarakat yang menjadi tempat
tinggalnya. Akan tetapi, jika kegagalan yang dialami oleh anak didik dalam
pencapaian prestasi belajar, maka dia akan merasakan kesedihan, orang tua
marah, guru ikut sedih dan masyarakat pun telah memberikan ‘stempel’ bodoh pada
anak didik tersebut karena ketidak berhasilannya dalam studi.
Prestasi belajar yang berupa kemampuan kognitif memang
sangat perlu, akan tetapi kemampuan afektif dan psikomotorik juga sangat dibutuhkan
dalam pengembangan kemampuan intelektual setelah berhasil mencapai prestasi
belajarnya dengan gemilang.
Orang tua manapun dan guru apapun sangat senang jika anak
didiknya telah berhasil dalam menghadapi ujian dan telah berhasil dengan nilai
yang camerlang. Kebahagiaan akan bercampur jadi satu manakala pengumuman yang
ditunggu-tunggu itu menyatkan bahwa anak didik kita telah berhasil. Jika ujian
yang dihadapi dengan segala macam persiapan itu ternyata hasilnya kurang
memuaskan atau bahkan sangat mengecewakan, serasa dunia ini sudah kiamat, pupus
sudah segala harapan dan impian, malu yang teramat sangat besar akan ditanggung
sepanjang masa dan merasa terkucilkan dari lingkungan pergaulan.
Ada banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan prestasi
belajar siswa. Karena karakteristik siswa itu berbeda-beda antara anak yang
satu dengan yang lainnya. Sehingga semua anak tidak dapat diukur dan
diperlakukan sama. Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan
kemampuan yang ada pada diri siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-cita. [3]
Sebuah keharusan bagi guru untuk mengetahui lebih dalam
lagi karakteristik setiap anak didiknya. Guru hendaknya dapat memperlakukan
peserta didiknya dengan melihat karakteristik yang ada pada setiap anak didik.
Ada tiga hal karakteristik anak didik, yaitu:
1. Karakteristik
atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan anak atau prereguisite skill,
seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotorik dan lain-lain.
2. Karakteristik
yang berhubungan dengan larat belakang dan status sosial (sociocultural).
3. Karakteristik
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, minat dan
lain-lain.[4]
Kita
memahami karakteristik anak didik, maka guru pun akan memperlakukan mereka
sesuai dengan karakteristiknya. Namun, hal itu juga sulit, karena harus ada
evaluasi belajar yang akan diikuti oleh peserta didik secara bersama-sama
dengan yang lain. Evaluasi digunakan untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan mengukur peserta didik dalam mencapai tujuan kurikulum atau pengajaran.
Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi
memiliki fungsi pokok sebagai berikut:
1.
Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta
didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan yang telah
diberikan oleh seorang guru.
2.
Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3.
Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam
kegiatan belajar.
4.
Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru,
yang bersumber dari siswa.
5.
Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan
belajar siswa.
6.
Sebagai materi utama laporan hasil belajar
kepada para orang tua.[5]
Tetapi untuk mencapai itu semua, prestasi yang gemilang
membutuhkan proses dan proses membutuhkan media sebagai lantaran untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan.
Di dalam QS. Ar-Ra’d: 30 Alloh berfirman:
“Demikianlah, kami Telah mengutus
kamu pada suatu umat yang sungguh Telah berlalu beberapa umat sebelumnya,
supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Quran) yang kami wahyukan kepadamu,
padahal mereka kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dia-lah
Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; Hanya kepada-Nya Aku bertawakkal dan Hanya
kepada-Nya Aku bertaubat”. (Qs. Ar-Ra’d:30)[6]
Ini membuktikan bahwasannya Alloh SWT juga membutuhkan
media untuk menyampaikan firmannya kepada umatnya. Jadi peran media itu sangat
besar sekali manfaatnya. Media pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak
kecil bagi keberlengsungan proses belajar mengajar dalam rangka pencapaian
prestasi belajar.
Ketersediaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dapat memberikan kontribusi yang besar guna pencapaian hasil yang
maksimal. Hanya saja, pertanyaannya, sudah mampukah SDM dalam hal ini guru untuk
memanfaatkan beberapa media pembelajaran sebagai penunjang keberhasilan
prestasi belajar anak didik dalam setiap proses belajar mengajar.
Kalau kita lihat kedepan, media pembelajaran yang dapat
digunakan saat ini sudah banyak tersedia. Kita dapat memanfaatkan media
elektronik dan teknologi yang sudah modern pula. Dengan media-media tersebut
mestinya dapat menghasilkan suatu prestasi belajar yang bermutu tinggi. Inilah
yang akan menjadi latar belakang peneliti dalam skripsi ini. Kemudian peneliti
menggali lebih dalam lagi tentang media pembelajaran tersebut dengan mengajukan
judul “Penggunaan Media Visual Dalam Mengefektifkan Proses Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SDN II Demuk Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung”.
[1]
Imam Muslim, Shohih Muslim Juz 2, (Bandung: Syaikur Ma’arif 2009), hal. 458
[3] Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005). Hal.
120
[4]Ibid,
hal. 125.
[5] Sulistiyorini, Evaluasi
Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidika, (Yogyakarta: TERAS,
2009), hal. 53
[6]
Tohaputra, Ahmad, Al Qur’an dan Terjemah,
(Semarang: CV.ASY-SYIFA’, 1984), hal. 373
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar