Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan

Analisis Usahatani Padi Pada Saluran Pemasaran Yang Melalui KUD dan Non KUD (PRT-48)

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya dengan berbagai macam hasil bumi. Iklim di Indonesia memungkinkan tumbuhnya beraneka ragam tanaman. Saat ini Indonesia masih merupakan Negara agraris yaitu sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, terutama padi. Pembangunan pertanian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, memperluas lapangan kerja, meningkatkan devisa Negara melalui ekspor produksi pertanian.

Dalam kegiatan ini pemerintah (Kepres No. 40 Tahun 1997) telah menegaskan Koperasi Unit Desa (KUD) untuk dapat memegang peranan penting yang dapat menunjang keperluan langsung para anggotanya, antara lain:

1. Menyediakan sarana produksi pertanian khususnya pupuk.
2. Menyediakan permodalan petani melalui program Kredit Usaha Tani (KUT).
3. Pemasaran hasil khususnya pengadaan pangan dan pasaran umum menjamin pendapatan petani.

Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha peternakan, karena sifatnya adalah manajemen maka dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat atau melaksanakan keputusan pada suatu usaha pertanian untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh manajer atau keluarga petani.(Soeharto,1990)

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Tani Komoditas Manggis (PRT-47)

BAB I
PENDAHULUAN 
I.I Latar Belakang
Perkembangan perdagangan dunia yang mengarah kepada penciptaan suatu sistem perdagangan bebas atau arah keterbukaan yang telah ditandatangani diratifikasinya beberapa anggotanya seperti GATT/WTO dan regional yaitu APEC, AFTA, MEE dan NAFTA yang bertujuan untuk membuka peluang perdagangan antar daerah atau negara tanpa adanya hambatan seperti pajak dan tariff, AFTA (Asean Free Trade Area) sebagai salah satu bentuk kesepakatan dagang kawasan ASEAN, memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk melakukan perdagangan tanpa mengalami hambatan, seperti tariff atau pajak sehingga dapat meningkatkan perkembangan perekonomian di kawasan Asia Tenggara.

Setelah diberlakukannya AFTA pada tahun tahun 2003, maka pasar dalam negeri akan terintegrasi kuat dengan pasar regional. Kondisi ini memaksa negara anggotanya, khususnya Indonesia yang harus membuka segala rintangan yang membentang di hadapan perdagangan dan investasi melalui kegiatan keterbukaan ekspor dan impor, serta investasi melalui penghapusan segala bentuk subsidi dan proteksi yang dilakukan secara bertahap. Sehingga kegiatan ekspor dan impor di kawasan ASEAN tercipta peluang usaha yang lebih luas dan ini akan berdampak kepada tingginya tingkat persaingan baik dipasar domestik maupun regional.

Pemberlakuan AFTA tentunya akan mempengaruhi pola pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang pertanian. Pembangunan ke depan harus berbasis pada komoditi-komoditi yang dimiliki oleh setiap daerah, dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi untuk menghasilkan komoditi yang berdaya saing.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Evaluasi Pengembalian Kredit Usaha Tani. Penelitian Tentang Evaluasi Pengembalian Kredit Usaha Tani (Kut) Tahun Pengadaan 1998-1999 Dari Petani Ke Executing Agent Dilakukan Di Kabupaten … (PRT-46)



BAB I
PENDAHULUAN 

1.1       Latar Belakang Penetitian
Pembangunan pertanian di Indoensia merupakan bagian dari suatu pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan selurah rakyat. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produk-sl pertanian dan kesejahteraan petani, yang pada akhirnya akan menuju kearah tujuan masyarakat adil dan makmur vang merata material dan spiritual.

Untuk mencapai tujuan pokok pertanian yang telah disebutkan diatas, kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah : (1) Intensifikasi dan ekstensifikasi, (2) Peningkatan pengadaaan bibit unggul untuk jenis tanaman utama, (3) Penyempurnaan sistem dan perluasan penyediaan kredit bagi petani dan penyakap, (4) Penyempurnaan sistem pengadaan dan distribusi sarana produksi, (5) Peningkatan penyediaan prasarana. produksi baik fisik mauptin kelembagaan.

Selanjutnya dalam Repelita III d1sebutkan pula kebijaksanaan pokok yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitast. Keempat usaha pokok ini akan dilaksartakan melalui usaha-usaha yang dikenal dengan nama "terpadu” integrated yaitu : (1) Usaha tani terpadu, (2) Komoditi terpadu dan (3) Wilayah terpadu,


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisi Strategi Bisnis Perusahaan Daerah Perkebunan … Di Kabupaten …(PRT-45)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
BUMD sebagai suatu lembaga usaha, meskipun tidak dilepaskan dari predikat milik Pemerintah Daerah yang berkonotasi pelayanan masyarakat (public service) maka produktivitas BUMD diukur melalui besarnya keuntungan (profit) perusahaan yang akan disumbangkan pada kas daerah, mempertahankan dan meningkatkan potensi alam dan memperluas lapangan kerja. Kondisi empiris yang sering kali tampak bahwa BUMD-BUMD justru lebih banyak yang rugi daripada yang menguntungkan. Tujuan Pendirian BUMD sebagai pendukung PAD seringkali menjadi sulit diwujudkan bahkan ada beberapa BUMD yang dalam penyelenggaraannya menjadi beban bagi anggaran belaja daerah daripada menjadi kontributor PAD.

BUMD yang juga belum sepenuhnya beroperasi sebagai perangkat bisnis, banyak campur tangan para birokrat pemerintah menyebabkan BUMD tidak bisa leluasa menerapkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada profit. BUMD juga terkenal sebagai sapi perahan para pejabat sehingga terjadi inefisien. Semua ini mengakibatkan kinerja BUMD rendah dan akibatnya sumbangan PAD juga rendah, bahkan disinyalir banyak BUMD yang sebenarnya harus tutup kerena merugi tetapi terus dipertahankan dengan alansan menyerap tenaga kerja penyediaan kebutuhan masyarakat pemanfaatan potensi  alam dan lain-lain.

BUMD juga lamban dalam melaksanakan perubahan (change) atau pengembangan organisasi (organization development), bila dapat dikatakan tidak melakukan perubahan atau pengembangan sama sekali. Sementara kondisi lingkungan eksternal terus berubah dengan amat cepat akibat perjalanan BUMD yang relatif stagnant tidak merespon perubahan-perubahan lingkungan dengan tindakan-tindakan pengembangan baik itu pengembangan organisasi maupun pengembangan bisnis membuat tertinggal dalam persaingan dengan perubahan – perubahan swasta yang terus menerus melakukan perubahan dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan keunggulan daya saing (competitivenes).


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Sistem Agribisnis Daging Di Jabotabek (Kasus Penggemukan Sapi Pt. Sinar Katel Perkasa) (PRT-44)

PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang
Kebutuhan daging dalam negeri setiap tahun kian meningkat, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi keluarga dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Untuk kasus DKI Jakarta, hal ini bisa dilihat dari perkembangan permintaan daging yang terus naik. Dibandingkan dengan rata-rata konsumsi daging nasional, yang hanya mencapai sekitar 10,3 kg/kapita/tahun, konsumsi daging di jakarta jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 17,40 kg/kapita/tahun pada tahun 2000. Perbedaan yang nyata seperti ini sudah terjadi sejak lama. Pada Tahun 1996 angka konsumsi daging di Jakarta telah mencapai 16,55 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi nasional waktu itu hanya 6,0 kg/kapita/tahun.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, terjadi penurunan konsumsi yang sangat drastis, yaitu menjadi 12,13 kg/kapita/tahun pada tahun 1988. Namun demikian pada masa-masa yang akan datang diperkirakan tingkat konsumsi daging di Jakarta akan terus meningkat. Dengan asumsi pola perkembangan tingkat konumsi selama lima tahun terakhir tidak banyak berubah, maka pada tahun 2006 konsumsi daging masyarakat Jakarta akan mencapai 28,18 kg/kapita. Sementara pada tingkat nasional, konsumsi daging diproyeksikan baru mencapai 23,06 kg/ kapita/ tahun. 

Dengan pola konsumsi tersebut, maka total permintaan daging untuk Jakarta pada tahun 2006 mencapai 300 ribu ton, dengan perkiraan jumlahn penduduk mencapai diatas 10 juta jiwa. Permintaan daging tersebut akan tetap lebih banyak pada daging ayam ras karena harganya yang relatif lebih murah serta lebih mudah didapat. Pada tahun 1999 telah dikonsumsi daging ayam ras sebanyak 34.042 ton, daging sapi sebanyak 8.807 ton, dan daging ayam kampung sebanyak 7.224 ton.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Lebah Madu Di Kecamatan …(PRT-43)

I.   PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Kecamatan Panekan terletak disebelah timur lereng gunung Lawu dengan ketinggian 500 – 700 m dpl dan luas wilayah 7.035,738 ha. Kondisi alam pegunungan dengan habitat tanaman hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura serta semak belukar. Sebagimana pada daerah beriklim tropis lainnya, semua jenis tanaman tersebut mampu menyediakan bunga  sepanjang tahun, sehingga serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah madu juga tersedia sepanjang tahun. Didukung oleh kondisi alam yang tenang dan ketersediaan sumber air bersih yang cukup sebagai minuman lebah madu maka Kecamatan Panekan sangat berpotensi untuk dikembangkan budidaya lebah madu.

Keadaan tanaman penyedia makanan lebah madu yang ada di Kecamatan Panekan tersebar di 3 Desa, yaitu Desa Jabung, Bedagung dan Ngiliran antara lain (1) Tanaman hutan rakyat 685 ha; (2) Tanaman Perkebunan 965 ha; (3) Tanaman Hortikultura 155 Ha; (4) Tanaman pangan rata–rata 500 ha tiap musim. Semua tanaman tersebut menyediakan serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah pada musim berbunga yang tersebar pada bulan Maret – Nopember (9 bulan) setiap tahunnya. Sedang untuk penyediaan minum bagi lebah, tersedia air bersih dari 13 sumber mata air.

Ada berbagai spesies lebah yang bisa dibudidayakan diantaranya  adalah Apis trigona ( lanceng ); Apis cerana indica; Apis mellifera ligustica, Apis dorsata, Apis florea; Apis roschurnikovi dan Apis laborisa. Diantara jenis lebah tersebut Apis mellifera mempunyai sifat–sifat unggul dibanding dengan jenis lebah yang lain, yakni :
a.                               Lebih jinak;
b.                               Produksi madu tinggi 30 – 60 kg madu/koloni/tahun
c.                               Daya adaptasi tinggi dan kurang suka berimigrasi

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agroindustri Kurmelo Di Kecamatan …(PRT-42)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Program Pembangunan Pertanian di Indonesia pada saat sekarang diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu peningkatan ketahanan pangan serta program pengembangan agribisnis. Pertanian akan tetap berperan sebagai penyedia pangan bagi seluruh penduduk Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Disamping itu sektor pertanian diharapkan sebagai penopang industri manufaktur dan ekspor serta berperan untuk mendorong pemerataan, pertumbuhan dan dinamika perekonomian dipedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pamelo ( Citrus grandis L ) merupakan buah asli Indonesia, yang banyak digemari masyarakat. Kabupaten Magetan merupakan sentra produksi Pamelo di Indonesia dengan luas 1.278 ha dengan jumlah 400 pohon/ha, yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Bendo, Sukomoro, Kawedanan dan Takeran dengan produksi 250.320 kw / tahun.

Tabel 1.  Luas tanaman dan Produksi Pamelo di Kabupaten Magetan tahun 2002.

No
Kecamatan
Luas tanaman
( ha )
Tanaman produktif
( ha )
Jumlah produksi
(ton)
1
Bendo
537
305
102.480
2
Takeran
226
150
50.400
3
Sukomoro
295
150
54.400
4
Kawedanan
220
140
43.040

Jumlah
1.278
745
250.320
          Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan Tahun 2003.  


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan …(PRT-41)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Perkembangan dunia yang mengarah kepada proses globalisasi dewasa ini  mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha  yang tinggi, sehingga orientasi pembangunan nasional sektor pertanian  harus diubah dari orientasi produksi kearah orientasi pendapatan petani. Untuk itu pendekatan pembangunan pertanian telah diubah dari pendekatan usahatani kearah agribisnis.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa unit agribisnis bukan merupakan suatu unit kepemilikan, akan tetapi merupakan unit satu kesatuan sistem  yang tersusun atas beberapa komponen yang merupakan jaringan terpadu  untuk meraih nilai tambah ekonomi.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, agribisnis bukan merupakan sistem yang baru tumbuh, akan tetapi sudah tumbuh sejak dulu. Pemerintah Belanda  sebagai pendatang juga memperkenalkan pola agribisnis  di Indonesia. Pola yang dikembangkan pemerintah kolonial adalah  agribisnis penghasil barang ekspor yang ditata menurut pola perkebunan  besar. Pemerintah kolonial juga memperkenalkan agribisnis yang berwatak industri pertanian  dimana aspek investasi untuk meraih nilai tambah  tampil sebagai nilai dasar  dari pengembangan usaha.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman sumber daya alamnya, termasuk sebagai salah satu negara yang kaya akan jenis ternak, namun pada kenyataannya sektor peternakan belum dikembangkan secara maksimal walaupun sebenarnya pengembangan agribisnis peternakan  mempunyai peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan permintaan baik  dalam negeri maupun luar negeri.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Penyediaan Semen Beku Sapi Balai Inseminasi Buatan Di … Dan Implemantasinya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Semen Beku (PRT-40)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang.
Sebagai Negara Agraris, Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang tinggi dan diperkaya keanekaragaman hayati menjadikan sektor pertanian memiliki keunggulan komperatif yang tinggi pula. Potensi dan keunggulan komperatif ini perlu dikembangkan dengan keunggulan kompetitif melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang akan menghasilkan produk dan jasa pertanian yang memiliki daya saing tinggi.

Pembangunan Pertanian sebagai bagian inti dari pembangunan nasional, penerapannya diharapkan akan sinergis dengan pembangunan sektor lainnya. Dalam jangka panjang sektor pertanian diproyeksikan dapat memberikan kontribusi yang semakin penting dalam sistem perekonomian nasional.

Program pembangunan pertanian dirumuskan dalam dua program utama yaitu program program agribisnis dan program peningkatan ketahanan pangan. Kedua program utama pembangunan pertanian tersebut merupakan kesatuan program yang tidak terpisahkan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, menciptakan kesempatan kerja produktif dan mendorong pengembangan ekonomi pedesaan. 

Program tersebut dilaksanakan dengan pendekatan penerapan sistem agribisnis berbasis pada sumber daya setempat dan dilaksanakan secara partisipatif oleh berbagai komponen masyarakat.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Pindang Bandeng Pada Industri Skala Rumah Tangga Di Kota …(PRT-39)

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Secara  geografis Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah lebih dari 8 juta kilometer persegi, 2/3 diantaranya terdiri dari perairan. Indonesia dengan kondisi geografisnya yang khas, terdiri dari tiga belas ribu pulau besar dan kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, selain potensi juga mengandung kerawanan yang besar. Oleh karena itu keutuhan wilayah serta segala potensi sumberdaya alam yang terkandung didalamnya perlu dijaga dan dilindungi.

Melihat potensi sumberdaya ikan yang sedemikian besar maka perlu dilakukan suatu penanganan dan pengolahan pasca panen yang memadai agar diperoleh hasil yang optimal. Nilai hasil perikanan sangat tergantung dari mutu dan kegiatan pasca panen yang diterapkan mengingat produk perikanan mudah rusak.

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas perikanan yang disukai konsumen. Hal ini disebabkan ikan bandeng mempunyai rasa yang khas. Akan tetapi adanya bau amis dan sifat produk yang cepat mengalami kemunduran mutu, menyebabkan kesukaan masyarakat terhadap ikan bandeng menjadi berkurang. Pengolahan yang dapat menambah daya awet dan menghilangkan bau amis kiranya dapat meningkatkan kesukaan masyarakat terhadap ikan bandeng.

Salah satu jenis pengolahan yang dapat menambah daya awet dan cita rasa ikan bandeng yang telah lama dan banyak diterapkan oleh masyarakat adalah pengolahan pindang bandeng, yaitu kombinasi antara perebusan dengan penggaraman. Proses pembuatan pindang bandeng tidak terlalu sulit dilakukan karena cara pembuatannya sangat sederhana, mudah dilakukan oleh siapa saja tanpa menggunakan teknologi yang rumit.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Strategi Pengembangan Pertanian Melalui Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu ( Pht ) Padi Di Kabupaten … (PRT-34)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Kebijakan pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan secara umum diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh. Ciri pertanian yang tangguh adalah mampu mensejahterakan petani melalui peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan petani diperoleh melalui peningkatan produktivitas  tanaman dan kualitas sumberdaya petani. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas sumberdaya petani telah dicanangkan kebijakan model Pengendalian Hama Tanaman ( PHT ).
Teknologi PHT adalah upaya pengendalian serangan Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ), dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian, yang dikembangkan oleh satu kesatuan untuk mencegah kerugian ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Pemasyarakatan dan penerapan teknologi PHT di tingkat petani di laksanakan oleh Program Nasional dalam bentuk kegiatan. Khusus untuk tanaman padi sawah telah dilaksanakan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ( SLPHT ) Padi.

Tujuan pelembagaan dan pemasyarakatan teknologi PHT tersebut adalah untuk :
a)                         Memantapkan swasembada pangan dan produksi baik kualitas.
b)                        Mengurangi penggunaan pestisida berspektrum luas dan persisten sehingga dapat mengurangi resiko keracunan pestisida baik bagi petani maupun konsumen serta mempertahankan keragaman dan keseimbangan ekosistem.
c)                         Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat pertanian, terutama para petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Agar petani dapat mengembangkan kreativitas, dinamika, kepemimpinan dan kemampuan mengambil keputusan yang rasional.
d)                        Meningkatkan dukungan terhadap upaya petani dalam menguasai, melembagakan dan menyebarluaskan penerapan PHT kepada masyarakat luas.
e)                        Meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya serta kualitas hidup masyarakat luas.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Gerhan) Dalam Rangka Penanggulangan Bencana Alam Di Kabupaten …(PRT-36)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Kondisi kerusakan hutan dan lahan baik kualitas maupun kuantitas di Indonesia saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik nasional maupun internasional. Kerusakan ini mencapai sekitar 43 juta ha hutan dan lahan, yang terdiri dari 24 juta ha di dalam kawasan dan 19 juta ha di luar kawasan, mengalami kerusakan dengan laju kerusakan selama 12 tahun terakhir mencapai 1,6 juta ha per tahun. Dalam pada itu, kemampuan usaha rehabilitasinya masih jauh dari harapan, sehingga apabila tidak segera diatasi, maka akan mengancam sistem kehidupan, termasuk kelangsungan pembangunan nasional.

Kerusakan hutan dan lahan tersebut telah mengakibatkan bencana alam antara lain banjir, tanah longsor dan kekeringan. Bencana tersebut telah menanggung kerugian besar berupa kerusakan infrastruktur, berbagai aset pembangunan serta terganggunya tata kehidupan masyarakat.

Penyebab utama terjadinya bencana tersebut adalah kerusakan lingkungan terutama di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah tangkapan air. Untuk menanggulangi hal tersebut, perlu dilakukan upaya pemeliharaan dan peningkatan kemampuan fungsi dan produktifitas lahan melalui kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN). Karena berskala nasional kegiatan ini diharapkan terencana, terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas melalui suatu perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi yang efektif dan efisien. Departemen kehutanan, sebagai penanggung jawab program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (GERHAN), mencanangkan era rehabilitasi dan konservasi pada 10-20 tahun ke depan. Dengan demikian upaya Gerakan Nasional Rehabilitas Hutan Dan Lahan (GERHAN) telah menjadi komitmen nasional yang harus diperjuangkan keberhasilannya di seluruh wilayah indonesia.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Salak Di Kabupaten …(PRT-35)

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Globalisasi ekonomi telah mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha yang tinggi, yang mengharuskan orientasi pembangunan pertanian dirubah dari orientasi produksi kearah orientasi peningkatan pendapatan petani. Guna mendukung perubahan orientasi pembangunan pertanian ini pendekatan pembangunan pertanian tidak lagi melalui pendekatan usahatani melainkan melalui Pendekatan agribisnis. 

Pengertian agribisnis dalam arti sempit adalah perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Sedangkan menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi, subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan ( agroindustri ), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung.

Bagi Indosensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan.

Tujuan pembangunan agribisnis adalah untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing, serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Usaha Industri Tahu (Studi Kasus Di Kecamatan …(PRT-33)

BAB  I 
PENDAHULUAN

1.1.           Latar Belakang
Salah satu ciri pembangunan pertanian yang dimiliki Indonesia yang mempunyai potensi sebagian dari sektor pertanian dengan sektor perindustrian, kaitan yang paling sesuai adalah pengolahan produk-produk pertanian kedalam pembangunan agroindustris. Kegiatan industri pertanian mempunyai manfaat ekonomis khususnya dari agroindustri pengolahan  produk pertanian yang beralokasi di pedesaan dengan berlandaskan pada sumber daya yang ada (Banoewidjojo, 1983).
Visi pembangunan pertanian nasional ke depan adalah membangun pertanian modern yang berbudaya industri dalam rangka membangun industri pertanian berbasis di pedesaan (Santoso, 1999). Makna yang dapat ditangkap dari misi tersebut adalah bahwa pembangunan pertanian mendatang pada hakekatnya merupakan kelanjutan, pendalaman dan peningkatan dari pembangunan pertanian kita saat ini sebagai upaya mewujudkan pertanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuannya dalam menyejahterakan para petani, pekebun, peternak dan nelayan (Bahasyah, 1997). Untuk itu misi pembangunan pertanian nasional dirumuskan sebagai pendekatan agribisnis, pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal, meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, dan menciptakan kondisi yang menjamin pembangunan pertanian yang berkelanjutan. 
Kabupaten Nganjuk memiliki wilayah pertanian yang cukup luas, yaitu sebesar 331.660 ha, yang terdiri dari 48.158 ha lahan sawah dan 283 502 ha lahan kering, Persentase rumah tangga tani sebesar 75,64% dari total rumah tangga di Kabupaten Nganjuk (Diperta  Pembangunan agroindustri khususnya yang beralokasi di pedesaan berarti menempatkan kebijaksanaan pertanian pada posisi yang sebenarnya dengan berlandaskan pada pemanfaatan sumber daya yang ada. Manfaat ekonomis dari kegiatan industri di pedesaan adalah meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan mutu dari hasil pertanian yang pada gilirannya nanti dapat memenuhi syarat untuk memasuki pasar luar negeri atau dapat menghemat devisa negara. Bahkan yang lebih penting sebenarnya adalah keterkaitan antara sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan dan sektor lain dalam perekonomian. 


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Daya Saing Komoditas Bawang Merah Di Kabuapaten .... (Tinjauan Keunggulan Komparatif Dan Keunggulan Kompetitif Di Daerah Sentra Produksi, Desa ... (PRT-32)

BAB  I 
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Globalisasi perdagangan merupakan implikasi dari kesepakatan general Agreement of Tariff And Trade (GATT), Word Trade Organization (WTO) dan Organisasi perdagangan lainnya di kawasan Asia. Dalam kaitannya dengan sektor pertanian, GATT ingin meletakan perdagangan produk pertanian di pasar internasional berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan oleh GATT. Indonesia sebagai anggota WTO dan AFTA yang menganut ekonomi terbuka akan menerima konsekwensi peraturan perdagangan global.

Kesepakatan-kesepakatan GATT, WTO, AFTA dan AFEC satu sisi memberi peluang terhadap perekonomian nasional jika sektor perekonomian di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif, sisi lain merupakan ancaman terhadap komoditas pertanian jika tidak memiliki daya saing. Efisiensi  dan daya saing produk dalam negeri harus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan produk di era pasar bebas (Rusastra, Simatupang, dan Syafa’at, 2000). 

GBHN tahun 1999 – 2004 mengamanatkan, pembangunan pertanian di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip pokok antara lain : (a) membangun perekonomian yang berorientasi global dengan mengembangkan kompetensi dan produk unggulan daerah berbasis sumberdaya domestik dan menghilangkan segala bentuk perlakuan distortif dan diskriminatif ; (b) mengoptimalkan peran pemerintah dengan mengembangkan kekuatan pelaku ekonomi pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar; (c) mengembangkan sistem ketahanan pangan dengan mengembangkan aspek ketersediaan dan distribusi pangan, diversifikasi pangan dan gizi dan peningkatan pendapatan petani. Salah satu upaya meningkatkan kontribusi sektor pertanian adalah dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulkan komparatif.  


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Program Bongkar Ratoon Tanaman Tebu Untuk Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula (Studi Di Pg. Tjoekir Kabupaten …(PRT-31)

BAB  I. 
PENDAHULUAN

1.1.            Latar  Belakang
Gula pasir merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang berfungsi sebagai pemanis dan sumber kalori. Gula pasir memberikan kontribusi lebih dari     90% terhadap total pemanis di Indonesia. Produksi gula pasir di Indonesia saat ini sekitar 2,0 juta ton yang dihasilkan oleh 58 Pabrik Gula (PG). Sementara kebutuhan domestik diperkirakan mencapai 3,5 juta ton sehingga masih terjadi defisit 1,5 juta ton atau sekitar 42 % yang dicukupi melalui impor.

Dari sejarah perkembangannya, industri gula pasir di tanah air mengalami fluktuasi. Pada zaman penjajahan Belanda gula pasir pernah menjadi primadona sebagai komoditas ekspor utama. Gula pasir dari Jawa masuk ke pasaran Eropa. Pada waktu itu tebu sebagai penghasil gula ditanam pada tanah – tanah subur dengan pengairan teknis. Biaya Input produksi relatif murah karena lahan disewa sangat murah dan buruh yang bekerja di perkebunan tebu diperkerjakan secara paksa dengan upah rendah.  

Sejak krisis gula pada awal tahun tujuh puluhan, industri gula Indonesia menghadapi persoalan berat. Indonesia berubah posisi dari negara eksportir menjadi importir gula, dengan volume gula impor yang terus meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai kebijakan di bidang gula diterapkan. Pemerintah menetapkan Inpres no. 9 tahun 1975 untuk membantu dukungan penyediaan bahan baku tebu, melakukan rehabilitasi PG-PG di Jawa serta pendirian beberapa PG di luar Jawa, serta menerapkan regulasi tata niaga gula dengan harga provenue. Kebijakan tersebut mampu meningkatkan produksi gula. Namun seiring dengan perubahan arus global yang menghendaki perubahan orientasi  kebijakan  gula dari  pendekatan  produksi  ke pendekatan efisiensi  dan  daya saing, maka kebijakan yang telah diterapkan diatas mulai diperdebatkan dan tampaknya mulai tidak efektif. Pada kurun 1986 – 1992 produksi gula hanya berfluktuasi pada kisaran 1,9 – 2,3 juta ton, sementara impor gula terus meningkat guna memenuhi kebutuhan domestik.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Pendapatan Petani Bawang Merah Sistem Pengendalian Hama Terpadu Di Kabupaten ... Studi Kasus Tentang Penggunaan Lampu Perangkap Hama Pada Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten … (PRT-30)

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1.             Latar Belakang
Serangan hama penyakit tanaman sudah dan tetap akan menjadi faktor pembatas yang sangat menentukan keberhasilan program peningkatan produksi pertanian, yang dilakukan melalui program intensifikasi yang bertumpu pada penggunaan bibit unggul dan bahan kimia pertanian, seperti pupuk buatan dan pestisida sintetik. Kerugian yang dialami oleh para petani dan pemerintah akibat serangan dan letusan hama, penyakit sangat besar, demikian juga biaya yang sudah dikeluarkan untuk mengendalikan hama. Semakin intensif kegiatan produksi pertanian, ternyata serangan dan populasi hama menjadi semakin meningkat.

Usaha pengendalian yang hanya bertumpu pada satu teknik pengendalian, seperti penggunaan pestisida terbukti mampu mengendalikan hama, akan tetapi juga semakin menyuburkan peningkatan populasi hama karena timbulnya fenomena resistensi hama terhadap pestisida, dan timbulnya jenis-jenis hama baru atau hama kedua. Peningkatan populasi hama terjadi setelah penggunaan pestisida berlebihan. Keadaan ini terjadi antara lain disebabkan karena pestisida lebih banyak membunuh organisme-oganisme bermanfaat, seperti musuh alami hama (predator, parasitoid, dan patogen hama) daripada membunuh hama itu sendiri.

Apabila kondisi demikian terjadi maka petani akan mengalami kerugian yang besar serta bertambah miskin, karena hama terus meningkat, tanaman gagal panen, dan petani harus banyak mengeluarkan biaya untuk pembelian pestisida, yang harganya mahal. Pengendalian hama tanaman yang hanya mementingkan penggunaan pestisida pasti gagal dan tidak menghasilkan apa-apa kecuali kerugian dan penurunan hasil. 

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Evaluasi Pola Kemitraan Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Pada Koperasi Kelompok Tani … (PRT-29)

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengaruh perubahan lingkungan strategis yang sedang terjadi dewasa ini antara lain dengan meningkatnya jumlah penduduk, menciutnya lahan dan adanya kesepakatan GATT/WTO. Sejalan dengan berbagai perkembangan keadaan lingkungan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan akan mampu mencapai tujuan utamanya yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dari petani.

Dalam era reformasi, Pemerintah mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata melalui penciptaan lapangan kerja dan berusaha, antara lain pemberdayaan masyarakat desa dengan menggalakkan pertanian. Sebagai konsekuensinya perusahaan pertanian diharapkan dapat meningkatkan upaya kerja samanya dengan masyarakat tani. Dengan demikian diharapkan perusahaan memberi kontribusi untuk pembangunan pertanian dalam rangka terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Di Indonesia usaha pertanian rakyat sering menjadi tulang punggung perekonomian. Hal tersebut dikarenakan usaha pertanian memiliki peranan yang sangat penting dan strategis baik pada tingkat mikro maupun pada tingkat makro. Pada Tingkat mikro usaha pertanian sangat berperan sebagai sumber penghasilan, wadah bagi calon wirausahawan pertanian, pengembangan daya saing individu dan juga merupakan tempat sosialisasi bagi kelangsungan usaha rumah tangga. Sementara pada tingkat makro, usaha pertanian berperan dalam penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku industri, perolehan devisa, kontribusi terhadap pembangunan wilayah pedesaan, mitra kerja bagi usaha besar atau menengah dan sebagai pereduksi kecemburuan sosial atas kesenjangan antara usaha besar dan usaha kecil.
Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh kebanyakan petani dipedesaan diantaranya adalah aspek inovasi teknologi produksi, aspek financial, aspek manajemen, pemasaran hasil dan akses terhadap pelayanan pendukung, sehingga petani dipedesaan sering diklaim sebagai kaum yang terpinggirkan. Sebagian besar mereka diidentikkan oleh sebagian yang lain dengan keadaan ekonomi yang terbelakang, berpendidikan dan berwawasan yang rendah. Ketertinggalan dalam akses akan informasi dan teknologi seakan-akan telah membawa mereka kedalam posisi terpinggirkan. Pemberdayaan atau empowerment adalah suatu langkah yang perlu untuk meningkatkan posisi petani dari kaum yang lain dan kemitraan usaha merupakan salah satu dari pola pemberdayaan yang strategis dalam pembangunan pertanian.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Dampak Berdirinya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) PT. Mustika Sembuluh Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya (Studi di Desa ... Damar Kecamatan, ... Kabupaten ...) (PRT-25)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Sepanjang sejarah perjalanan pertumbuhan bangsa-bangsa di dunia, baik negara yang sudah maju maupun yang masih tergolong sebagai negara berkembang atau yang masih terbelakang, selalu menghadapi dilema dalam penentuan prioritas pembangunan ekonominya.
Negara-negara berkembang dipandang sebagai negara yang masih dalam proses moderenisasi khususnya dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut berjalan melalui tahap-tahap tertentu (J.W. Schoorl, 1988: 62).

Di negara berkembang seperti Indonesia sumbangan sektor pertanian selalu menduduki posisi yang sangat vital, sehingga sektor pertanaian diletakkan sebagai andalan pembangunan nasional yang didukung oleh unsur-unsur kekuatan yang dimiliki. Pembangunan senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan, pembangunan pertanian memiliki arti penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan taraf hidup petani. Perubahan yang dibawa pembangunan merupakan perubahan yang direncanakan dan dikehendaki, setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Menurut Poespowardojo Soerjanto (1989), pembangunan diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Setiap orang mengakui peningkatan mutu itu tidak terbatas hanya pada sektor ekonomis saja, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupannya, namun ukuran yang dipakai untuk menunjukan perbaikan hidup tersebut dapat berbeda-beda.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Evaluasi Kebijakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Gn Rhl) Di Kabupaten …, (PRT-28)

BAB  I
PENDAHULUAN

A.                  Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan merupakan asset nasional yang sangat penting, sehingga keberadaannya perlu dipertahankan dan dikelola secara bijaksana agar fungsi-fungsinya dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.  Bahkan di dalam pembangunan nasional, hutan memegang peran ganda yang juga sangat penting (Anonymous, 1996).  Pertama, hutan sebagai sumber alam berperan bukan saja sebagai pelindung sistem penghasil air untuk berbagai kebutuhan tetapi juga sebagai pemasok bahan baku bagi peningkatan produksi serta perluasan lapangan kerja dan sekaligus juga sebagai sumber penghasil devisa dan pendapatan daerah.  Kedua, hutan memegang peran yang strategis di bidang ekologi.  Selain itu, hutan Indonesia berfungsi pula sebagai bagian paru-paru dunia, penghidup karbon dioksida dan penghasil oksigen serta pengatur dan penopang ekosistem dunia.

Sejak pembangunan jangka panjang kesatu (PJP-I), kesadaran mengenai semakin pentingnya peran ganda hutan Indonesia bagi pembangunan dan menopang ekosistem dunia semakin meningkat.  Pelaksanaan peran ganda ini membutuhkan keserasian dan keseimbangan dalam berbagai kebijakan pembangunan, terutama yang berhubungan langsung dengan pengelolaan hutan.  Dalam kaitan ini maka pembangunan kehutanan dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memperluas penganeka ragaman hasil untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.  Hutan sebagai sumber kekayaan alam penting perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat di masa kini maupun di masa depan.  Untuk itu telah ditempuh langkah-langkah bagi kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan