BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani
kehidupan, manusia tidak akan lepas dari kegiatan pendidikan, baik pendidikan
dalam bentuk fisik maupun psikis.[1]
“Pendidikan merupakan sistem
dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan
manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang
tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan
kualitasnya”.[2] ”Pendidikan, seperti halnya kesehatan, adalah termasuk kebutuhan pokok (hajat
asasiyah) yang harus terpenuhi dalam diri setiap manusia dalam hidupnya”,[3] berupa menjauhkan diri dari sikap dan sifat bodoh,
menambah wawasan hidup, memenuhi kemajuan gaya dan pola hidup, dan meraih
prestasi untuk mengeksiskan diri dalam kehidupan.[4]
Untuk mewujudkannya dapat direalisasikan di antaranya dengan menampilkan
konsepsi pendidikan seks.
Pendidikan seks sangat diperlukan karena dilatarbelakangi adanya problem yang akhir-akhir ini mendominasi kehidupan masyarakat.[5] Problem itu sangat terkait dengan akhir-akhir ini pergaulan remaja (laki-laki dan wanita) sudah sangat mengkhawatirkan, sudah sangat keblabasan dan kelewat batas. Sering menyaksikan adegan di jalan-jalan, maal-maal maupun angkutan-angkutan umum, sepasang muda-mudi/remaja sedang asyik berciuman, berpelukan, berangkulan dan lain sebagainya.[6] Bahkan di media, anak kita sering disuguhkan hidangan bacaan dan tontonan adegan seks sepasang pemuda-pemudi sedang ber-indihoy atau dengan istilah keren ’kumpul kebo’. Na’uzu billahi min zalik.
Pendidikan seks sangat diperlukan karena dilatarbelakangi adanya problem yang akhir-akhir ini mendominasi kehidupan masyarakat.[5] Problem itu sangat terkait dengan akhir-akhir ini pergaulan remaja (laki-laki dan wanita) sudah sangat mengkhawatirkan, sudah sangat keblabasan dan kelewat batas. Sering menyaksikan adegan di jalan-jalan, maal-maal maupun angkutan-angkutan umum, sepasang muda-mudi/remaja sedang asyik berciuman, berpelukan, berangkulan dan lain sebagainya.[6] Bahkan di media, anak kita sering disuguhkan hidangan bacaan dan tontonan adegan seks sepasang pemuda-pemudi sedang ber-indihoy atau dengan istilah keren ’kumpul kebo’. Na’uzu billahi min zalik.
Pesatnya
arus informasi dan teknologi, yang begitu mudah dapat diakses dengan melalui
internet, HP, televisi, CD, play station dan lain sebagainya. Semua media
informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa, sehingga
perbuatan seks tersebut dianggap lumrah, biasa dan menyenangkan. Di negeri ini,
sebagian besar orang tua kurang terbuka dan membuka diri terhadap anaknya
didalam membicarakan masalah seks. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun
tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan orang tua enggan
atau berat untuk memberikan pendidikan seks pada anaknya.
Kini,
sudah saatnya pendidikan seks diajarkan kepada anak sedini mungkin. Sejak ia
menginjak usia sekolah dasar. Anak-anak dan remaja harus mulai diberi
pendidikan seks yang baik dan benar. Kalau tidak, mereka akan mendapatkan
pengetahuan dan informasi tentang seks dari orang lain. Mungkin dari teman,
buku dan majalah porno, tayangan firlm porno, internet dan lain-lain.
Hal
yang perlu menjadi perhatian bagi orang tua bahwa pendidikan seks diberikan
dalam rangka untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku seksual yang
sering dilakukan oleh anak-anak dan remaja. Pendidikan seks juga sebagai
langkah dan upaya preventif dalam kerangka moralitas agama.[7]
Agama sebagai ukuran dan barometer dalam pendidikan seks. Pendidikan seks yang
baik tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama dan prinsip agama. Ketika
pendidikan seks terlepas dari moral dan kontrol agama, maka kebobrokan moral
anak-anak dan remaja akan semakin mewabah. Para orang tua harus membuang
jauh-jauh anggapan serta pikiran bahwa seks itu tabu untuk dibicarakan, seks
itu kotor, seks itu tidak pantas disampaikan. Sudah saatnya anak harus
dikenalkan dengan pendidikan seks sejak dini. Jika orang tua menginginkan putra-putrinya
tetap berbakti, berakhlak, taat dan menjauhi hal-hal yang dilarang dalam agama
serta menjaga kehormatan orang tua.
Pendidikan
seks dalam Islam pembahasan dan penjabarannya lebih berfokus pada
langkah-langkah pencegahan dan tindakan preventif terhadap penyimpangan
seksual. Pendidikan seks di sini atau pendidikan kesehatan reproduksi anak
adalah sebagai salah satu upaya untuk ’mengerem’ atas berbagai kasus seksual
yang terjadi. Dan ”bukan” semata-mata mengajarkan teknik-teknik bersenggama,
berhubungan seksual, dan lain sebagainya
Sebagaimana menurut Abdullah
Nasih Ulwan menyatakan “pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan
penjelasan kepada anak tentang masalah yang berkaitan dengan seks, naluri, dan
perkawinan”.[8] Pendidikan seks disini, bukanlah
mengajarkan cara-cara berhubungan seks semata, melainkan lebih keadaan upaya
memberikan pemahaman yang benar kepada anak, sesuai dengan tingkat usianya,
mengenai fungsi-fungsi alat seksual dan masalah naluri alamiah yang mulai
timbul.
Nina Surtiretna
mendefinisikan “pendidikan seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang
perubahan biologis psikologis, dan psikososial sebagai akibat perumbuhan dan
perkembangan manusia”.[9]
Pendidikan seks merupakan
perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk
menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan oleh
masyarakat yaitu memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan
organ reproduksi. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan
ajaran agama. Dengan tujuan agar kelak jika anak telah tumbuh menjadi seorang
pemuda dan memahami urusan-urusan kehidupan, ia mengetahui hal-hal yang halal
dan haram. Dengan demikian, diharapkan ia dapat menerapkan perilaku islami yang
istimewa sebagai akhlak dan kebiasaan sehari-hari, tidak mengejar syahwat dan
terjebak ke dalam perilaku hedonisme.
Setiap aktivitas tentunya
memilih arah dan tujuan yang telah direncanakan dan mengharap agar tercapai
dengan baik, begitu pula dengan pendidikan seks. Menurut
Moh. Rosyid yang dikutip oleh Utsman tujuan pendidikan seks adalah:
Memberikan informasi yang benar dan memadai kepada
generasi muda sesuai kebutuhan untuk memasuki masa baligh (dewasa) menjauhkan
generasi muda di lembah kemesuman, mengatasi problem seksual, dan agar
pemuda-pemudi memahami batas hubungan yang baik-jelek atau yang perlu dijauhi
atau lainnya dengan lawan jenis.[10]
Dengan demikian tujuan
diberikannya pendidikan seks, berupaya menyadarkan orang dewasa tentang
pentingnya mengembalikan persepsi mereka pada problem seks yang sesuai dengan
persepsi Islam. Menjadikan anak menjaga diri dan menanamkan aqidah islamiyahnya
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, sehingga terbebas dari pergaulan bebas yang
nantinya menjadi anak berakhlakul karimah.
Pernyataan di atas
jelaslah bahwa akhlak hendaknya selalu menjadi landasan bagi kehidupan manusia. Sebab
kalau tidak demikian, maka kehancuran itu menimpa, baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan
datang. Dengan demikian pendidikan agama Islam mempunyai posisi yang penting,
karena pendidikan agama sebagai sarana pembentukan dan pembangunan pondasi
manusia Indonesia yang mempunyai nilai etik, moral, berkepribadian dilandasi dengan
iman dan bertaqwa, dapat dijadikan sebagai pengendali dan dapat mengokohkan
jiwa. Adanya kendali yang kokoh akan menghasilkan individu-individu yang
berpegang kuat dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pegangan setiap pribadi
yang berakhlakul karimah.
Di titik inilah seharusnya
umat Islam mampu membaca kecenderungan keadaan sehingga mampu mengambil
terobosan pemikiran yang mampu menghadirkan suasana baru. Dalam hal ini orang
tua melalui pendidikan ideal dalam mempersipakna anak menghadapi kehidupan dan
mempersiapkan mereka menjadi generasi yang cerdas dan kukun untuk membangun
masyarakat yang utama serta membentuk generasi yang saleh dan beriman, yang
mampu mandiri dan memberikan dukungan bagi perkembangan masyarakat, dan
berpengaruh dalam peningkatan mutu kehidupan serta mengangkat martabat bangsa.
Dengan berbagai
persoalan tersebut maka penulis mencoba
mengadakan penelitian yang berjudul “Pendidikan Seks Remaja dalam Keluarga
Menurut Perspektif Islam”.
[1] A. Syaefuddin, Percikan Pemikiran Imam Al-Ghazali,(Bandung:
CV Pustaka Setia, 2005), 9
[2] Hujair dan Sanaky, Paradigma
Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta:
Safiria Insania Press, 2003), 4
[4] Moh. Rosyid, Pendidikan Seks (Mengubah Seks Abnormal Abnormal
Menuju Seks Yang Lebih Bermoral), (Semarang:
Syiar Media Publishing, 2007), 83
[5] Ibid.,
[6] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks Untuk Anak Ala Nabi SAW, (Solo:
Pustaka Iltizam, 2009), 15
[7] Ibid., 17
[8] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Seks untuk Anak Ala
Nabi, (Solo: Pustaka Iltizam, 2009), hlm. 21
[9] Nina Surtiretna, Remaja Problema Seks:
Tinjauan Islam dan Medis, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 2
[10] Moh.
Rosyid, Pendidikan Seks Mengubah Seks Abnormal menuju seks yang lebih
bermoral, (Semarang:
Syiar Media Publishing, 2007), hlm. 85
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar