Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan

Analisis Keuntungan Pedagang Kerbau Antar Daerah Di Pasar Hewan Bolu Kecamatan Tallunglipu Kabupaten Toraja Utara (PT-8)

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan yang memiliki corak kebudayaan yang berbeda-beda.  Kebudayaan tersebut merupakan keunikan adat-istiadat yang dijunjung tinggi oleh masing-masing daerah dan sekaligus menjadi identitas dan kebanggaan tersendiri. Hal ini dapat dilihat pada adat budaya masyarakat Tana Toraja yang menggunakan simbol kerbau dalam upacara kematian (Rambu Solo’).  

Upacara kematian (Rambu Solo’) di Tana Toraja sangat berbeda dengan upacara kematian di daerah lain.  Pada upacara kematian (rambu solo’) di Tana Toraja diadakan dengan sangat meriah, mewah dan dilakukan pemotongan kerbau secara besar-besaran.  Pemotongan kerbau secara besar-besaran ini mereka meyakini bahwa kerbau inilah yang membawa roh si mati menuju nirwana alam baka.     

 Patty (2006) bahwa keseharian masyarakat Tana Toraja tidak bisa dipisahkan dari kerbau ini berlangsung hingga sekarang bahkan sebelum ada uang dijadikan sebagai alat transaksi modern hewan bertanduk ini bisa ditukar dengan benda yang lain.  Selain memiliki nilai ekonomi yang  tinggi juga melambangkan kesejahteraan sekaligus menandakan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya di mata masyarakat.  Dan juga kerbau dianggap suci sebagai hewan kurban dalam upacara kematian.  

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Keuntungan Usaha Sapi Potong Sistem Intensif di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo (PT-7)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengembangan usaha sub sektor peternakan merupakan salah satu bagian yang terintegral dengan pembangunan  sektor pertanian dalam upaya pengembangan dan peningkatan ekonomi  bangsa dan negara. Pengembangan usaha sub sektor  peternakan sebagai salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat  akan kebutuhan protein  hewani.

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang bersumber dari hewan ternak. Daging dapat dihasilkan dari berbagai komoditas peternakan seperti ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar seperti sapi merupakan salah satu jenis ternak yang memilki peranan penting sebagai penghasil daging dengan kualitas dan kuantitas cukup baik. Jenis atau bangsa sapi yang terdapat di Indonesia sebagai penghasil daging adalah sapi potong seperti bangsa  sapi Bali, sapi Madura, sapi Peranakan Ongole (PO), dan sapi Brahman Cross.

Pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat berkaitan erat dengan suplai daging dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh suplai yang memadai. Menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (APFINDO), pada tahun 2009 kebutuhan daging nasional sebesar 399.535 ton. Dari kebutuhan tersebut, sebanyak 66,2 % dipenuhi dari pemotongan sapi-sapi lokal, selebihnya dipenuhi dari impor daging, jeroan, dan sapi bakalan. Total impor daging tahun 2009 mencapai 75.000 ton dan naik menjadi 120.000 ton pada tahun 2010. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sekitar 237 juta jiwa. Jumlah ini dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Kondisi ini tentu saja menjadikan kebutuhan protein hewani juga bertambah.  Dengan  demikian,  usaha  penggemukan  sapi  potong  sebagai  salah satu pemasok protein hewani memiliki prospek yang cerah (Yulianto dan Saparinto, 2011).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Penerimaan Sub Sektor Peternakan Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten, Sulawesi Selatan (PT-6)

Kegiatan investasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembangunan karena investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Investasi merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi sebab investasi dapat menciptakan pendapatan dan dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Investasi diharapkan berdampak pada pembangunan nasional maupun wilayah, penyerapan tenaga kerja yang bisa diserap pada sektor pertanian maupun peternakan. Oleh karena itu, pengambil kebijakan di daerah harus mampu memilih sektor-sektor yang dapat dijadikan unggulan bagi daerahnya sehingga berdampak positif bagi pembangunan wilayah.
            Berkaitan dengan investasi, maka diera otonomi daerah ini setiap wilayah harus mampu mengembangkan berbagai sektor yang potensial untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Kabupaten Pangkep mengusahakan sumber - sumber pendapatan dari berbagai sektor yang menjadi unggulan terutama dalam peningkatan PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto).
            Di Kabupaten Pangkep pembangunan ekonomi regional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategi Pembangunan Propinsi dituntut untuk melakukan reorientasi pembangunan dengan mengutamakan kekuatan inti (core business) perekonomian yang mempunyai prospek dalam skala regional maupun nasional. Core business Pangkep adalah bidang agribisnis dengan penetapan kawasan-kawasan yang berbasis agribisnis. Upaya untuk mewujudkan pembangunan agribisnis di Pangkep, yaitu dengan menetapkan fokus komoditas yang akan dikembangkan dengan menetapkan komoditas unggulan serta kawasan sentra produksinya berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimiliki oleh setiap komoditas.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Pendapatan pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim-Ternak Sapi Potong (Integrated Farming System) di Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai (PT-5)

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti luas. Dengan adanya kebijakan pembangunan sebagaimana tertuang dalam  amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dicanangkan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005, maka pembangunan pertanian perlu melakukan pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan sub sektor yang lain di bawah naungan sektor pertanian serta membangun ketahanan pangan yang mantap. Untuk merespon sasaran dalam RPPK tersebut,  pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan telah penetapkan Program Percepatan Pembangunan Pertanian dengan menetapkan 4 komoditi utama sebagai sasaran yakni padi (beras), kakao, udang dan ternak sapi. Program ini telah menetapkan sasaran utama yaitu Surplus 2 juta ton beras tahun 2009, pencapaian sejuta ekor sapi tahun 2013, dan revitalisasi perkebunan kakao dan tambak udang. Dalam penetapan sasaran keempat komoditi tersebut, masing-masing dinas terkait sebagai penanggung jawab program membuat target secara terpisah, padahal jika dipandang bahwa usaha pertanian secara umum sebagai suatu sistem, keempat program tersebut harusnya di jalankan secara terintegrasi dan terpadu (Ali dkk,  2011 : 2).
Salah satu usaha sistem pertanian terpadu yaitu sistem integrasi tanaman-ternak. Contohnya sistem integrasi tanaman smusim-ternak sapi potong  yang merupakan intensifikasi sistem usaha tani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sapi potong sebagai bagian kegiatan usaha. Sistem integrasi tanaman semusim- ternak sapi potong sebagai salah satu upayah untuk meningkatkan produksi sapi potong yang merupakan penyumbang daging terbesar terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan dan meningkatkan pendapatan peternak.
Kabupaten Sinjai khususnya Kecamatan Sinjai Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dibidang pertanian dan peternakan yang memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat, dimana sebagaian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani-ternak. Hal ini di dukung oleh ternak sapi potong yang berjumlah 5.991 Ekor serta lahan pertanian seluas (1.568,00 Ha) yang teridiri dari pengairan setengah teknis (300 Ha), Pengairan sederhana, (209,00 Ha) dan lahan Tada Hujan (1059 Ha) (Data Badan Pusat Statistik, 2009).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Kualitas Fisik Susu Sapi Segar Di Gunung Perak Kabupaten Sinjai (PT-4)



Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang populasinya tersebar luas di seluruh Indonesia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya dapat mendukung pengembangan sapi perah. DiGunung Perak Kabupaten Sinjai Selawesi Selatan merupakan daerah fokus pengembangan sapi perah di Indonesia bagian Timur dengan produksi susu rata-rata pertahun mencapai 54750 liter/tahun (Malaka, 2010). Produksi  susu yang dihasilkan dari ternak sapi perah  di Gunung Perak memang belum mampu mensuplai kebutuhan susu masyarakat di Sulawesi Selatan.Hal ini disebabkan permintaan yang terus bertambah dari berbagai konsumen. Diantaranya adalah pengolahan susu segar menjadi susu kemasan yaitu produk susin. Kebutuhan akan susu segar yang semakin lama semakin meningkat haruslah diimbangi dengan peningkatan kualitas susu untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas peternakan sapi perah di Gunung Perak.
Susu dipandang dari segi peternakan adalah suatu sekresi kelenjar-kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang sedang laktasi dan dilakukan pemerahan yang sempurna, tidak termasuk kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi suatu komponen.Susu merupakan bahan makanan yang baik bagi manusia karena susu banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tetapi di lain pihak, susu juga merupakan media yang baik dan sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. Higiene dan sanitasi susu harus diperhatikan agar dapat diperoleh susu segar yang berkualitas baik.
Kualitas susu yang tidak stabil dan sering tidak menentu menyebabkan penjualan susu segar dari peternakan sapi perah dan koperasi sintari menurun. Susu pasteurisasi sering terkendala pada kualitas susu segar  sehingga kepercayaan konsumen sering berubah-ubah pula.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga Dan Pendidikan Terhadap Pembelian Daging Ayam Broiler Di Perumahan Dosen Unhas Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar (ILK-6)



Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian, dimana sub-sektor peternakan memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan makanan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, dan peningkatan rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia serta meningatnya taraf hidup petani peternak. Menigkatnya kesadaran masyarakat mengenai kebutuhan mengkonsumsi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup, juga ikut mempengaruhi peningkatan jumlah permintaan serta kebutuhan masyarakat akan bahan makanan yang memiliki nilai protein yang cukup tinggi, seperti daging, susu dan telur.
Salah satu usaha yang berkembang adalah peternakan ayam broiler.  Usaha ayam broiler di Indonesia tidak saja terbatas di kota-kota besar, melainkan sudah sampai ke pelosok desa di tanah air kita ini. Hal ini disebabkan oleh kelebihan yang dimiliki ayam broiler yaitu bisa memberikan keuntungan yang cepat sebab sampai saat ini, diantara ternak peliharaan yang ada barulah ayam broiler yang paling cepat menghasilkan, sehingga cepat pula bisa mengatasi kekurangan daging di pasaran.
Ayam broiler sebagai salah satu jenis komoditi bahan makanan yang mengandung nilai protein yang cukup tinggi tersebut tentunya juga mengalami peningkatan permintaan pasar, hal ini tentunya membuat akan banyaknya bermunculan para peternak-peternak ayam broiler baru ataupun peternak ayam broiler yang lama akan meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan stock ayam broiler di pasar, dan tentunya dapat mengoptimalisasikan keuntungannya.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Subtitusi Fosfat Dengan Asap Cair Terhadap Kualitas Nugget Dada Broiler Prarigor Dan Pascarigor (PT-20)



Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam yang semakin tinggi khususnya daging broiler yang jadi pilihan. Daging broiler menjadi pilihan karena dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi yang mengonsumsinya karena memiliki cita rasa yang enak dan kandungan gizinya yang lengkap. Disamping itu broiler dapat dipanen dan dipasarkan dengan cepat.
            Masyarakat mengenal dua bentuk produk yang dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani yakni daging segar dan daging olahan. Pada umumnya pengolahan dilakukan bertujuan untuk mempertahankan daya simpan suatu produk bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan, memberikan nilai tambah dan cita rasa suatu produk, serta  meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu perlu di lakukan suatu usaha agar kandungan gizi pada daging dapat di pertahankan. Salah satu produk olahan yang menggunakan daging adalah nugget.
            Nugget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi, di mana kualitas nugget ditentukan oleh karakteristik daging yang digunakan  sebagai bahan baku. Kemampuan untuk mengikat air dan lemak untuk menstabilkan emulsi merupakan sifat yang penting untuk produk emulsi, sehingga di peroleh produk yang memiliki sifat fisik dan sensorik yang optimal. Daging segar dari fase rigor yang berbeda memiliki karakteristik  yang berbeda sebagai bahan baku.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Perbedaan Protokol Induksi Berahi Terhadap Lama Berahi Pada Sapi Perah Di Kabupaten Sinjai (PT-22)



Kabupaten Sinjai merupakan salah satu Kabupaten yang berusaha mengembangkan sapi perah. Besarnya apresiasi dari pihak birokrasi dan masyarakat serta iklim yang mendukung untuk menjadikan Kabupaten Sinjai menjadi sentrum pengembangan sapi perah. Pengembangan sektor peternakan di Kabupaten Sinjai mendapat perhatian dari pemerintah, terbukti dengan ditetapkannya Kabupaten Sinjai dalam program Gerbang Mas sektor  peternakan.  Kabupaten Sinjai memiliki iklim dan letak geografis yang menguntungkan. Disamping itu potensi lahan yang luas  untuk pengembangan sektor ini masih luas dan tersedianya pakan yang melimpah merupakan salah satu indikator dipilihnya Kabupaten Sinjai dalam pengembangan program Gerbang Mas di sektor Peternakan.  Salah satu upaya dalam pengembangan ini yaitu pengembangan sapi perah, penggemukan sapi potong, pengembangan kambing Bour. Dalam pengembangan sapi perah, dimulai pada tahun 2002, yang setiap tahunnya populasinya bertambah, awalnya hanya 73 ekor kini telah mencapai 199 ekor (Anonim, 2011a).
Faktor keberhasilan sapi perah salah satunya tergantung pada penampilan reproduksi yang berhubungan dengan efisiensi reproduksi. Penampilan reproduksi yang baik akan menunjukkan nilai efisiensi reproduksi yang tinggi, sedangkan produktifitas yang masih rendah dapat diakibatkan oleh berbagai faktor terutama yang berkaitan dengan efisiensi reproduksi. Faktor yang berpengaruh seperti kekurangan pakan sehingga menyebabkan penurunan kondisi tubuh yang berdampak pada  sulitnya berahi terdeteksi, atau berahi tapi tidak nyata (silent heat), atau ada berahi tetapi tidak terjadi ovulasi. Dalam hal ini sapi mampu bunting, tetapi kemudian kekurangan pakan, maka kemungkinan besar akan terjadi keguguran (Putro, 2009).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Level Asap Cair Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Daging Sapi Bali Prarigor Pada Otot Longissimus Dorsi (PT-26)



Daging merupakan salah satu jenis hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bahan pangan, daging merupakan sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang cukup lengkap. Sama halnya dengan bahan pangan hewani lainnya seperti, susu, telur dan lain-lain, daging bersifat mudah rusak akibat proses mikrobiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani dengan baik.
Proses biokimia yang berlangsung sebelum dan setelah ternak mati sampai terbentuknya rigor mortis pada umumnya merupakan suatu kegiatan yang besar perannya terhadap kualitas daging yang akan dihasilkan pascarigor. Kesalahan penanganan pascamerta sampai terbentuknya rigor mortis dapat mengakibatkan mutu daging menjadi rendah ditandai dengan daging yang berwarna gelap (dark firm dry) atau pucat (pale soft exudative) ataupun pengkerutan karena dingin (cold shortening) atau rigor yang terbentuk setelah pelelehan daging beku (thaw rigor) (Abustam, 2009).
Perubahan otot menjadi daging meliputi perubahan sifat fisikokimia otot akibat perubahan-perubahan secara biokimia dan biofisik pada saat prarigor, rigormortis dan pascarigor.  Namun salah satu kendala pada sifat fungsional daging yaitu, adanya keterbatasan daging untuk  mengikat air  atau daging sapi fase prarigor hanya dapat bertahan sekitar 6-8 jam.  Dengan keterbatasan waktu yang mengharuskan daging tersebut haruslah segera diolah pada saat daging tesebut masih dalam fase prarigor mortis.  Salah satu cara untuk mempertahankan sifat fungsional yang dimiliki daging adalah dengan adanya penambahan bahan tambahan yang bisa mempertahankan sifat fungsional daging dan juga bisa menghasilkan kualitas yang baik pada daging tersebut.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pedagang Pengecer Ayam Buras Di Makassar (PT-30)

Peternakan merupakan salah satu sumber perekonomian khususnya bagi petani peternak. Dengan memperdagangkan ternak, petani peternak dapat memenuhi kebutuhan keluarga seperti menyekolahkan anak dan biaya kesehatan, bahkan pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga.
            Usaha peternakan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pembangunan sektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani peternak, selain itu membuka lapangan kerja dan kesempatan untuk berusaha, oleh karena itu pembangunan sektor peternakan perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan melalui kemampuan pengelolahaan dan penerapan teknologi yang tepat (Murtidjo,1992).
Telur dan daging ayam buras memiliki pangsa pasar tersendiri. Hal ini ditunjukkan oleh harganya yang melebihi telur dan daging ayam ras serta konsumennya banyak. Ayam buras merupakan salah satu unggas lokal yang umumnya dipelihara petani di pedesaan sebagai penghasil telur tetas, telur konsumsi, dan daging. Selain dapat diusahakan secara sambilan, mudah dipelihara dengan teknologi sederhana, dan sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan mendesak unggas ini mempunyai prospek yang menjanjikan, baik secara ekonomi maupun sosial, karena merupakan bahan pangan bergizi tinggiserta permintaannya cukup tinggi. Pangsa pasar nasional untukdaging dan telur ayam buras masing-masing mencapai 40% dan 30%.  Hal ini dapat mendorong peternak kecil dan menengah untuk mengusahakan ayam buras sebagai penghasil daging Produktivitas ayam buras yang dipelihara secara tradisional masin rendah, antara lain karena tingkat mortalitas tinggi, pertumbuhan lambat, produksi telur rendah, dan biaya pakan tinggi. Produksi telur ayam burasyang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari.Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha tani ayam buras, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari tradisional ke arah agribisnis (Suryana dan Agus, 2008).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Intensitas Penyuluhan Dan Karakteristik Teknologi Budidaya Sapi Potong Terhadap Jenis Adopsi Inovasi Oleh Peternak Di Desa Simpursia Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo (PT-29)

Dalam pembangunan nasional, sektor peternakan lebih bersinggungan dengan software (perangkat lunak) yang salah satunya adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini dikarenakan produk peternakan adalah sumber esensial protein hewani yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kecerdasan manusia. Subsektor peternakan dapat dikatakan sebagai subsektor yang strategis, karena permintaaan akan protein hewani oleh masyarakat terus meningkat.
   Salah satu usaha dalam subsektor peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu usaha budidaya sapi potong. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil bahwa budidaya sapi potong memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak atau menguntungkan secara finansial.  Penelitian Soebroto (2009) menunjukkan hasil, bahwa budidaya ternak sapi potong sangat menguntungkan karena dengan minimal 4 ekor sapi tiap kandang, hanya dalam waktu 1 tahun, BEP (Break Even Point) dicapai pada tingkat penjualan Rp 15.200.000,- dengan B/C ratio 1,126.
Menurut Rahim (2010) bahwa pengembangan sapi potong di Indonesia pada saat sekarang ini maupun dimasa yang akan datang sangat menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan atau kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi protein hewani yang bersumber dari daging. Oleh karena itu petani peternak dan pengusaha ternak sapi potong serta instansi pemerintahan sangat dituntut meningkatkan kuantitas dan kualitas sapi potong untuk memenuhi permintaan konsumen. Kuantitas dan kualitas ternak sapi potong dalam hal ini sapi Bali perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius, karena ada banyak faktor yang berpengaruh dalam pengembangannya seperti genetik dan lingkungan.            

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Persentase Berat Karkas Dan Berat Lemak Abdominal Broiler Yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus), Tepung Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Dan Kombinasinya (PT-3)

PENDAHULUAN

            Broiler merupakan jenis ras unggul hasil persilangan yang dihasilkan dari jantan strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan strain bertulang tinggi putih. Sektor perunggasan  terutama ayam  ras pedaging masih menjadi prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan protein  hewani  manusia. Mengingat sifat-sifat unggulnya yaitu tidak memerlukan   tempat   luas   dalam   pemeliharaan, bergizi tinggi, pertumbuhan cepat dan   efisien   mengkonversikan   makanan   menjadi   daging sehingga  cepat mencapai usia berat jual dengan bobot badan yang tinggi. Tetapi mempunyai  kecenderungan sifat  perlemakan  yang  tinggi  pula,  karena  diikuti adanya gen pembentuk lemak.    

Industri broiler di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan yang harus segera diatasi. Masalah pertama adalah  rendahnya efisien produksi daging broiler, yang disebabkan oleh tingginya harga pakan broiler. Masalah kedua adalah tuntutan konsumen yang menghendaki daging broiler yang rendah lemak serta bebas residu. Untuk itu diperlukan feed supplement yang mampu menurunkan kadar lemak daging serta mampu menghasilkan daging yang sehat bagi konsumen.     


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan