Perbandingan Nilai Tambah Dan Keuntungan Berbagai Produk Olahan Pangan Pada Kube Teratai (Kelurahan Kraksaan Wetan Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo) (PRT-119)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
              Dalam pola dasar pembangunan Jawa Timur 2001-2005 disebutkan bahwa, misi utama pembangunan daerah Jawa Timur adalah mengembangkan perekonomian terpadu yang berorientasi global berbasis potensi daerah dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya alam yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta mampu memberdayakan ekonomi rakyat sehingga. Sektor    pertanian mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Banyak bahan alami Indonesia khususnya tumbuhan yang mempuyai prospek   untuk dijadikan makanan tambahan atau dijadikan suatu produk olahan pangan. berpijak dari hal tersebut pembangunan pertanian ke depan diarahkan kepada pengembangan usaha agribisnis baik itu skala industri kecil ataupun besar yang mampu berdaya saing serta berkelanjutan

              Sejalan dengan hal tersebut, program peningkatan pertanian Jawa Timur difokuskan pada peningkatan ketahanan pangan berwawasan agribisnis, pemberdayaan ekonomi petani, peternak dan nelayan, serta peningkatan produksi dan daya saing komoditas ekspor (Imam Utomo, 2000). Ketiga hal tersebut saling terkait, dalam arti bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan yang berwawasan agribisnis dan peningkatan daya saing industri-industri kecil rumah tangga yang kontribusinya sangat besar untuk pengembangan ekonomi daerah, baik itu skala industri kecil atau menengah yang mampu memberi nilai tambah bagi suatu pengembangan  perekonomian daerah.   

             Pembangunan sektor pertanian untuk sangat ini lebih mengarah pada pola pengembangan industri agribisnis baik itu industri pengolahan pangan ataupun yang lebih mengarah pada pembinaan pengrajin atau pengusaha industri kecil dan menengah guna meningkatkan sumber daya manusia, dan meningkatkan kualitas hasil produksi serta peningkatan pelayanan informasi dan perijinan sektor industri kecil, dimana keberhasilan pelaksanaan pembangunan pemerintah dilaksanakan melalui program dan kegiatan pembangunan antara lain: pengembangan Industri Rumah Tangga (IKM), peningkatan kemampuan teknologi industri dan penataan struktural industri kecil. Oleh karena itu di Kabupaten Probolinggo tepatnya di Kecamatan Kraksaan dibentuklah suatu kelompok usaha bersama (KUBE) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang skala usahanya termasuk skala industri kecil serta pendirianya dipelopori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Teratai.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Peranan Kelompok Tani Dalam Penyampaian Teknologi Baru Pada Petani Anggota Di Desa Boluroto Dan Banjarejo Kecamatan Manjarejo Kabupaten Blora (PRT-116)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dan dominan, hal ini ditunjukan  dengan banyaknya  penduduk  yang  tergantung  pada  pertanian. Namun  melihat  perkembangan yang  terjadi,  pertanian  di  Indonesia  belum maksimal. Mulai dari  input  yang  digunakan           sampai  output    yang dikeluarkanpun belum bisa diandalkan.

Keadaan  tersebut  banyak disebabkan oleh  berbagai  faktor,  mulai dari keputusan petani dalam menentukan komoditas, penggunaan faktor produksi, panen,  serta pasca panen yang masih tradisional. Selain itu pengetahuan dan pengalaman petani juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari usaha tani yang dilaksanakan oleh petani.

Guna  menunjang  perkembangan  pertanian  perlu  diteruskan          dan disempurnakan  usaha penyuluhan   dan  pendidika pertanian,   juga   perlu dilanjutkan  perbaikan   dan  perluasan   prasarana,   pembukaan   lahan   baru, penyediaan  berbagai  sarana  prosuksi yang  memadai,  kemudian  penyediaan kredit dengan syarat yang tidak terlalu membebani bagi petani, serta penelitian dan  pemilika teknologi   yang  tepat,  yang  disebarkan keseluruh  daerah masyarakat petani ( Anonymous, 1988 ).

Untuk  mewujudkan  sasaran  pembangunan  pertanian  serta  merespon perkembangan  globalisasi   perekonomian   dan   tuntuta konsumen   yang semakin menekan pada aspek kontinuitas dan kualitas produk, maka pada PJP II  pemerintah  telah  menekankan  konsep sistem  agribisnis  pembangunan pertanian  (Badan  Agribisnis,1995  dan  saragih,1998  b) melalui  SK.Manteri Pertanian    R.I No.96/KPTS/OT.210/2/94,  tentang  pembentukan       badan agribisnis yang  mempunyai  tugas     pokok    melakukan  pembinaan    dan pengembangan agribisnis.  Pendekatan  agribisnis  lebih  menekankan            pada aspek  manajemen penguasaan  pasar  (kebutuhan  dan  harapan  konsumen) tentang kualitas dan kuantitas produk, daya saing dan penggunaan teknologi.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Pendapatan Dan Perkembangan Usahatani Bawang Merah (Allium Ascalonicum.L) Di Kabupaten Nganjuk (PRT-115)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan di sektor pertanian merupakan salah satu hal yang penting yang  harus dilakukan  dalam  rangka  mensukseskan  pembangunan  nasional. Sektor pertanian merupakan  salah satu sektor penunjang yang sangat penting dari pembangunan ekonomi di Indonesia.

Pemerintah akhir-akhir ini menaruh perhatian yang sangat besar untuk mengembangkan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Komoditas hortikultura telah mendapatkan perhatian tersendiri di samping tanaman pangan. Pengembangan komoditas  tersebut juga mendapatkan perhatian cukup penting di tingkat daerah khususnya di Jawa  Timur, sehingga perlu terus ditingkatkan untuk membantu petani dalam meningkatkan produksi dan pendapatan mereka (Soekartawi, 1994).

Ekonomi Nganjuk merupakan ekonomi agraris yang ditunjukkan dengan lahan sebesar 35,13% untuk areal persawahan, 11,79% tegal, 0,21% perkebunan 39% hutan dan hanya 12,53% yang digunakan sebagai wilayah pemukiman. Sektor  pertanian  masih  merupakan sektor  dominan  di  Kabupaten  Nganjuk, terutama pertanian  tanaman pangan. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor ini dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih sangat besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lain.



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus Di Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang) (PRT-114)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan telah mencapai hasil yang memuaskan yaitu telah dicapainya swasembada pangan (beras) pada tahun  1984. Secara bertahap perhatian pemerintah dalam kegiatan penyuluhan telah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan petani serta titik berat penyuluhan   telah   bergeser   dari   budidaya  tanaman   kepada   manusia   yang membudidayakan tanaman tersebut yaitu petani. Berbagai pendekatan penyuluhan pertanian   yang   telah   dilaksanakan   di   Indonesia   antara   lain   :   pendekatan penyuluhan pertanian secara umum, secara komoditas, latihan dan kunjungan, partisipasi,  proyek,  sistem  usahatani,  sumber  dana  dan  secara  kelembagaan pendidikan (Suhardiyono, 1990).

Peran agen  penyuluhan  pertanian  adalah  membantu  petani  membentuk pendapat          yang       sehat dan membuat keputusan yang                baik dengan          cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang mereka perlukan. Peran utama penyuluh dari  banyak negara pada massa lalu dipandang sebagai ahli teknologi dari peneliti ke petani.  Sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses  membantu  mereka  untuk  mengambil keputusan  sendiri  dengan  cara menambah pilihan-pilihan bagi mereka dan  menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut (Van den Ban dan  Hawkins, 1999).

Perencanaan penyuluhan pertanian di daerah di dasarkan atas kegiatan penyuluh,   bukan atas  dasar  kebutuhan  petani.  Dalam  sistem  desentralisasi, penyelenggaraan  penyuluhan pertanian  seharusnya  didasarkan  atas  kebutuhan lokal.   Para   petani   perlu   diberi  kesempatan   untuk   berperan   aktif   dalam memperbaiki             mutu penyuluhan pertanian sesuai dengan   kebutuhannya. Kemampuan          petani untuk          berubah sesuai     dengan                   perubahan             lingkungan masyarakat  kini  semakin  tinggi.   Begitu pula  dengan  kemampuannya  untuk menerapkan inovasi baru dibidang pertanian karena adanya perubahan teknologi yang terjadi pada masyarakat sekitarnya. (Harun, 1996)
Kesediaan             petani     bekerjasama          dengan   penyuluh pertanian akan memudahkan penyuluh pertanian dalam mentransfer program penyuluhan yang telah  ditetapkan. Kerjasama tersebut misalnya dalam bentuk, kesediaan petani untuk aktif dalam pertemuan, pembuatan rencana kelompok, pengadaan saprodi, pengendalian           hama       dan penyakit dengan           pengendalian        hama                terpadu, pemeliharaan  dan  pengelolaan  irigasi,  pemasaran  hasil  dan  kegiatan  yang diadakan oleh penyuluh pertanian  lainnya misalnya : diskusi, kursus, sarasehan dan lainnya (Anonymous, 2000).


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis kopi arabika di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan (PRT-107)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Jenis kopi yang pertama dimasukkan ke Indonesia adalah kopi arabika (Coffea arabica) tahun 1696 – 1699 yang menyebar ke P. Jawa.  Selama seabad kopi arabika merupakan satu-satunya komoditi komersiil yang ditanam Belanda di Indonesia.  Kemudian mengalami serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) tahun 1876, akibatnya kopi arabika hanya ditanam di daerah dengan ketinggian diatas 1.000 m dpl, dimana serangan penyakit karat daun tidak begitu menghebat.

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor andalan sub sektor perkebunan yang mempunyai peranan cukup besar dalam menghasilkan devisa negara dan sumber pendapatan petani.   Devisa yang dihasilkan tahun 1995 mencapai 606.396 US $ dari ekspor sebanyak 230.201 ton kopi.  Sampai tahun 1996 luas pertanaman kopi di Indonesia mencapai 1.178.363 Ha dengan produksi 478.581 ton.  Dari total luas areal tersebut 1.120.147 Ha (95,06%) dikelola oleh rakyat sedangkan 25.616 Ha dikelola oleh Perkebunan Besar Negara dan 32.600 Ha oleh Perkebunan Besar Swasta.

Produksi kopi Indonesia didominasi kopi robusta (90%) padahal pangsa pasarnya tidak lebih 30%, sedang jenis kopi arabika yang dipasaran Internasional mempunyai pangsa pasar sekitar 70%, justru masih relatif sedikit ditanam, padahal harga jualnya relatif lebih tinggi.  Kopi arabika di Indonesia dengan luasan hanya 3,6% dari luas areal kopi, sedang ditinjau letak geografisnya adalah merupakan daerah potensi tanaman kopi robusta dan arabika.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan