Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan
Indonesia yang perkembangannya sangat pesat. Namun minimnya sarana pengolahan,
lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses
pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu merupakan penyebab beragamnya mutu
kakao yang dihasilkan (Anonim, 2009). Seperti masalah pada biji kakao lindak
terutama pada biji kakao hasil olahan petani adalah mutunya dinilai rendah,
karena keasaman biji yang tinggi, flavor yang rendah, adanya biji-biji kakao yang tidak
difermentasi, tercampur rasa sepat, serta ukuran biji tidak seragam (Wahyudi,
1988). Sementara kualitas kakao yang digunakan sangat
menentukan produk yang dihasilkan. Sehingga industri pengolahan kakao
kebanyakan membutuhkan kakao yang berkualitas yaitu biji kakao yang fermentasi.
Tujuan fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga
perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi, seperti warna keping
biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji dan untuk
melepaskan selaput lendir. Dalam proses fermentasi terjadi penurunan berat sampai 25% (Anonim,
2009). Selama fermentasi biji kakao berlangsung mengalami perubahan. Perubahan ini dibantu oleh aktivitas enzim yang dapat
menghidrolisis : Polifenol menjadi antosianin, protein pada biji menjadi asam amino dan polipeptida lainnya, ada pula perubahan gula menjadi alkohol. Alkohol akan dikonversi selanjutnya menjadi asam
organik, selain itu akan terbentuk kompleks flavonoid yang
mengakibatkan warna coklat pada biji kakao, sedangkan antosianin sebagai hasil
hidrolisis polifenol dapat mengubah warna biji menjadi ungu (Biehl, 1984).
Perlakuan
penyangraian (roasting) dan
alkalinisasi biji kakao yang difermentasi dengan pH rendah menghasilkan warna
yang sangat baik, tetapi konsentrasi aromanya
rendah (J. Serba Bonvehi, et all.,
2002). Diketahui bahwa prekursor penting untuk pembentukan komponen aroma
yang khas pada kakao yaitu dihasilkan selama proses fermentasi. Demikian pula
bahwa aroma khas pada kakao diperoleh dari fraksi peptida yang diisolasi dari
biji kakao yang difermentasi, dan setelah disangrai didapatkan asam amino bebas
dan gula reduksi (Mohr et all.,
1976).
Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini