Analisis Kinerja Jalur Pemasaran Dan Prospek Pasar Susu Kambing (Studi Di Agriculture Technical Mission Republic Of China) (PRT-84)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemerintah menaruh perhatian besar terhadap perbaikan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk tujuan tersebut salah satu upaya yang dapat ditempuh ialah melalui penyediaan protein hewani baik berupa susu, daging maupun telur.
            Masyarakat Indonesia membutuhkan rata-rata 50 gram protein per hari,   20 persen diantaranya berasal dari ternak dan ikan. Protein yang berasal dari ternak cukup 4 gram per hari (Siregar, 1992).
            Susu dan produk yang terbuat dari susu merupakan komoditas unggulan untuk dikembangkan, karena merupakan salah satu jenis komoditas strategis utama dalam hal pemenuhan gizi, kesehatan dan taraf hidup bangsa Indonesia. 
            Susu kambing belum dikenal secara luas seperti halnya susu sapi. Hal ini terjadi karena adanya segmentasi pasar, yaitu jumlah konsumen yang terbatas. Rendahnya animo masyarakat terhadap konsumsi susu kambing, antara lain disebabkan adanya citra bahwa susu kambing memiliki bau khas kambing yang tajam.  Selain itu, air susu yang paling banyak dikonsumsi manusia selama ini berasal dari susu sapi, sehingga apabila hanya disebutkan “minum susu” umumnya akan dikonotasikan sebagai minum air susu sapi. Hal ini tentunya sangat disayangkan, karena susu kambing memiliki nilai gizi tinggi dengan keistimewaan  tersendiri dibandingkan dengan susu sapi. Salah satu alternatif dengan mengolah susu kambing menjadi produk olahan, seperti susu pasteurisasi, yoghurt, permen dan lainnya untuk meningkatkan nilai guna produk susu kambing agar digemari oleh konsumen. Menurut Sodiq dan Abidin (2002) yang mengutip hasil penelitian Small Ruminant Production System Network for Asia (SRUPNA), menyatakan bahwa susu kambing mudah dicerna oleh manusia dan tidak menimbulkan Lactose Intolerance, karena jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan homogen lebih banyak terdapat pada susu kambing. Khasiat susu kambing, antara lain untuk asma, anemia, thalesemia, memperlambat osteoporosis, mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan kesehatan tubuh.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisa Perbandingan Pendapatan Petani Kedelai Anggota APKKI dan Non-Anggota APKKI” (Studi Kasus di Kecamatan Pilang Kenceng Kabupaten Madiun) (PRT-94)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh para peneliti tanaman pangan untuk membantu pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Akhir-akhir ini, swasembada beras yang telah dicapai Indonesia pada tahun 1984 tampaknya menghadapi berbagai tantangan seperti menurunnya laju pertumbuhan produktivitas, alih fungsi lahan pertanian yang subur untuk keperluan non-pertanian, serta pemanfatan lahan lain belum optimal. Tantangan yang serupa juga dihadapi oleh berbagai komoditas pangan yang lain seperti jagung dan kedelai.

Permintaan terhadap kedelai pada tahun 2000 diproyeksikan mencapai sekitar 3,4 juta ton, sementara produksi nasional dewasa ini baru sekitar 1,5 juta ton setiap tahun. Pemerintah terpaksa mengimpor sekitar 0,7 juta ton kedelai setiap tahunnya guna untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Dalam rangka menekan atau mengurangi ketergantungan akan impor, produksi kedelai dalam negeri perlu lebih ditingkatkan.

Berbagai upaya telah dan sedang dilaksanakan pemerintah untuk mendorong produksi kedelai, antara lain melalui program intensifikasi (Inmum, Insus, Supra Insus) dan ekstensifikasi (Upsus, Opsus). Untuk mendukung keberhasilan program tersebut, penyediaan varietas unggul memegang peranan penting, disamping ketersediaan teknologi budidaya lain, sarana produksi, dan jaminan pasar yang baik (Arsyad, D.M. dan Asadi, 1991)

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Strategi Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tani Di Kabupaten Blitar (PRT-93)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Berdasarkan PROPENAS 2001 – 2004 dan program pembangunan pertanian 2001 – 2004, dimana pembangunan pertanian dilaksanakan melalui dua program yaitu “Program Pengembangan Agribisnis” dan “Program Peningkatan Ketahanan Pangan”. Operasional program dilaksanakan dalam bentuk pengembangan kawasan agribisnis dan ketahanan pangan.

Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun1999 tentang Pemerintah Daerah, peran pemerintah telah berubah dari pelaksana menjadi fasilitator, akselerator dan regulator program pembangunan. Program pembangunan yang dimaksud adalah program pembangunan pertanian. Dewasa ini ada suatu perubahan yang begitu mendasar dalam pengembangan bidang pertanian dimana perubahan manajemen pembangunan pertanian menuntut perubahan sikap dan perilaku aparat pemerintah dalam menggerakkan partisipasi aktif masyarakat, meningkatkan investasi swasta, serta memberdayakan masyarakat pelaku agribisnis ( petani dan pengusaha swasta disektor pertanian ).

Untuk mendukung proses perubahan tersebut, maka program pembangunan pertanian dilakukan melalui : (1). Penerapan berbagai pola pemberdayaan masyarakat pelaku pembangunan agribisnis, baik petani maupun pengusaha swasta dan aparatur, (2). Fasilitas bagi terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas dan kegiatan ekonomi masyarakat serta merangsang tumbuhnya investasi masyarakat dan dunia usaha, (3) Fasilitas penyedia sarana dan prasarana fisik yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan publik untuk mendukung sektor pertanian serta lingkungan usaha secara luas, dan (4) Fasilitas dalam rangka percepatan akselerasi pembangunan di wilayah kabupaten.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Motivasi Terhadap Perilaku Kerja Petani Tebu (Studi di Kecamatan Gurah Kabupaten ... (PRT-92)

BAB  I
 PENDAHULUAN

1.       1.   Latar Belakang
Masalah konsumsi dan pemenuhannya akan tetap merupakan agenda penting kini dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Status konsumsi pangan penduduk sering dipakai sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena itu, krisis penyediaan pangan akan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik. Oleh karena pemerintah terus berupaya untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk  (Wibowo, 2000).

Memasuki milenium ketiga, maka sosok sektor pertanian yang harus dibangun adalah berwujud pertanian modern yang tangguh, efesien yang dikelola secara profesional dan memiliki keunggulan memenangkan persaingan di pasar global baik untuk tujuan pemenuhan dalam negeri maupun ekspor (Krisnamurti, 2001). Dengan semakin terintegrasinya kedalam perekonomian dunia di era globalisasi dewasa ini, menuntut pengembangan usaha tani dan produk pertanian harus siap menghadapi persaingan terbuka yang semakin ketat agar tidak tergilas dengan para persaingnya dari luar negeri. Untuk itu paradigma pembangunan pertanian yang menekankan pada peningkatan produksi semata harus bergeser kearah peningkatan kesejahteraan keluarga petani dan aktor pertanian lainnya dengan sektor agroindustri sebagai sektor pemacunya (Napitupulu, 2000).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Kinerja Program Pembelian Gabah Oleh Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan Di Kabupaten ...(PRT-91)


 I.  PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan begian integral dari pembangunan nasional dalam mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam jiwa Pancasila dan UUD 1945 untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Sasaran pembangunan nasional dalam jangka panjang ialah terciptanya struktur ekonomi yang seimbang, dengan menciptakan kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh dalam mendukung perkembangan sektor industri. Bentuk kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan nasional umumnya diwujudkan dalam menghasilkan bahan pangan bagi penduduk, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menyediakan faktor produksi dalam bentuk tenaga kerja dan pembentukan modal investasi, mendukung sektor non-pertanian melalui penyediaan bahan baku industri dan pasar bagi produksi dalam negeri serta menghasilkan devisa melalui kegiatan ekspor hasil pertanian.

  Kebanyakan negara-negara Dunia Ketiga, seperti halnya Indonesia, bahan pangan merupakan bagian terbesar dari komponen konsumsi penduduk, fluktuasi harga pangan yang sangat tinggi dapat menggaggu stabilitas kehidupan ekonomi yang tentu saja sangat mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak dari pendapat inilah, upaya pemerintah dalam hal stabilisasi harga pangan masih cukup relevan, setidaknya sampai tercipta suatu fase dimana pangsa pengeluaran terhadap bahan makanan tidak lagi menjadi bagian yang sangat dominan. 

Perubahan konsumsi tanaman pangan bergantung pada kenaikan dan distribusi pendapatan, pengeluaran dan juga pada pembagian pengeluaran diantara kelas-kelas pendapatan. Untuk setiap distribusi penambahan pengeluaran, permintaan beras akan meningkat lebih pesat dari pada permintaan bahan pangan sekunder lainnya (L. Squire, 1976:64).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan