Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanian. Tampilkan semua postingan

Produksi Susu Dan Dangke Sapi Perah Yang Diberi Tepung Daun Murbei (Morus Alba) Menyubstitusi Ampas Tahu Dengan Level Yang Berbeda

Kebutuhan protein hewani nasional Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat pesat. Rataan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia saat ini baru 4,19 gr/ kapita/ hari sedangkan standar kecukupan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia menurut FAO adalah 6 gr/ kapita/ hari (Mustofa, 2008).
Konsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Kebutuhan susu secara nasional mencapai 4,5 juta liter/hari, namun produksi susu saat ini baru memenuhi 30% (1.350.000 juta liter/hari) dari kebutuhan manusia dan selebihnya 70% di impor dari luar negeri (Trantono, 2009).
Usaha ternak perah merupakan suatu kegiatan agribisnis karena mencakup penyediaan bahan baku susu. Susu hasil dari pemerahan ternak terutama dari sapi perah merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi, karena didalamnya terkandung zat-zat gizi yang lengkap yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan serta perkembangan tubuh.
Produksi susu dapat ditingkatkan dengan adanya manajemen yang baik dalam usaha peternakan sapi perah, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang baik.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Tingkat Penambahan Lemak Dan Isolat Protein Kedelai (Ipk) Terhadap Kualitas Daging Burger Sapi Bali (PT-19)



Awal kemunculan burger berasal dari warga kota Hamburg, dekat New York mencatat dua bersaudara asal Ohio, Frank dan Charles Menches mulai menjual hamburger di acara Erie Country Fair tahun 1885 sebab mereka kehabisan stok sosis untuk roti dan menggantinya dengan daging sapi panggang.  The Seymour Community Historical Society of Seymour, Wisconsin, mencatat Charlie Nagreen alias “Hamburger Charlie”, mulai menjual roti isi daging cincang pada tahun 1885 di Outagamie Country Fair, sehingga pembeli dapat makan sambil berjalan-jalan. Nagreen menamakan rotinya hamburger sesuai nama Hamburg Steak yang sudah dikenal sebelumnya.
Daging  burger merupakan sejenis daging yang bentuknya agak gepeng yang tebalnya sekitar 1-2 cm dengan lebar yang hampir sama dengan rotinya. Burger merupakan produk olahan dari daging. Produk ini telah dikenal khas dan disukai masyarakat, karena (1) rasanya yang nikmat dan gurih; (2) dapat meningkatkan dan memperbaiki daya cerna protein dan lemak dan (3) mengandung protein.
Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Penambahan lemak berfungsi untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Studi Pengaruh Suhu Penggorengan Vakum Terhadap Kualitas Cabai Kering (PRT-146)

Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Indonesia sebagai penguat rasa makanan, sebelum dijadikan bumbu pada bahan pangan cabai biasanya diolah menjadi cabai kering yang kemudian dijadikan bubuk cabai.

Cabai keriting merupakan salah satu jenis cabai yang memiliki warna dan tingkat kepedisan yang baik sehingga banyak dimanfaatkan sebagai penguat rasa  dalam makanan. Ketersediaan cabai segar bersifat  terbatas apalagi pada saat musim penghujan. Hal ini menyulitkan para petani untuk menyediakan permintaan konsumen cabai, karena itu diperlukan metode pengawetan cabai salah satunya adalah dengan metode pengeringan yang menghasilkan cabai kering.

Pengeringan cabai dapat dilakukan dengan cara pengeringan sederhana dan pengeringan buatan atau dengan bantuan alat. Keuntungan dari pengeringan adalah bahan pangan dapat menjadi lebih awet, volume bahan menjadi lebih kecil dan ringan serta mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan penyimpanan, sehingga pada akhirnya dapat memperkecil biaya produksi, terutama apabila dilakukan dalam jumlah besar.



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Tingkat Penambahan Protein Dari Kepala Broiler Dan Level Enzim Bromelin Terhadap Kualitas Kecap Manis (PT-17)



Kecap merupakan salah satu bahan makanan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, sebab hampir setiap rumah tangga menggunakannya. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3543-1994) kecap kedelai adalah produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi dan atau cara kimia (hidrolisis) kacang kedelai dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan tambahan makanan yang diizinkan. Kecap manis mempunyai tekstur kental, berwarna coklat kehitaman-hitaman, mudah diperoleh, dan memiliki masa simpan yang relatif lama. Kecap manis sebagai salah satu bumbu masak secara umum berfungsi sebagai penyedap rasa masakan.
Kecap yang beredar dipasaran, umumnya dibuat dari kacang kedelai kuning atau hitam. Kacang kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein yang tinggi, tetapi kebutuhan kedelai tidak hanya sebagai bahan pembuat kecap manis sehingga ketersediaan kacang  kedelai 
di Indonesia belum mencukupi dan harga kedelai menjadi melambung tinggi, hal ini mengakibatkan produk hasil kedelai harganya mahal.
Untuk mengurangi ketergantungan kedelai yang harganya sangat mahal dalam pembuatan kecap dan merupakan salah satu upaya agar kualitas kecap bernilai tinggi  yaitu dengan memanfaatkan limbah offal kepala broiler. Kepala broiler merupakan limbah Rumah Potong Unggas (RPU) yang masih mempunyai nilai gizi yang tinggi diantaranya protein dan kalsium. Menurut Anonim (2011) bahwa kurang lebih 16-24 %  bagian yang menyusun offal ayam adalah tulang, 1/6 bagiannya berupa protein. Dalam keadaan normal, tulang mengandung 50% air dan 25% lemak dengan kandungan utamanya kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Diharapkan limbah RPA ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomi kepala broiler dengan memperosesnya menjadi kecap.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali (PT-16)



Sapi Bali merupakan keturunan langsung dari banteng liar (Bibos banteng) dan memiliki karakteristik yang sangat baik seperti fertilitas yang sangat baik, tingkat kelahiran yang cukup tinggi 80-83% dan dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrim (Gunawan dkk, 1988). Namun, akhir-akhir ini sifat keunggulan ini mulai menurun mengingat pertumbuhan yang relatif lambat, ukuran bobot badan sapi semakin kecil, bobot lahirnya rendah dengan mortilitas yang cukup tinggi (Putra, 1999).
Sapi Bali biasanya dipelihara secara individual dengan cara-cara tradisional sehingga menyebabkan perkembangannya agak lambat dan cenderung stagnan, namun disisi lain teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan oleh peternak secara kontinyu sehingga ternak yang dihasilkan oleh peternak meningkat kualitas dan produktivitasnya. Kualitas produksi daging sapi Bali tergantung pada pertumbuhannya karena produksi yang tinggi dapat dicapai dengan pertumbuhan yang cepat. 

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Industri Kecap (Studi Kasus Pada “P.T. Aneka Food Tatarasa Industri” Probolinggo) (PRT-110)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, menimbulkan dampak persaingan yang amat ketat antar perusahaan dari berbagai sektor industri. Pada prinsipnya perusahaan harus mampu menjaga kelangsungan hidupnya sendiri, agar sasaran dan tujuannya dapat dilakukan secara optimal yaitu memproduksi barang dan jasa yang dapat memberi kepuasan kepada konsumen. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, konsekuensinya perusahaan harus menjalankan fungsinya dengan baik dalam menghasilkan suatu produk.

Dalam menjalankan aktifitas perusahaan, pimpinan perusahaan dituntut agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik supaya perusahaan dapat terus berjalan. Salah satu faktor yang mempengaruhi lancar tidaknya suatu perusahaan dalam produksi adalah masalah persediaan bahan baku. Persediaan atau inventory merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan. Hal ini karena persediaan diperlukan untuk melakukan operasi perusahaan agar berjalan dengan lancar. Persediaan bahan baku di setiap perusahaan harus tetap dijaga agar tidak mengalami kekurangan atau kelebihan.

Banyak perusahaan secara mendadak tidak dapat berproduksi disebabkan karena persediaan bahan bakunya tidak cukup, sehingga perusahaan terpaksa harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pembelian bahan baku agar supplier segera mengirimkan bahan baku yang dipesan tersebut. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku yang berlebihan dibanding pemakaiannya, akan terjadi penumpukan persediaan berarti adanya dana yang tidak dioperasikan secara efisien. Adanya persediaaan yang besar akan membutuhkan biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan yang tinggi disamping biaya-biaya modal kerja yang ditanamkan didalamnya. Persediaan bahan yang berlebihan akan mengurangi keuntungan atau menambah kerugian.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Performnce Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer Di Makassar (PT-21)

Judul Skripsi : Pengaruh Performnce Eksterior Sebagai Penentu Harga Jual Ternak Kambing Pada Pedagang Pengecer Di Makassar (Kode :PT-21)



Salah satu komoditi peternakan yang memberikan konstribusi yang cukup besar terhadap gizi masyarakat adalah ternak kambing. Ternak kambing merupakan ternak yang termasuk ke dalam ternak kecil yang memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Selain itu, ternak kambing juga merupakan ternak penghasil kulit, susu dan feses.
                Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala pemilikian 4 – 10 ekor (Sarwono, 2007).
Daging kambing  merupakan sumber protein hewan berkualitas tinggi dengan risiko absorbi kolesterol  yang  rendah. daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang lumayan tinggi. Namun kandungan lemak tak jenuhnya tidak lebih tinggi dibanding daging bewarna merah lain seperti daging sapi atau daging babi.
Sudah menjadi rahasia umum dan merupakan salah satu kata kunci dalam pemasaran, bahwa harga murah merupakan daya tarik terbesar atas terserapnya suatu produk. Untuk itu, peranan harga jual dalam mendapatkan pasar memiliki pengaruh yang cukup besar. Selanjutnya, bijaklah dalam menentukan harga dari suatu komoditas. Jangan sampai harga tersebut melampaui harga eceran tertinggi (HET) di suatu daerah. Hal tersebut dapat mengakibatkan produk sulit terjual dan usaha tidak mudah untuk memperoleh pelanggan. Akibat lain yang dapat ditimbulkan adalah dapat berurusan dengan pihak yang berwajib, disebabkan penentuan harga yang lakukan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Firdaus, 2008).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas Mutu Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan (PRT-147)

Minyak erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Minyak kelapa yang digunakan sebagai minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Proses ekstraksi minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara kering maupun cara basah. Proses ekstraksi secara kering tujuannya mengekstraksi minyak dari kopra dengan pengepresan. Sedangkan dengan cara basah dilakukan untuk memisahkan minyak dari santan kelapa. Cara basah ini telah banyak dikembangkan salah satunya dengan adanya penambahan enzim yang bertujuan untuk mempercepat proses pemisahan minyak dari komponen lain. Enzim yang dapat digunakan berupa enzim protease yang dapat memecah molekul protein pada santan tanpa merusak komponen lemak didalamnya. Dalam pengembangan proses ekstraksi minyak kelapa dengan menggunakan metode enzimatik untuk mendapatkan kualitas minyak goreng yang baik sangat erat kaitannya dalam pengaplikasian penggunaannya selama proses penggorengan.





Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Potensi Wilayah Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong Di Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan permintaan jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

“Implementasi Program Akselerasi Peningkatan Produktifitas Gula Nasional Terhadap Strategi Pengembangan Agribisnis Pergulaan”. (Studi Di Wilayah Kerja Pabrik Gula Wonolangan, ...(PRT-76)

BAB I
  PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
            Gula pasir (Plantation White Sugar) di Indonesia diperlakukan sebagai bahan pangan dan termasuk sebagai salah satu dari 9 bahan pokok. Sebagai bahan pangan, maka terikat upaya-upaya pemenuhan dan penyediaan dalam rangka ketahanan pangan. Ketahanan pangan minimal mempunyai tiga peran strategis dalam pembangunan nasional, yaitu : (1) Akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia, (2) Pangan memiliki peranan penting dalam pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas, (3) Ketahanan Pangan merupakan salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga terjangkau, diutamakan dari dalam negeri (Yudhoyono, SB., 2006).

            Kebutuhan gula domestik saat ini diperkirakan mencapai 3,5 juta ton, sedangkan produksi gula pasir di Indonesia yang dihasilkan oleh 58 pabrik gula hanya mencapai 2,0 juta ton, sehingga terdapat defisit 1,5 juta ton atau setara 42% yang harus dipenuhi dari impor (Anonymous, 2005).

Industri gula di Indonesia, sejak krisis gula dunia pada awal tahun tujuh puluhan telah menghadapi persoalan yang berat, utamanya bersumber  pada produktivitas yang rendah, permasalahan pengembangan areal, rendahnya tingkat pendapatan petani dan permasalahan di bidang harga pokok gula Indonesia yang jauh lebih tinggi daripada harga gula luar negeri.  Berbagai kebijakan  di bidang pergulaan telah diterapkan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.   

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Motivasi Petani Dalam Menabung Di Bank (Studi Kasus Petani Penabung Di Bri Unit ...) (PRT-24)

BAB I  
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dengan keberhasilan putaran Uruguay serta terbentuknya WTO, maka era perekonomian dan perdagangan dunia makin menuju pada era perdagangan bebas tanpa hambatan. Kecenderungan ini mendorong pada makin meningkatnya ketergantungan antar negara dan pentingnya aspek competitiveness dalam merebut pangsa pasar.

Pemerintah menyadari betul bahwa perkembangan perekonomian nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peta perekonomian dunia yang tengah berubah. Karena itu pemerintah secara bijaksana dan hati-hati mengambil langkah-langkah penyesuaian dalam kebijaksanaan ekonomi makro disamping ikut secara aktif dalam konstilasi perekonomian dunia seperti WTO, AFTA dan APEC dengan tujuan mengintegrasikan perkembangan ekonomi dunia untuk kepantingan pertumbuhan perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijaksanaan di bidang penanaman modal diarahkan untuk makin mendorong penanaman modal, baik modal asing maupun modal dalam negeri, dalam rangka memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Kebijaksanaan penanaman modal ini diarahkan pada sektor-sektor usaha yang produktif, menyerap banyak tenaga kerja, serta berorientasi pada ekspor.

Pembentukan modal (akumulasi modal) adalah merupakan keharusan dalam pembangunan ekonomi karena sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan tersebut, supaya produksi (output) nasional dapat ditingkatkan. Semakin banyak modal/ dana yang tersedia maka semakin cepat pembangunan ekonomi itu dilaksanakan, karena semakin besar investasi yang ditanamkan kepada beraneka macam sektor ekonomi. Misalnya sektor pertanian, sektor industri, sektor pertambangan, sektor perdagangan, dan lain-lainnya.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit Di Kabupaten Kutai Timur (PRT-113)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan Pertanian khususnya pada sub-sektor perkebunan pada masa  akan datang dihadapkan pada globalisasi perdagangan internasional, karena itu perhatian harus difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan yang dapat bersaing dipasar domestik maupun internasional. Salah satu komoditas pertanian yang mempunyai prospek besar untuk meningkatkan pendapatan perkapita petani dan sekaligus sebagai sumber devisa bagi daerah dan negara adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack). Komoditas sawit memiliki keunggulan yang tinggi dibanding komoditas lain, karena merupakan bahan baku dari berbagai industri  penting yang sangat diburuhkan oleh masyarakat luas, seperti industri mentega, minyak goreng, farmasi, kosmetik, industri sabun dan lain-lain

Pengembangan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacg) di Indonesia sudah dimulai sebelum perang dunia ke dua, namun hanya dalam bentuk usaha perkebunan besar. Pengembangan perkebunan besar kelapa sawit sampai dengan tahun 1977 hanya memberikan dampak yang relatif sangat terbatas, baik dari segi perkembangan luasannya, produksi maupun perkembangan dunia usahanya. Sejak tahun 1977 – 1978 pemerintah Indonesia bertekad mengubah situasi tersebut melalui berbagai pola pengembangan kelapa sawit, dengan melibatkan masyarakat. Semenjak tahun 1977 pemerintah mencanangkan proyek Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN), antara lain PIR Lokal, PIR Khusus, PIR Berbantuan, dan selanjutnya sejak tahun 1986 muncul PIR Trans.

Sejak adanya pola PIR-BUN, maka komposisi pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berubah dengan cepat. Luas perkebunan rakyat tumbuh dengan kecepatan 50,2%, sedangkan perkebunan negara 9,5%, dan perkebunan swasta 9,2%.  Pada tahun 1968 luas areal perkebunan kelapa sawit baru mencapai 120 ribu Hektar, namun pada tahun 1978 menjadi 250 ribu hektar. Hingga pada perkembangan selanjutnya, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Keberhasilan Industri Kecil Gula Merah Di Desa ... Kecamatan ... Kabupaten ... (PRT-60)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Memasuki abad 21 yang ditandai dengan era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat, merupakan dua hal yang mempengaruhi lingkungan bisnis. Globalisasi menyebabkan terjadinya liberalisasi ekonomi/perdagangan, sedangkan perkembangan teknologi informasi menyebabkan seakan-akan dunia tanpa batas dan jarak geografis menjadi susut sehingga informasi dapat diakses secara mudah, cepat dan serentak. Akibat kondisi tersebut lingkungan bisnis dapat berubah dengan cepat dan bersifat turbulen serta persaingan bisnis akan terjadi sangat keras dan kompetitif. Perusahaan yang tidak merespon perubahan lingkungan bisnis tersebut akan mengalami kerugian-kerugian dan akan kalah bersaing dipasar global yang pada akhirnya akan mengalami kebangkrutan.  Dengan kondisi seperti ini, perusahaan harus memikirkan kembali tujuan, sasaran dan perencanaan strategiknya demi kelangsungan hidup perusahaan  dan menciptakan masa depannya.

Munculnya kerjasama antar negara-negara di dunia baik regional maupun multilateral sebagai wujud proses liberalisasi ekonomi/globalisasi perdagangan, dimana Negara Indonesi juga terlibat dalam perjanjian kerjasama ekonomi tersebut misalnya untuk lingkup Asia Tenggara yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2003 atau yang lain yaitu ASEAN Economic Cooperation (AEC) diharapkan dilaksanakan sepenuhnya pada tahun 2020 seperti telah disepakati pada KTT ASEAN pada tanggal 8 oktober 2003 di Bali; dan untuk lingkup Asia Pasifik yaitu Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang dilaksanakan pada tahun 2010 serta Word Trade Organition (WTO) yang akan terjadi pada tahun 2020 untuk skala dunia, merupakan implikasi dari kesepakatan General Agreement of Tarrif and Trade (GATT) atau  Uruguay Round yang berlangsung pada tahun 1992 . Didalam skema ini diantaranya penurunan dan penghapusan tarif dan non tarif yang menghambat perdagangan (trade distorsion) akan berlaku untuk setiap negara anggota sehingga tidak terjadi diskriminasi. 

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Dan Analisis Pendapatan Agroindustri Gula Semut (PRT-86)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat di lihat dari penggunaan teknologi yang semakin maju, dan berkembangnya sektor  industri baik di pusat maupun di daerah semakin pesat, serta pengembangan di sektor lain juga mengalami peningkatan. Hal ini terjadi pula pada sektor pertanian dimana dengan adanya teknologi maka penanganan pasca panen yang dulu menjadi masalah kini mulai bisa diatasi. 

                Industrialisasi pedesaan merupakan suatu proses yang dicirikan dengan penggunaan alat-alat mekanis dalam sektor pertanian dan semakin berkembangnya industri pengolahan hasil-hasil pertanian. Dampak dari industrialisasi tersebut dapat diwujudkan melalui keterkaitan yang saling menguntungkan antara petani produsen dengan industri pengolahan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi pedesaan.

                Agroindustri merupakan perpaduan antara dua hal yakni pertanian dan industri. Keterkaitan antara kedua hal inilah yang kemudian  menjadi sistem pertanian dengan basis industri. Konsep pengembangan agroindustri yang berkelanjutan muncul bersamaan dengan adanya perusahaan agroindustri yang baru didirikan tetapi tidak dapat berumur panjang. Banyak contoh yang menunjukkan adanya perusahaan agroindustri yang mulanya berkembang pesat, namun akhirnya tutup karena berbagai alasan apakah disebabkan karena kesalahan manajemen, kekurangan bahan baku atau kurangnya konsumen yang membeli produk agroindustri tersebut. Perusahaan agroindustri yang tutup tersebut tidak mengenal skala usaha apakah itu perusahaan skala besar, menengah atau skala kecil, juga perusahaan agroindustri yang tutup tersebut tidak mengenal apakah agroindustri yang berbahan baku produk pertanian atau lainnya.      

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengaruh Penambahan Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Dan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Dalam Ransum Terhadap Kinerja Broiler (PT-2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging mempunyai prospek yang baik, maka ternak yang ideal untuk dikembangkan adalah broiler.
Broiler adalah ayam ras yang sengaja dibibitkan dan dikembangkan untuk menghasilkan daging yang cepat, dibandingkan dengan daging unggas lainnya. Pertumbuhan broiler yang cepat karena ransum yang disediakan tersedia zat-zat makanan yang diperlukan. Kinerja broiler dipengaruhi oleh konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan konversi ransum. Penggunaan bahan pakan yang mempunyai fungsi yang dapat memperbaiki kinerja broiler yaitu daun katuk dan rimpang kunyit. Kedua tanaman tersebut jika digunakan sebagai campuran dalam pakan diharapkan dapat memperbaiki kinerja broiler.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Efisiensi Usahatani Tanaman Sengon Laut (Albazia falcataria) (Studi di Desa Pondok Agung Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang) (PRT-102)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Hutan, tanah dan air merupakan kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada makluk di bumi ini, tidak saja memberikan manfaat bagi kehidupan sekarang tetapi juga nanti. Pengelolaan akan hutan tanah dan air tidak saja dengan kebijaksanaan dalam hal penggunaan tetapi juga dengan manajemen pemeliharaan yang berkesinambungan sehingga akan didapatkan kondisi hutan yang penuh dengan keseimbangan ekosistem yang akan memberikan dampak bagi kehidupan manusia baik dari segi kelestarian lingkungan atau sektor ekonomi.

 Tanaman sengon atau dalam bahasa latinnya disebut Albazia falcataria telah cukup lama dikenal masyarakat luas terutama di Kabupaten Probolinggo. Jenis pohon ini biasanya ditanam di kebun, pekarangan rumah, pagar dan lahan – lahan kosong dalam rangka pemanfaatan lahan.

Pohon sengon dapat pula ditanam sekaligus sebagai tanaman pelindung atau naungan untuk tanaman kopi, coklat dan lain – lain serta sebagai tanaman tanda batas pada pemilikan kebun dan pekarangan yang sekaligus dapat dipetik hasilnya. Hasil kayu dipakai untuk bahan bangunan pembuatan peti atau sebagai kayu bakar baik untuk pembakaran gamping maupun pengopenan tembakau. Meskipun demikian, kegunaan kayu sengon sekarang sudah berubah yaitu karena adanya kemajuan di bidang teknologi dan industri, maka telah menempatkan kayu sengon tidak hanya untuk pembuatan peti saja akan tetapi sebagai bahan baku industri yang penting yaitu sebagai bahan baku pulp untuk pabrik kertas dan kayu olahan untuk ekspor dengan nilai tambah yang tinggi. Dengan fungsi dan kegunaan yang cukup banyak maka akibatnya permintaan semakin tinggi dengan harganya yang standar jual.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Usaha Padi Sawah Dengan Menggunakan Urea Tablet Studi Di Desa …r Kecamatan … Kabupaten …(PRT-85)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Pangan khususnya beras merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus terpenuhi setiap saat dan setiap tempat dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang baik serta dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Upaya pemantapan pelestarian swasembada beras yang telah dicapai Indonesia pada tahun 1984 semakin berat sejalan dengan peningkatan kebutuhan beras di Indonesia akibat peningkatan jumlah penduduk dan adanya perubahan pola menu makanan masyarakat dari non beras ke beras seiring dengan adanya perbaikan ekonomi masyarakat.

Ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, ketergantungan akan produk impor beras pada tahun 2000 mencapai 550.514 ton dengan nilai 131.132.613 USD atau setara dengan 1,28 triliun rupiah.
Rumusan revitalisasi Pembangunan Pertanian tahun 2006 – 2010 menyatakan bahwa kebijakan operasional yang akan ditempuh adalah Peningkatan Ketahanan Pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan, Kelembagaan dan Budaya Lokal. Sedangkan menurut Rencana Strategik Kabupaten Jember tahun 2006 dalam mendukung Program Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional tetap  diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan swasembada beras yang telah dicapai secara dinamis melalui upaya meningkatkan mutu intensifikasi dengan penerapan teknologi produksi berupa pemupukan yang ditekankan pada takaran, ramuan, dan cara berdasarkan spesifik lokalita yang dapat meningkatkan produktifitas lahan sawah.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Efisiensi Usahatani Jagung ( Zea Mays L ) dengan Menggunakan Benih Hibrida ( Studi di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember ) (PRT-100)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produksi Domestik Bruto (PDB), sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan penyediaan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang langsung berupa efek pengganda (multiplier effect) berupa berkaitan input-output antar industri dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan enam prioritas pembangunan ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu yang salah satunya adalah Revitalisasi Pertanian (Rencana Strategi Pembangunan Pertanian Tahun 2005 – 2009).

Selama periode tahun 2000 – 2003 kinerja produksi komoditas pangan secara umum cukup menggembirakan. Produksi komoditas padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami peningkatan masing-masing : 0,53; 3,38; 3,22; 2,81 dan 2,35 persen per tahun, namun rata-rata laju pertumbuhan komoditas kedelai mengalami penurunan sebesar 18,48 persen per tahun, berdasarkan angka ramalan III Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004.
Berdasarkan data tersebut di atas, khususnya komoditas jagung masih dimungkinkan untuk ditingkatkan, mengingat kebutuhan akan jagung setiap tahunnya selalu bertambah. Hal ini disamping akan mengurangi import, juga akan meningkatkan pendapatan petani.
Dalam rangka menciptakan adanya swasembada jagung, perlu kiranya adanya terobosan melakukan kegiatan secara massal penanaman jagung Hibrida serta ditunjang dengan teknologi yang lain secara intensif.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Penggunaan Power Thresher dalam Upaya Memperoleh Nilai Tambah Hasil Panen Padi Sawah ( Studi di Kelurahan Kebonagung Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember) (PRT-99)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Sumber daya alam di Indonesia sebenarnya cukup besar, sehingga perlu dikelola dengan sebaik-baiknya demi tercukupinya kebutuhan pangan bagi penduduknya. Meskipun demikian, saat ini produktifitas padi rata-rata nasional ternyata masih rendah. Hal ini disebabkan kurang diterapkannya teknologi baik dari awal misalnya pemilihan benih atau bibit sampai dengan panen dan pasca panen. Menanggapi hal ini, sebenarnya pemerintah telah berupaya untuk selalu mencari jalan keluar dalam mengatasi rendahnya produkstifitas tersebut yaitu dengan mencanangkan Pembangunan Sektor Pertanian. 

Sasaran pembangunan sektor pertanian ini adalah meningkatkan hasil pertanian untuk mendukung industri yang kuat. Usaha-usaha ke arah itu tidak akan dicapai apabila petani sebagai pelaku utama tidak akan dicapai apabila petani sebagai pelaku utama tidak dibantu dan dilengkapi dengan sarana produksi misalnya alat dan mesin pertanian.

Masalah pasca panen yang dihadapi oleh petani adalah rendahnya mutu dan tingginya tingkat kehilangan. Buruknya pasca panen menyebabkan kelemahan daya tawar petani (bargaining position). Penanganan pasca panen merupakan kegiatan utama untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Prosesnya merupakan rangkaian yang komplek, tidak hanya ditentukan oleh masalah teknis saja tetapi juga melibatkan masalah sosial dan ekonomi yang menyangkut berbagai sektor dan disiplin ilmu. 


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Usaha Penggemukan Ternak Sapi Potong Hasil Inseminasi Buatan Studi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember (PRT-98)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi penduduk Indonesia dirasa semakin meningkat setiap tahun sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk, tetapi dilain pihak pengadaan daging sapi setiap saat dirasa menurun. Bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk usaha pengadaan sapi ini baik dengan jalan mengimpor bibit sapi, peningkatan daya reproduksi maupun pengembangan daerah peternakan di luar Jawa. Di samping itu pengadaan daging yang berkualitas baik yang biasa dikonsumsi oleh hotel dan restoran masih banyak diimpor dari luar negeri. Daging tersebut jelas kualitasnya terjamin, maka harganya menjadi mahal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan atas.

Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi bail dalam jumlah maupun kualitasnya adalah dengan usaha penggemukkan sapi. Penggemukkan sapi adalah sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk menaikkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Dengan pemeliharaan sistem ini, daging yang dihasilkan akan lebih lunak walaupun kandungan lemaknya menjadi sedikit dan lebih tebal.

Usaha penggemukan sapi potong ini bertujuan menghasilkan keuntungan. Agar suatu usaha memperoleh keuntungan yang diharapkan, perencanaan harus dibuat dengan pertimbangan yang matang. Analisis komprehensif mengenai kelayakan suatu wilayah atau tempat untuk lokasi penggemukan sapi potong merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha penggemukan sapi potong.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan