Strategi Peningkatan Mentalitas Kewirausahaan (Studi Kajian Tentang Mentalitas Kewirausahaan Di Kota …(PRT-68)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Konteks Penelitian
Krisis moneter yang berkepanjangan sampai saat ini serta keterbatasan Pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja menjadi problema ketenakerjaan yang berakibat pada peningkatan angka pengangguran.  Sebagai upaya mengurangi pengangguran diperlukan upaya nyata pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja baru atau perlu dirumuskan strategi yang mengedepankan timbulnya mentalitas Kewirausahaan.

Realita yang ada di Kota Blitar, pada umumnya masyarakat lebih suka mencari pekerjaan dibandingkan dengan menciptakan lapangan kerja.  Untuk meningkatkan taraf hidupnya masyarakat banyak mengambil langkah bekerja di luar negeri. Bekerja di luar negeri menjadi primadona masyarakat Blitar dengan alasan sederhana secara ekonomis penghasilannya cukup menggiurkan, sehingga banyak calon tenaga kerja tidak menyadari tingkat resiko bekerja di luar negeri bahkan resiko tertipu sudah mejadi hal biasa sering terjadi. 

Selain bekerja diluar negeri, orang tua lebih gembira dan bangga jika anaknya diterima sebagai pegawai negeri.  Suatu anugerah yang luar biasa apabila putranya menjadi pegawai negeri.  Pegawai negeri merupakan simbol status sosial yang cukup tinggi serta memiliki prospektif masa depan yang dapat diharapkan berupa dana pensiun dan kepastian penghasilan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Trend produksi usaha pupuk enceng gondok di pt. Maharani lamongan (PRT-67)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dewasa ini orang mengenal barang-barang dan jasa yang beraneka ragam macamnya untuk memenuhi kebutuhannya. Barang-barang dan jasa-jasa diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi barang-barang dan jasa-jasa tersebut menggunakan faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan teknologi. Pada hakikatnya proses produksi merupakan cara, metode, teknik pelaksanaan produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi.

Awal mula diproduksinya barang dan jasa manusia belum memikirkan cara-cara yang efisien karena barang dan jasa tersebut hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan adanya sistem perekonomian yang terbuka maka lama-kelamaan manusia merasa perlu, adanya persaingan, diproduksinya barang dan jasa secara efisien dan memikirkan bagaimana caranya mengelola faktor-faktor produksi yang terbatas adanya untuk mendapatkan hasil tertentu yang memuaskan para pembeli, pada akhirnya dipergunakanlah prinsip-prinsip ekonomi, yaitu dengan digunakannya faktor produksi yang terbatas (dengan biaya tertentu) mencapai hasil yang maksimum, atau mencapai hasil tertentu dengan biaya minimum.     

Perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan bahwa kelak di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat. PT Maharani Lamongan salah satu perusahaan daerah yang memproduksi pupuk organik sehingga dapat membantu para petani dalam kebutuhan akan pupuk yang persediaannya sering terjadi kelangkaan. Penduduk Indonesia mayoritas bermata pencaharian sebagai petani  produk yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani. Hal ini merupakan dorongan bagi perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi. Untuk mencapai kondisi di atas, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan manajemen dan proses produksi yang menyeluruh, terintegrasi, efektif dan efisien. Bagian proses produksi dan manajemen merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan, disamping hal-hal lain untuk memasuki dunia yang kompetitif untuk meraih pelayanan terbaik bagi kebutuhan konsumen.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Curahan Jam Kerja Rumah Tangga Petani Di Sektor Informal ( Studi Kasus Di Desa …(PRT-58)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang Penelitian
 Dilihat dari sisi produksi,saat ini pembangunan pertanian Indonesia telah maju selangkah dengan pesatnya laju peningkatan produksi padi dan tanaman pangan lainnya. Namun dalam periode pembangunan, dewasa ini, dengan semakin  pesatnya pertambahan penduduk, sektor pertanian dihadapkan pada masalah semakin terbatasnya ketersediaan sumber lahan pertanian. Dalam laporan penelitian Azhari dkk (1995) dinyatakan bahwa luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga mengalami pengurangan dari 18,35 juta hektar pada tahun 1983 menjadi 17,65 juta jektar pada tahun 1993 atau menurun sebesar 0,7 juta hektar.

Dari data sensus pertanian 1983-1993 menunjukkan jumlah rumah tangga tani meningkat dari 18,7 juta menjadi 21,2 juta atau meningkat sebesar 13,3 persen. Peningkatan ini diikuti oleh kenaikan jumlah petani gurem yakni dari 9,5 juta menjadi 10,9 juta atau mengalami peningkatan sebesar 14,7 persen. Sementara untuk pemilikan lahan per rumah tangga mengalami penurunan sebesar 15,3 persen yaitu dari 0,98 ha menjadi 0,83 ha. ( Agus Suman, 1999 ).

Padahal peranan sektor pertanian bagi masyarakat pedesaan sangat dipengaruhi oleh luas lahan. Dalam hal ini lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani.
Program intensifikasi bidang pertanian di pedesaan membawa dampak yang luas terhadap persoalan-persoalan ketenagakerjaan, di satu sisi ditunjukkan pada peningkatan kualitas dan produktivitas lahan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan petani, namun disisi lain pemanfaatan teknologi pada program intensifikasi ini justru  mempersempit kesempatan kerja dengan dasar efisiensi. Akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja di sektor pertanian, hal ini ditandai dengan gejala waktu menganggur yang lebih lama yang secara akumulatif dalam jangka panjang menyebabkan pendapatan rumah tangga dari sektor pertanian mengalami penurunan ( Abdullah, Molo, Clauss, 1995 ).

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (PRT-65)

B A B   I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Dinegara berkembang yang perekonomiannya masih mengandalkan pada modal tradisional seperti perdagangan komoditi pertanian, sebagian besar penduduknya hampir 80 % tinggal didaerah pedesaan  .Dengan menganut pola serupa , proses pembangunan nasional Indonesia diarahkan dan ditekankan pada upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat pedesaan (Todaro: 2000.87)  Dengan demikian tantangan pembangunan wilayah pedesaan adalah memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat pedesaan. 

Titik berat pembangunan wilayah pedesaan pada sektor pertanian dapat diperbarui mengingat usaha meningkatkan produksi pangan ini berhasil mengurangi ketergantungan Indonesia akan import beras.
Produksi beras dihasilkan dari sawah beririgasi seluas ± 5 juta ha yang umumnya ditanami dua kali dalam setahun dan ± 2 juta ha sawah tadah hujan yang umumnya ditanami sekali dalam setahun, dari sawah seluas ini pula dibudidayakan tanaman polowijo setelah padi dipanen.

Dengan demikian pembangunan pedesaan dapat dipandang sebagai proses multidimensional, mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat dan institusi pedesaan. Upaya – upaya pemberdayaan daerah dalam pembangunan pada akhirnya akan ditujukan pada kondisi peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan perlindungan   keamanan. Peningkatan standart hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan ,serta peningkatan perhatian atas nilai – nilai kultural dan kemanusiaan secara keseluruhan .

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Penggunaan Faktor Produksi Pupuk Organik Bokashi Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi (Studi Kasus Di Kecamatan … Kabupaten … (PRT-57)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1  . Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 – 2003 telah memberi arahan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara , termasuk di dalamnya pembangunan sektor pertanian. Dari 28 butir GBHN di bidang ekonomi terdapat lima kebijaksanaan dasar yang menjadi acuan dalam pengembangan sektor pertanian melalui pendekatan agribisnis. Pertama, mengembangkan sistim ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas  hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.  

Kedua, mengembangkan perekonomian yang berorentasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif dan produk unggulan daerah yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menghilangkan segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan, memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing, fasilitas negara berupa perlindungan dari persaingan tidak sehat, pendidikan dan latihan, informasi bisnis dan teknologi, permodalan dan lokasi usaha. Mengembangkan hubungan kemitraan usaha, bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan.  

Ketiga, meningkatkan penggunaan, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK guna meningkatkan daya saing produk berbasis sumber daya lokal. Keempat, mengoptimalkan peran pemerintah dalam mengoreksi ketidak sempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu mekanisme pasar melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan intensif yang dilakukan secara transparan. 



Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Pengaruh Proyek Peningkatan Mutu Intensifikasi (Pmi) Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Di Kabupaten …(PRT-63)

BAB I 
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 – 2003 telah memberi arahan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara , termasuk di dalamnya pembangunan sektor pertanian. Dari 28 butir GBHN di bidang ekonomi terdapat lima kebijaksanaan dasar yang menjadi acuan dalam pengembangan sektor pertanian melalui pendekatan agribisnis.  

Pertama, mengembangkan sistim ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas  hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.  

Kedua, mengembangkan perekonomian yang berorentasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif dan produk unggulan daerah yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menghilangkan segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan, memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing, fasilitas negara berupa perlindungan dari persaingan tidak sehat, pendidikan dan latihan, informasi bisnis dan teknologi, permodalan dan lokasi usaha. Mengembangkan hubungan kemitraan usaha, bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan menguntungkan.  


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Saluran Dan Marjin Pemasaran Brondong Jagung Di Perusahaan …(PRT-56)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang.
Kecamatan Panekan terletak di sebelah timur lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 500 – 700 m dpal dengan luas wilayah 7.035.736 ha. Kondisi alam pegunungan dengan habitat tanaman hutan perkebunan, tanaman pangan, hortikultural. Untuk tanaman pangan yang dominan adalah padi, jagung dan ubi jalar, diantara ketiga jenis tanaman tersebut yang paling luas adalah tanaman jagung, karena tanaman jagung dapat di tanam di tanah sawah maupun tanah tegal, sehingga luas pertanaman atau luas panen tanaman jagung dalam satu tahun mencapai 2.411 ha dengan produksi total 171.451 kw. Sedangkan pemanfaatan hasil panen jagung ini untuk sementara ini masih banyak yang digunakan sebagai pemenuhan pakan ternak ayam, jadi petani menjualnya berupa jagung pipilan kering.
Dalam upaya mencari alternatif pemanfaatan hasil panen jagung tersebut di Kelurahan / Kecamatan Panekan pada tahun 2002 ini berdiri Perusahaan Camilan “Sejo Agung” yang hasil produksinya adalah brondong jagung. Pada proses agroindustri brondong jagung tersebut melibatkan pemasak bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, modal dan lembaga-lembaga pemasaran yang memiliki peran dan kepentingan berbeda dalam suatu sistem agroindustri. Kendala yang dihadapi perusahaan Agroindustri Brondong Jagung di Perusahaan Sejo Agung antara lain : (1) ketersediaan bahan baku yang tidak kontinyu (2) proses pengolahan yang menggunakan teknologi yang masih sederhana sehingga mutu/kualitas masih perlu ditingkatkan, (3) keterbatasan modal pengusaha untuk penyediaan bahan baku, (4) pemasaran belum bisa memanfaatkan pasar lokal. Kendala tersebut di atas timbul karena mungkin masih terbatasnya pemahaman perusahaan tentang hal ikwal Agribisnis maupun agroindustri. Sedang prospek pasar bagi perusahaan Agroindustri brondong jagung di Perusahaan Sejo Agung nampaknya masih luas karena pasar lokal ( Magetan ) belum dimanfaatkan secara maksimal dan perusahaan Agroindustri Brondong jagung di Kabupaten Magetan juga baru satu-satunya yaitu perusahaan Sejo Agung ini


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Pengambangan Kawasan Perdesaan Berbasis Agribisnis Di Kecamatan … Kabupaten …(PRT-54)

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000 – 2004 bidang ekonomi khususnya bidang pertanian dalam arti luas mencakup tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Pengembangan pertanian dan ketahanan pangan yang berkelanjutan industri dan ekonomi nasional. Namun sebagai bagian inti dari sistem ekonoi kerakyatan, sampai saat ini sistem pertanian dan pangan nasional yang banyak melibatkan usaha ekonomi rakyat berskala mikro dan kecil masih merupakan mata rantai terlemah dari sistem pertanian nasional karenma lemahnya keterkaitan pengembangan industri dengan pertanian dan pangan nasional.

Hal ini tercermin dari rendahnya produktivitas pertanian dan masyarakat pertanian, tingginya jumlah masyarakat pertanian yang miskin dan rendahnya nilai tambah pertanian dan pangan yang dinikmati masyarakat pertanian. Kedepan pengembangan pertanian dan pangan diorentasikan pada upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pertanian. Untuk itu program-program pengembangan pertanian dan pangan dikonsentrasikan pada peningkatan produktivitas pertanian dan masyarakat pertanian khususnya petani kecil, mengetaskan kemiskinan, dan meningkatkan nilai tambah pertanian dan pangan bagi masyarakat pertanian melalui peningkatan hubungan industri antara pertanian, pangan dan sektor-sektor pertanian lainnya.

Arah program pengembangan pertanian dan pangan dilakukan melalui proses pengembangan pertanian dan pangan yang diintegrasikan dengan pengembangan masyarakat, pengem-bangan perdesaan dan wilayah dalam pembangunan nasional secara holistik. Untuk pengembangan pertanian dan pangan akan dihubungkan penuh dengan seluruh sektor dan aktivitas ekonomi pendukungnya, termasuk didalamnya pengairan, sistem perkriditan, penelitian dan pengembangan teknologi dan informasi, serta kelembagaan masyarakat pertanian dan pangan. Sehingga perlu pengejawantahan berbagai sektor dan aktivitas pembangunan ekonomi tersebut dalam kerangka program agrobisnis dan ketahanan pangan, sektor pengairan selama ini telah memberi sumbangan atas pengembangan pertanian, ketahanan pangan dan stabilitas pedesaan akan memperoleh perhatian khusus karena sektor pertanian dan pangan di pedesaan merupakan sektor ekonomi yang berdiri sendiri dan berfungsi multisektoral.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Nilai Tambah Pemasaran Produk Ayam Pedaging Di …(PRT-53)

BAB I 
PENDAHULUAN 

1.1     Latar Belakang
Perkembangan ayam pedaging di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging ayam untuk mencukupi kebutuhan daging dari komoditas selain dari produk unggas. Perkembangan yang pesat ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang perlunya peningkatan gizi m,asyarakat semakin sadar dengan demikian konsumsi daging merupakan kebutuhan yang rutin.
 Ayam pedaging merupakan salah satu komoditas peternakan unggas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga banyak diusahakan oleh masyarakat dan banyak t dikembangkan diberbagai daerah di Indonesia terutama di wilayah jawa dan khususnya Jawa Timur.
          Perkembangan ayam potong di Ex Karesidenan Madiun menempati  posisi yang sangat penting dan mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan ayam potong dapat diperoleh dengan jumlah yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat, sehingga memberikan kesempatan kerja dan pendapatan serta merupakan sumber gizi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Produksi ayam pedaging di Ex Karesidenan Madiun pada tahun 2001 mencapai 19.890 ton. Sedangkan kebutuhan protein hewani dibutuhkan 0,2 kg/kapita/hari. Sedangkan yang dapat dicukupi dari ayam pedaging baru sebesar 30%.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Menuju Pertanian Berkelanjutan Di Kabupaten … (Studi Kasus Pertanian Tanaman Padi Bebas Pestisida Di Desa … (PRT-55)

B A B   I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Didorong akan kebutuhan peningkatan kesejahteraan serta kesadaran akan potensi dan kemampuan yang dimilikinya maka peningkatan produktivitas usaha tani merupakan jalan yang harus ditempuh. Peningkatan usaha tani yang terus menerus merupakan salah satu ciri usaha tani modern (Mosher, 1996).

Bermula sebagai manusia pemburu yang menggantungkan hidup dari alam maka manusia modern seakan-akan bukan merupakan bagian integral dari alam dan telah memberanikan diri hidup di antara segitiga krisis. Sudut-sudut yang membatasinya adalah pertambahan peledakan penduduk, penipisan sumber daya alam dan pencemaran lingkungan (Anonymous, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, manusia berusaha sekuat tenaga menguras sumber daya alam yang ada dengan menggunakan teknologi paling modern dan menghasilkan produk samping yang berupa limbah. Dengan bertambahnya limbah dengan jumlah melebihi daya dukung lingkungan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang tidak dapat dihindari.

Pengaruh manusia atas lingkungan semakin hari semakin besar dan beraneka ragam. Semakin lama kualitas lingkungan hidup cenderung semakin menurun. Di mana-mana terdengar keluhan tentang terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan.
Tak terbayangkan bagaimana akhirnya bentuk lingkungan hidup manusia di kemudian hari jika sekiranya cara-cara manusia memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup tetap berlangsung seperti sekarang dimana manusia lebih banyak menghasilkan sampah pencemaran, kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup daripada mendapatkan perbaikan.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisa Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Bakpao Telo di Home Industri LESTARI Malang (PRT-50)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian, dalam artian bahwa sektor pertanian masih memegang peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Salah satu ciri strategi pembangunan yang harus dimiliki oleh suatu bangsa yang mempunyai potensi besar dari sektor pertanian yang mau menuju ke negara industri adalah kebijaksanaan pembangunan yang menjaga keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui pembangunan agroindustri. Agroindustri itu sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan suatu produk olahan dalam bentuk barang jadi maupun barang setengah jadi yang bahan baku utamanya merupakan produk pertanian. Dengan kata lain, agroindustri merupakan suatu kegiatan industri yang memproses bahan-bahan baku pertanian menjadi bentuk lain yang lebih menarik dan memberikan nilai tambah serta dapat menciptakan lapangan kerja dalam masyarakat. 

Sektor pertanian itu sendiri dapat ditingkatkan lagi peranannya dalam pembangunan melalui usaha diversifikasi. Diversifikasi pertanian yang dimaksud adalah pengembangan sektor pertanian ke arah agroindustri dengan mengembangkan produk pertanian yang berpotensial, baik itu dilihat dari sisi permintaan maupun produksinya. Usaha diversifikasi produk pertanian tidak lepas dari pengolahan hasil pertanian untuk dapat meningkatkan kualitas hasil, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan dan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. 

Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan ini dapat meningkatkan guna bentuk komoditi-komoditi pertanian. Dalam menciptakan guna bentuk ini dibutuhkan biaya pengolahan. Kesediaan konsumen membayar harga output agroindustri pada harga yang relatif tinggi merupakan insentif bagi perusahaan-perusahaan pengolahan untuk menghasilkan output agroindustri. Salah satu konsep yang sering digunakan untuk membahas pengolahan hasil pertanian ini adalah nilai tambah.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Faktor-Faktor Keberhasilan Proyek Pidra (Participatory Integrated Develompent In Rainfed Areas) Dalam Bidang Sosial Ekonomi Masyarakat Pedesaan Di Kecamatan … Kabupaten … (PRT-51)


Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek PIDRA dalam bidang sosial ekonomi masyarakat pedesaan di kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. 2) Untuk mengetahui variable bebas mana yang dominan mempengaruhi keberhasilan Proyek PIDRA dalam bidang sosial ekonomi masyarakat pedesaan di kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan explanatory research dengan metode survei (Survey Method) dengan teknik pengambilan sample secara stratified random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan angket, wawancara, survei dan dokumenter. sedangkan data yang diambil adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Variabel predictor yang terdiri dari Organisasi, Kegiatan Kelompok, Administrasi dan Manajemen Keuangan, Perencanaan, monitoring dan evaluasi, akuntabilitas, kesetaraan gender serta jaringan mempengaruhi keberhasilan proyek PIDRA dalam bidang social ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Kademangan Kabupanten Blitar. Analisis regresi linier yang digunakan menunjukkan bahwa indikator - indikator dari variabel predictor ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan proyek PIDRA dalam bidang social ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Kademangan Kabupanten Blitar. 


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisa Sosial Ekonomi Program Pengembangan Sapi Potong Dengan Sistem Gaduhan “ ( Study Di Kecamatan …(PRT-52)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Pada era reformasi dan krisis multi dimensi seperti sekarang ini, pembangunan peternakan di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang sangat besar, tantangan dimaksud adalah bagaimana menyediakan produk hasil peternakan dengan harga yang memadai memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat serta menghemat devisa sebagai pendukung berkembangnya sektor lain dalam kegiatan ekonomi. Import daging dan produk – produk asal ternak lainnya yang cenderung meningkat akhir – akhir ini menunjukkan bukti bahwa pembangunan peternakan di Indonesia masih memerlukan penanganan yang lebih serius dan terprogram guna mencapai hasil yang diharapkan.

Pembangunan peternakan sangat penting di dalam mendukung pembangunan nasional. Disamping itu sudah terbukti bahwa, sektor peternakan yang merupakan  bagian dari sektor pertanian relatif lebih bisa bertahan dalam menghadapi tekanan krisis ekonomi seperti dewasa ini.

Salahudin ( 1998 ) menyatakan bahwa dalam kondisi perekonomian sekarang ini, hanya, sektor pertanian yang telah membuktikan mampu tampil sebagai penyelemat. Pada saat ini, pertanian merupakan  satu  –  satunya sektor yang  tumbuh positip,  sedangkan sektor lainnya tumbuh negatip. Dengan melihat pengalaman selama krisis yang menderita bangsa ini, bagaimanapun dapat mengambil hikmahnya, yaitu pentingnya melakukan reformasi dengan paradigma baru dalam pembangunan pertanian. Sektor pertanian harus mampu dibangun menjadi sektor andalan dan sebagai mesin penggerak perekonomian nasional.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Tanaman Mindi (Melia Azederach L) Dengan Pola Agribisnis Hutan Rakyat (Studi Di Kecamatan … Kabupaten …(PRT-49)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.             Latar Belakang.

Teknik rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) secara vegetatif, salah satunya adalah penanaman tanaman tahunan dengan pola Hutan Rakyat. Sistem usahatani ini sudah banyak ditinggalkan oleh petani, karena semakin sempitnya lahan pemilikan. Sempitnya pemilikan lahan ini mengakibatkan perubahan pola usahatani pada lahan-lahan yang seharusnya tidak layak untuk usahatani tanaman semusim yaitu lahan-lahan yang memiliki kelerengan > 40 %. Sehingga lahan-lahan kering dengan kelerengan yang cukup terjal ini kekurangan vegetasi tetap (tanaman tahunan) yang pada akhirnya akan mengakibatkan kemunduran daya dukung lahan.

Hal ini sebenarnya sangat disadari oleh kebanyakan masyarakat, utamanya petani sendiri. Tetapi karena tuntutan kebutuhan akan pangan dan pendapatan, sehingga satu-satunya lahan yang dimiliki sebagai media berusaha, terpaksa diusahakan dengan komoditas yang cepat menghasilkan yaitu tanaman semusim. Sedangkan tanaman kayu-kayuan banyak ditebang dan jarang yang diusahakan dengan sungguh-sungguh, karena dianggap terlalu lama untuk menghasilkan pendapatan.

Sejak tahun 1980, Pemerintah melalui Program Bantuan Penghijauan, telah melaksanakan Proyek Penghijauan dengan kegiatan-kegiatan vegetatif yang banyak menggunakan tanaman Sengon Laut (Albazia falcataria) sebagai komoditas tanaman kayu-kayuan yang ditanam pada berbagai kegiatan. Di wilayah Kecamatan  Kuripan yang memang cocok kondisi iklim dan tanahnya untuk pertumbuhan tanaman ini. Tetapi dengan keunggulannya sebagai tanaman alternatif untuk tujuan RLKT, ternyata nilai ekonomis dari kayu Sengon ini kurang begitu menguntungkan.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Hutan Rakyat Dalam Rangka Pelaksanaan Gerakan Nasonal Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Gn-Rhl) Di Kabupaten …(PRT-38)

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Kondisi kerusakan hutan dan lahan di Indonesia saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak baik secara nasional maupun internasional. Fenomena degradasi sumber daya hutan dan lahan terus meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Kerusakan hutan dan lahan tersebut telah mengakibatkan bencana alam yang besar, bahkan pada akhir-akhir ini kecenderungannya semakin meningkat, khususnya banjir, tanah longsor dan kekeringan. Bencana tersebut telah menimbulkan kerugian nasional berupa kerusakan infrastruktur, hilangnya berbagai asset pembangunan serta terganggunya tata kehidupan masyarakat.

Penyebab utama terjadinya bencana tersebut adalah kerusakan lingkungan, terutama di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah tangkapan air. Kondisi diatas menumbuhkan kesadaran dari semua pihak untuk melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang rusak guna memperbaiki dan mengendalikan fungsi dan produktifitas sumber daya alam tersebut. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk menanggulangi bencana alam yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan terkoordinasi.

Mengingat upaya RHL tersebut sangat strategis bagi kepentingan nasional, maka kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana  dan terpadu, melibatkan berbagai pihak terkait, baik pemerintah, swasta dan masyarakat luas. Gerakan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL). GN-RHL merupakan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta perbaikan lingkungan yang sifatnya terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoodinasi dengan melibatkan semua stakeholders melalui suatu perencanaan, pelaksanaaan serta pemantauan dan evaluasi yang efektif dan efisien.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pembangunan Pada Sektor Industri Pengolahan Hasil Pertanian Dan Hutan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten …(PRT-37)

BAB  I 
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia untuk waktu yang akan datang diperkirakan bertumpu pada pembangunan dan pengembangan bidang usaha pada sektor industri yang merupakan sektor dasar bagi sektor – sektor lainnya di bidang ekonomi. Sedangkan pembangunan dan pengembangan pada sektor industri itu merupakan suatu langkah dan fungsi strategis untuk waktu yang akan datang. Pembangunan dan pengembangan pada sektor – sektor industri itu merupakan suatu langkah dan fungsi strategis untuk waktu yang akan datang. Pembangunan dan pengembangan pada sektor – sektor industri perlu dilakukan secara terus – menerus / berkesinambungan serta terintegrasi untuk mengantisipasi perubahan – perubahan lingkungan usaha yang terus dan selalu bergerak dengan cepat. Sedangkan untuk beberapa waktu yang akan datang, dihadapkan oleh suatu perubahan yang relatif berat, yaitu perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi serta bentuk lainnya yang mengarah kepada liberalisasi ekonomi dan bisnis, sehingga diperkirakan akan tercipta tingkat persaingan yang semakin kuat dan ketat.

Dengan diberlakukannya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menimbulkan dampak yaitu munculnya paradigma baru bahwa pembangunan daerah menuju proses perubahan yang diarahkan kepada pemberdayaan rakyat.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Usahatani Padi Pada Saluran Pemasaran Yang Melalui KUD dan Non KUD (PRT-48)

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya dengan berbagai macam hasil bumi. Iklim di Indonesia memungkinkan tumbuhnya beraneka ragam tanaman. Saat ini Indonesia masih merupakan Negara agraris yaitu sektor pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, terutama padi. Pembangunan pertanian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, memperluas lapangan kerja, meningkatkan devisa Negara melalui ekspor produksi pertanian.

Dalam kegiatan ini pemerintah (Kepres No. 40 Tahun 1997) telah menegaskan Koperasi Unit Desa (KUD) untuk dapat memegang peranan penting yang dapat menunjang keperluan langsung para anggotanya, antara lain:

1. Menyediakan sarana produksi pertanian khususnya pupuk.
2. Menyediakan permodalan petani melalui program Kredit Usaha Tani (KUT).
3. Pemasaran hasil khususnya pengadaan pangan dan pasaran umum menjamin pendapatan petani.

Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha peternakan, karena sifatnya adalah manajemen maka dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat atau melaksanakan keputusan pada suatu usaha pertanian untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh manajer atau keluarga petani.(Soeharto,1990)

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas Usaha Tani Komoditas Manggis (PRT-47)

BAB I
PENDAHULUAN 
I.I Latar Belakang
Perkembangan perdagangan dunia yang mengarah kepada penciptaan suatu sistem perdagangan bebas atau arah keterbukaan yang telah ditandatangani diratifikasinya beberapa anggotanya seperti GATT/WTO dan regional yaitu APEC, AFTA, MEE dan NAFTA yang bertujuan untuk membuka peluang perdagangan antar daerah atau negara tanpa adanya hambatan seperti pajak dan tariff, AFTA (Asean Free Trade Area) sebagai salah satu bentuk kesepakatan dagang kawasan ASEAN, memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk melakukan perdagangan tanpa mengalami hambatan, seperti tariff atau pajak sehingga dapat meningkatkan perkembangan perekonomian di kawasan Asia Tenggara.

Setelah diberlakukannya AFTA pada tahun tahun 2003, maka pasar dalam negeri akan terintegrasi kuat dengan pasar regional. Kondisi ini memaksa negara anggotanya, khususnya Indonesia yang harus membuka segala rintangan yang membentang di hadapan perdagangan dan investasi melalui kegiatan keterbukaan ekspor dan impor, serta investasi melalui penghapusan segala bentuk subsidi dan proteksi yang dilakukan secara bertahap. Sehingga kegiatan ekspor dan impor di kawasan ASEAN tercipta peluang usaha yang lebih luas dan ini akan berdampak kepada tingginya tingkat persaingan baik dipasar domestik maupun regional.

Pemberlakuan AFTA tentunya akan mempengaruhi pola pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang pertanian. Pembangunan ke depan harus berbasis pada komoditi-komoditi yang dimiliki oleh setiap daerah, dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi untuk menghasilkan komoditi yang berdaya saing.

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Evaluasi Pengembalian Kredit Usaha Tani. Penelitian Tentang Evaluasi Pengembalian Kredit Usaha Tani (Kut) Tahun Pengadaan 1998-1999 Dari Petani Ke Executing Agent Dilakukan Di Kabupaten … (PRT-46)



BAB I
PENDAHULUAN 

1.1       Latar Belakang Penetitian
Pembangunan pertanian di Indoensia merupakan bagian dari suatu pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan selurah rakyat. Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produk-sl pertanian dan kesejahteraan petani, yang pada akhirnya akan menuju kearah tujuan masyarakat adil dan makmur vang merata material dan spiritual.

Untuk mencapai tujuan pokok pertanian yang telah disebutkan diatas, kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah : (1) Intensifikasi dan ekstensifikasi, (2) Peningkatan pengadaaan bibit unggul untuk jenis tanaman utama, (3) Penyempurnaan sistem dan perluasan penyediaan kredit bagi petani dan penyakap, (4) Penyempurnaan sistem pengadaan dan distribusi sarana produksi, (5) Peningkatan penyediaan prasarana. produksi baik fisik mauptin kelembagaan.

Selanjutnya dalam Repelita III d1sebutkan pula kebijaksanaan pokok yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitast. Keempat usaha pokok ini akan dilaksartakan melalui usaha-usaha yang dikenal dengan nama "terpadu” integrated yaitu : (1) Usaha tani terpadu, (2) Komoditi terpadu dan (3) Wilayah terpadu,


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Analisi Strategi Bisnis Perusahaan Daerah Perkebunan … Di Kabupaten …(PRT-45)

BAB I 
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
BUMD sebagai suatu lembaga usaha, meskipun tidak dilepaskan dari predikat milik Pemerintah Daerah yang berkonotasi pelayanan masyarakat (public service) maka produktivitas BUMD diukur melalui besarnya keuntungan (profit) perusahaan yang akan disumbangkan pada kas daerah, mempertahankan dan meningkatkan potensi alam dan memperluas lapangan kerja. Kondisi empiris yang sering kali tampak bahwa BUMD-BUMD justru lebih banyak yang rugi daripada yang menguntungkan. Tujuan Pendirian BUMD sebagai pendukung PAD seringkali menjadi sulit diwujudkan bahkan ada beberapa BUMD yang dalam penyelenggaraannya menjadi beban bagi anggaran belaja daerah daripada menjadi kontributor PAD.

BUMD yang juga belum sepenuhnya beroperasi sebagai perangkat bisnis, banyak campur tangan para birokrat pemerintah menyebabkan BUMD tidak bisa leluasa menerapkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada profit. BUMD juga terkenal sebagai sapi perahan para pejabat sehingga terjadi inefisien. Semua ini mengakibatkan kinerja BUMD rendah dan akibatnya sumbangan PAD juga rendah, bahkan disinyalir banyak BUMD yang sebenarnya harus tutup kerena merugi tetapi terus dipertahankan dengan alansan menyerap tenaga kerja penyediaan kebutuhan masyarakat pemanfaatan potensi  alam dan lain-lain.

BUMD juga lamban dalam melaksanakan perubahan (change) atau pengembangan organisasi (organization development), bila dapat dikatakan tidak melakukan perubahan atau pengembangan sama sekali. Sementara kondisi lingkungan eksternal terus berubah dengan amat cepat akibat perjalanan BUMD yang relatif stagnant tidak merespon perubahan-perubahan lingkungan dengan tindakan-tindakan pengembangan baik itu pengembangan organisasi maupun pengembangan bisnis membuat tertinggal dalam persaingan dengan perubahan – perubahan swasta yang terus menerus melakukan perubahan dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan keunggulan daya saing (competitivenes).


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Sistem Agribisnis Daging Di Jabotabek (Kasus Penggemukan Sapi Pt. Sinar Katel Perkasa) (PRT-44)

PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang
Kebutuhan daging dalam negeri setiap tahun kian meningkat, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi keluarga dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Untuk kasus DKI Jakarta, hal ini bisa dilihat dari perkembangan permintaan daging yang terus naik. Dibandingkan dengan rata-rata konsumsi daging nasional, yang hanya mencapai sekitar 10,3 kg/kapita/tahun, konsumsi daging di jakarta jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 17,40 kg/kapita/tahun pada tahun 2000. Perbedaan yang nyata seperti ini sudah terjadi sejak lama. Pada Tahun 1996 angka konsumsi daging di Jakarta telah mencapai 16,55 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi nasional waktu itu hanya 6,0 kg/kapita/tahun.

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, terjadi penurunan konsumsi yang sangat drastis, yaitu menjadi 12,13 kg/kapita/tahun pada tahun 1988. Namun demikian pada masa-masa yang akan datang diperkirakan tingkat konsumsi daging di Jakarta akan terus meningkat. Dengan asumsi pola perkembangan tingkat konumsi selama lima tahun terakhir tidak banyak berubah, maka pada tahun 2006 konsumsi daging masyarakat Jakarta akan mencapai 28,18 kg/kapita. Sementara pada tingkat nasional, konsumsi daging diproyeksikan baru mencapai 23,06 kg/ kapita/ tahun. 

Dengan pola konsumsi tersebut, maka total permintaan daging untuk Jakarta pada tahun 2006 mencapai 300 ribu ton, dengan perkiraan jumlahn penduduk mencapai diatas 10 juta jiwa. Permintaan daging tersebut akan tetap lebih banyak pada daging ayam ras karena harganya yang relatif lebih murah serta lebih mudah didapat. Pada tahun 1999 telah dikonsumsi daging ayam ras sebanyak 34.042 ton, daging sapi sebanyak 8.807 ton, dan daging ayam kampung sebanyak 7.224 ton.


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agribisnis Lebah Madu Di Kecamatan …(PRT-43)

I.   PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Kecamatan Panekan terletak disebelah timur lereng gunung Lawu dengan ketinggian 500 – 700 m dpl dan luas wilayah 7.035,738 ha. Kondisi alam pegunungan dengan habitat tanaman hutan, perkebunan, tanaman pangan, hortikultura serta semak belukar. Sebagimana pada daerah beriklim tropis lainnya, semua jenis tanaman tersebut mampu menyediakan bunga  sepanjang tahun, sehingga serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah madu juga tersedia sepanjang tahun. Didukung oleh kondisi alam yang tenang dan ketersediaan sumber air bersih yang cukup sebagai minuman lebah madu maka Kecamatan Panekan sangat berpotensi untuk dikembangkan budidaya lebah madu.

Keadaan tanaman penyedia makanan lebah madu yang ada di Kecamatan Panekan tersebar di 3 Desa, yaitu Desa Jabung, Bedagung dan Ngiliran antara lain (1) Tanaman hutan rakyat 685 ha; (2) Tanaman Perkebunan 965 ha; (3) Tanaman Hortikultura 155 Ha; (4) Tanaman pangan rata–rata 500 ha tiap musim. Semua tanaman tersebut menyediakan serbuk sari dan nektar sebagai makanan lebah pada musim berbunga yang tersebar pada bulan Maret – Nopember (9 bulan) setiap tahunnya. Sedang untuk penyediaan minum bagi lebah, tersedia air bersih dari 13 sumber mata air.

Ada berbagai spesies lebah yang bisa dibudidayakan diantaranya  adalah Apis trigona ( lanceng ); Apis cerana indica; Apis mellifera ligustica, Apis dorsata, Apis florea; Apis roschurnikovi dan Apis laborisa. Diantara jenis lebah tersebut Apis mellifera mempunyai sifat–sifat unggul dibanding dengan jenis lebah yang lain, yakni :
a.                               Lebih jinak;
b.                               Produksi madu tinggi 30 – 60 kg madu/koloni/tahun
c.                               Daya adaptasi tinggi dan kurang suka berimigrasi

Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini

Strategi Pengembangan Agroindustri Kurmelo Di Kecamatan …(PRT-42)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Program Pembangunan Pertanian di Indonesia pada saat sekarang diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu peningkatan ketahanan pangan serta program pengembangan agribisnis. Pertanian akan tetap berperan sebagai penyedia pangan bagi seluruh penduduk Indonesia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Disamping itu sektor pertanian diharapkan sebagai penopang industri manufaktur dan ekspor serta berperan untuk mendorong pemerataan, pertumbuhan dan dinamika perekonomian dipedesaan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pamelo ( Citrus grandis L ) merupakan buah asli Indonesia, yang banyak digemari masyarakat. Kabupaten Magetan merupakan sentra produksi Pamelo di Indonesia dengan luas 1.278 ha dengan jumlah 400 pohon/ha, yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Bendo, Sukomoro, Kawedanan dan Takeran dengan produksi 250.320 kw / tahun.

Tabel 1.  Luas tanaman dan Produksi Pamelo di Kabupaten Magetan tahun 2002.

No
Kecamatan
Luas tanaman
( ha )
Tanaman produktif
( ha )
Jumlah produksi
(ton)
1
Bendo
537
305
102.480
2
Takeran
226
150
50.400
3
Sukomoro
295
150
54.400
4
Kawedanan
220
140
43.040

Jumlah
1.278
745
250.320
          Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan Tahun 2003.  


Untuk mendapatkan FILE LENGKAP dalam bentuk MS-Word Mulai BAB 1 s.d. DAFTAR PUSTAKA, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Cara Seo Blogger

Contoh Tesis Pendidikan